Gue Jadi Kaya - Bab 54 Resiko Yang Harus Ditanggung
Bahkan anak dari Group Atmaja juga tidak mungkin memiliki uang saku ratusan miliar. Orang yang bisa memberikan nominal begitu banyak, identitas dan statusnya pasti di luar pemikirannya.
Kedepannya, tidak peduli apa yang ingin dilakukan Gavin, dia hanya bisa menurutinya.
Setelah selesai membicarakan, Gavin langsung menutup telepon, dia bisa menunda waktu satu hari untuk berurusan dengan Astin , tetapi hasilnya tetap harus Hari yang pergi membahas.
Jika gagal, itu diluar pengendaliannya.
Keesokan paginya, Gavin tiba di Perusahaan MNC.
Namun, hal ini sama seperti kejadian pertama kali, dia dihentikan oleh satpam sebelum dia masuk, bahkan belum sampai depan pintu.
"Mengapa kamu berada di sini, kamu bukan karyawan MNC lagi, tidak bisa masuk ke MNC."
Hampir semua staff bawahan perusahaan mengetahui tentang pemecatan Gavin. Semua orang bergosip bahwa dia merupakan penipu dan dipecat. Sebelumnya, dia pernah membully karyawan bahawan, sehingga membuat orang lain memandang rendah dirinya.
Hanya saja ketika dia meninggalkan perusahaan, dia berjalan terlalu cepat, sehingga tidak ada yang sempat memberikan pelajaran kepadanya. Sekarang Gavin datang sendiri, tentu saja dia tidak akan membiarkannya pergi.
"Aku datang ke sini untuk bekerja," kata Gavin dengan santai.
Bagaimanapun, dia sudah terbiasa menghadapi situasi begini, dan dia juga sudah terbiasa dengan perlakuan seperti itu, sehingga dia tidak marah ketika menghadapi hal-hal itu.
Dia hanya ingin menjelaskan situasinya sehingga dia bisa masuk secepatnya, agar tidak menunda banyak hal.
“Semua orang mengetahui kamu telah dipecat kemarin. Jangan berimajinasi dirimu masih merupakan karyawan dari MNC. Dari awal kamu harus sadar bahwa kamu tidak layak,” kata satpam itu dengan sinis.
“Kamu panggil Hari untuk sampaikan padamu iya atau bukan, aku menyarankan kamu untuk tidak bersikap sok tau di depanku.” Setelah pergi ke perusahaannya, Gavin baru menyadari bahwa jarak antar orang begitu besar.
“Kamu masih berani memanggil nama manajer kami, aku rasa kamu benar-benar tidak ingin hidup lagi.” Tentu saja, satpam tidak akan percaya dengan perkataan Gavin, dia merasa Gavin hanya mencari alasan untuk menunda waktu, kemudian mencari kesempatan untuk masuk perusahaan saja.
Dia dipecat kemarin, semua orang telah menyaksikan hal ini. Mana mungkin dia bisa dipanggil kembali keesokan harinya? Manajer Hari tidak akan melakukan hal itu demi muka.
Gavin juga tidak basa-basi dengannya lagi, dia langsung menelepon Hari dan berkata, "Aku dihentikan di depan pintu. Kamu segera datang tangani."
Setelah dia mengatakan ini, dia tidak memberi kesempatan pada Hari untuk menjawab, dia langsung menutup telepon, jelas tidak menganggap Hari.
Tetapi di mata satpam, dia merasa Gavin bertindak seperti ini sedang menakutinya, sehingga dirinya akan membiarkan dia masuk. Satpam kemudian menyeringai, dan meraih lengan Gavin, ingin menyeretnya pergi.
Bagaimanapun, Gavin memiliki tinggi badan 180an. Mana mungkin bisa diseret begitu mudah, sebaliknya dia justru menarik orang itu dengan dorongan yang kuat.
Dia bertanya dengan suasana hati yang buruk, "Apa yang ingin kamu lakukan?"
"Sekarang aku curiga bahwa kamu ingin mencoba mencuri rahasia perusahaan. Aku berhak membawamu ke ruang penjaga dan menyuruh orang untuk menjagamu, kemudian pergi mencari polisi." Kata Satpam.
“Aku tidak tertarik dengan rahasia MNC. Lagipula, aku sudah berada di MNC begitu lama, jika rahasia MNC dapat terlihat begitu masuk, apakah Hari masih berani membiarkan aku pergi?” Gavin merasa satpam ini sangat konyol.
“Sekarang kamu sudah mengakui bahwa kamu telah diusir oleh Manajer Hari.” Penjaga keamanan tersenyum dengan bangga, kemudian mendorong Gavin, Gavin didorong hampir terjatuh. Untungnya, kestabilan tubuh Gavin cukup baik, sehingga dia tidak jatuh.
Tetapi tindakan satpam ini benar-benar membuat dia marah. Sebelumnya semua orang menggunakan mulut untuk memfitnahnya, tidak ada yang menggunakan tangan dan kaki. Lagipula, dia bukan lagi dia yang dulu. Dia semakin tidak tahan dengan perlakuan seperti itu.
Setelah dia berdiri tegak, sudut mulutnya melengkung dengan kejam, dan berkata pada penjaga keamanan: "Karena kamu yang bertindak duluan, maka jangan salahkan aku."
"Apa lagi yang bisa kamu lakukan? Aku sekarang sudah termasuk menganggapmu. Orang miskin yang tidak tahu malu seperti kamu hanya bisa mengandalkan trik penipuan untuk merebut posisi orang lain yang sudah berusaha keras. Dan kamu malah tidak melakukan hal yang berguna, hanya tahu main dan membully orang. Aku menyentuhmu saja merasa telah mengotori tanganku. Jika kamu masih tidak pergi, jangan salahkan aku kalau aku menendangmu." Kata Saptam dengan penuh bangga.
Gavin ingin melihat apakah dia masih bisa tertawa seperti ini nanti, dia berdiri dengan diam, menunggu Hari turun untuk menagani.
“Mengapa kamu masih belum pergi?” Satpam itu menunjuk ke arahnya. Dia merasa kesal ketika melihat orang seperti itu, apalagi dirinya merupakan pekerja keras. Setiap kali dia harus melihat wajah orang-orang yang bekerja di dalam, diri sendiri tidak sukses. Pada saat ini, dia melampiaskan semua amarahnya pada Gavin.
"Kamu jangan tidak tahu malu. Jika kamu benar-benar tidak tahu malu, jangan berada di sini, menggangu pekerjaanku saja. Jika terjadi masalah, bisakah kamu menanggung?.
Jika kamu benar-benar ingin mencari perhatian, kamu bisa pergi ke taman dan mengatakan bahwa dirimu merupakan seorang jutawan. Jangan mengotori tempat kerjaku. "
Dia mengatakan dengan sebutan tidak tahu malu dengan sangat nyaman. Dia tidak menyadari bahwa pandangan Gavin tidak tertuju padanya, tetapi pada tubuh Hari yang telah turun dan berada di belakangnya.
Ketika Hari mendengar perkataan satpam, dia berdehem dan segera lari untuk menarik satpam itu.
"Brengsek, siapa ..." Kata-kata kotor itu ditelan kembali oleh satpam. Dia tidak berani memarahi Hari.
“Apa yang sedang kamu lakukan ?!” tanya Hari dengan marah.
"Dia dikeluarkan kemarin dan ingin masuk ke perusahaan hari ini. Aku sedang memberikan pelajaran kepadanya." Satpam segera menjelaskan, dan dia juga mengatakan kepada Hari bahwa Gavin mungkin memiliki niat buruk.
“Apa yang kamu bicarakan, aku yang mengundangnya untuk kembali ke perusahaan. Apakah tamuku perlu kamu ajari? Kamu ini termasuk apa?” Hari menampar wajah pria itu, melampiaskan kemarahan terlebih dahulu.
Tentu saja, dia melakukan ini bukan karena marah, tetapi ingin menembus, dia khawatir Gavin tidak mau bekerja sama dengannya karena sikap satpam ini. Sekarang Gavin merupakan nenek moyangnya, dirinya sendiri saja harus menurutinya. Bagaimana boleh dihancurkan oleh seorang satpam.
Satpam dipukul hingga tertegun, rasa sakit sudah tidak penting lagi. Yang paling penting adalah perkataan manajer, dia kemudian bertanya, "Apakah dia benar-benar diundang kembali olehmu?".
“Kalau tidak, apakah kamu yang mengundangnya?” Kata Hari dengan nada yang marah.
Satpam itu sudah tidak dapat berbicara lagi. Hari sendiri yang mengundangnya kembali, berarti gosip sebelumnya itu salah semuanya. Dirinya tadi memperlakukan Gavin seperti itu, tampaknya kedepan dia tidak bisa bertahan di perusahaan lagi.
Ketika melihat wajah pucat satpam itu, Gavin merasa sedikit nyaman.Tentu saja, dia tidak akan memaafkannya begitu saja karena hal ini.
Dia berkata kepada Hari: "Karena orang-orang di perusahaanmu tidak menyambutku, maka aku juga tidak perlu masuk lagi, anggap saja semalam aku tidak mengatakan apa-apa."
Gavin menekankan kata "orang-orang perusahaanmu" untuk mengingatkan Hari harus melakukan apa.
Hari berada di dunia bisnis selama bertahun-tahun, tentu saja dia mengetahui apa maksudnya, dia segera tersenyum dan berkata: "Kamu jangan bercanda, dia bukan orang MNC."
Novel Terkait
Aku bukan menantu sampah
Stiw boyCinta Yang Terlarang
MinnieCinta Seorang CEO Arogan
MedellineTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelAdieu
Shi QiUnperfect Wedding
Agnes YuGue Jadi Kaya×
- Bab 1 Uang Banyak Yang Jatuh Dari Langit
- Bab 2 Memandang Rendah
- Bab 3 Anjing Yang Memandang Rendah Orang
- Bab 4 Pergi Sana!
- Bab 5 Uang Kas Kelas
- Bab 6 Cerai
- Bab 7 Tuan Muda
- Bab 8 Beli!
- Bab 9 Tuan Muda Sanjaya
- Bab 10 Kakek!
- Bab 11 Orang Tidak Berguna Bagaikan Sampah
- Bab 12 Wajah Tidak Sabar
- Bab 13 Sedih
- Bab 14 Pelajar Miskin
- Bab 15 Orang Terpandang
- Bab 16 Saudara Miskin
- Bab 17 Kebenaran Terucap
- Bab 18 Mengantar Uang
- Bab 19 Halangan
- Bab 20 Dikeluarkan Dari Sekolah
- Bab 21 Mengadu
- Bab 22 Investasi
- Bab 23 Mengakui Kekalahan
- Bab 24 Salah Paham
- Bab 25 Berpura-Pura
- Bab 26 Pesta Kumpul Teman-Teman
- Bab 27 10 Miliar!
- Bab 28 Kebingungan Antara Yang Benar Dan Yang Salah
- Bab 29 Menjadi Pelindung
- Bab 30 Usaha
- Bab 31 Hambatan
- Bab 32 Pameran Kerja
- Bab 33 Berani Ikut Dalam Perekrutan
- Bab 34 Wawancara
- Bab 35 Manajer Hari
- Bab 36 Mengeluh
- Bab 37 Saldo Di Dalam Rekening
- Bab 38 Pilih Sendiri
- Bab 39 Tebak
- Bab 40 Orang Di Belakang Uang
- Bab 41 Undangan
- Bab 42 Tuan Sihotang
- Bab 43 Sebuah Pertunjukan Bagus
- Bab 44 Perjamuan Kencan Buta
- Bab 45 Mengacaukan Masalah
- Bab 46 Identitas
- Bab 47 Melakukan Sesuatu
- Bab 48 Bertambah Seorang Adik
- Bab 49 Menarik Orang
- Bab 50 Kontrak
- Bab 51 Membahas Tentang Perceraian Lagi
- Bab 52 Dua Miliar Rupiah
- Bab 53 Bergabung
- Bab 54 Resiko Yang Harus Ditanggung
- Bab 55 Tingkat Kepastian
- Bab 56 Penagihan Hutang
- Bab 57 Pembunuhan
- Bab 58 Beri Pelajaran
- Bab 59 Dijebak
- Bab 60 Pergi Untuk Mati
- Bab 61 Wanita Pembohong
- Bab 62 Melakukan Kerjasama
- Bab 63 Aku Menemukan Harta Karun Itu
- Bab 64 Kembali
- Bab 65 Penandatanganan Kontrak
- Bab 66 Audisi Bakat
- Bab 67 Kekurangan Orang
- Bab 68 Tersinggung
- Bab 69 Pemeliharaan
- Bab 70 Atas Nama Suami Dan Istri
- Bab 71 Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 72 Tidak Akan Kubiarkan Lolos
- Bab 73 Menyadari
- Bab 74 Putri Yang Tidak Diakui
- Bab 75 Sampah
- Bab 76 Bersama
- Bab 77 Tidak Cukup Bagus
- Bab 78 Bos
- Bab 79 Tidak Bisa Memprovokasi
- Bab 80 Program Rekaman
- Bab 81 Protes
- Bab 82 Kinerja
- Bab 83 Lulus
- Bab 84 Salah Tafsir
- Bab 85 Kejutan
- Bab 86 Resmi Bercerai
- Bab 87 Tempat Parkir Harga Langit
- Bab 88 Mempermalukan Diri Sendiri
- Bab 89 Keluar
- Bab 90 Kehilangan Pekerjaan
- Bab 91 Mengangkat Jadi Anak
- Bab 92 Membeli Dengan Seenaknya
- Bab 93 Mengejar Artis
- Bab 94 Pinjam Uang
- Bab 95 Membuat Segalanya Sulit
- Bab 96 Dividen
- Bab 97 Menawar Harga
- Bab 98 Sudah Berencana Sebelumnya
- Bab 99 Hilang
- Bab 100 Bukan Siapa-Siapa
- Bab 101 Pingsan
- Bab 102 Harga Yang Menyakitkan
- Bab 103 Pengakuan
- Bab 104 Terkenal
- Bab 105 Pesta Minum Pribadi
- Bab 106 Membuat Masalah
- Bab 107 Ketidakcocokan
- Bab 108 Silakan
- Bab 109 Tanpa Keraguan
- Bab 110 Rasti Ada Di Sini
- Bab 111 Menyerah
- Bab 112 Hati
- Bab 113 Jalan Untuk Melangkah Mundur
- Bab 114 Mengundurkan Diri Dari Peperangan
- Bab 115 Sombong
- Bab 116 Memalukan
- Bab 117 Makan Gratis
- Bab 118 Skandal
- Bab 119 Memiliki Kesulitan
- Bab 120 Mengejar
- Bab 121 Hati Gadis
- Bab 122 Orang-Orang Di Belakang
- Bab 123 Bahaya
- Bab 124 Melampiaskan Amarah
- Bab 125 Artis
- Bab 126 Hasil Akhir