Gue Jadi Kaya - Bab 9 Tuan Muda Sanjaya
"Ini kamu yang bilang!" Gavin meliriknya dengan penuh hinaan, lalu memberikan kartu bank dan KTP dirinya sendiri kepada anak magang dan berkata : "Kamu segera buat prosedur, aku akan melihat-lihat rumahku lagi."
Dia belum melihatnya dengan teliti, hanya mendengar perkenalan yang diberikan oleh sales tadi dan berpikir masih bisa diterima.
Anak magang tersebut tiba-tiba sadar, dia tidak berpikir begitu banyak, melihat Gavin tampaknya benar-benar ingin membeli rumah, dia terkejut hingga hampir terlompat, kemudian buru-buru mengambil barang-barang dan berlari kembali untuk membuat prosedur, jika rumah ini dijual melaluinya, komisinya adalah ratusan juta!
Sales lama itu sekarang tidak yakin apakah yang dikatakan Gavin benar atau tidak, awalnya masih menunggu untuk memperkenalkan rumah kepada Tuan Muda Sanjaya, tetapi sekarang juga ingin menunggu untuk melihat hasilnya.
Tuan Muda Sanjaya juga tidak pergi, dia ingin melihat Gavin gagal berpura-pura...
Gavin mengelilingi rumah seperti seorang majikan, menunggu hingga hampir waktunya baru kembali ke pintu masuk, kebetulan anak magang itu juga telah kembali dengan gembira, ketika melihat Gavin, dia segera melangkah maju dan menyerahkan barang yang ada di tangan kepadanya.
"Prosedur telah selesai, ini adalah kontrak dan juga kartu bank serta KTP kamu, aku bisa membantumu menyelesaikan hal-hal tindak lanjut." Dia sekarang bahagia hingga hampir menjadi gila.
Sebelumnya, dia selalu melakukan pekerjaan menuangkan teh dan air di departemen penjualan rumah, bahkan jika ada pelanggan juga para sales lama memilih, sisanya, setelah melihat-lihat langsung pergi, ini adalah pertama kali dia menjual rumah, baru pertama kali dan merupakan pesanan yang begitu besar, dengan adanya komisi ini, dia tidak perlu mengkhawatirkan apapun lagi.
"Apa? Tidak mungkin, bagaimana mungkin dia sanggup membelinya!" Tuan Muda Sanjaya tidak percaya, dia berjalan maju lalu mengambil kontrak pembelian rumah dan melihatnya, kertas putih, tulisan hitam serta stempel, tidak kurang satu pun, terutama bon pembayaran yang dijepit di dalam, di atasnya tertulis dengan jelas total pembayaran 26 miliar telah lunas, ini membuatnya mau tidak mau percaya.
Dia hanya merasa dirinya sendiri sekarang seperti badut, pada awalnya masih mendominasi orang lain, tetapi sekarang langsung ditampar dengan keras oleh kenyataan.
26 miliar, uang yang begitu besar, bahkan orang tuanya juga tidak mungkin bisa mengeluarkannya sekaligus.
Para sales lama itu sangat menyesal sekarang, tidak terpikirkan bahwa suatu hari mereka masih bisa salah menilai, daging telah berada di hadapan mereka tetapi mereka malah membuangnya, awalnya mengira adalah orang miskin, tidak terpikir ternyata adalah orang kaya.
Dapat mengeluarkan begitu banyak uang sekaligus, jelas lebih baik daripada keluarga Tuan Muda Sanjaya.
Namun, mereka bermuka tebal, kali ini telah salah menilai, tetapi jangan sampai kelewatan kesempatan berikutnya.
Semua orang kebetulan meninggalkan Tuan Muda Sanjaya secara bersamaan, berjalan ke hadapan Gavin, tersenyum dan berkata.
"Selamat kepada Bapak ini karena telah memiliki rumah baru, di perumahan ini masih ada beberapa fasilitas pendukung lainnya yang mungkin kamu belum familiar, aku bisa memperkenalkannya untukmu."
"Kami di sini masih ada layanan pemindahan rumah, kamu hanya perlu memberi tahu kami alamat dan kami bisa mengatur semuanya dengan baik."
"Jika kamu ada keperluan lain juga boleh dikatakan, kami bisa membantu."
"..."
Melihat pujian orang-orang ini, kesombongan Gavin mendapatkan kepuasan yang sangat besar, tetapi ekspresinya masih acuh tak acuh dan berkata : "Bukankah kalian tadi meremehkanku? Katanya tidak ingin menyia-nyiakan waktu denganku."
"Itu kami gagal mengenalimu, tidak tahu Bapak adalah Tuan Muda dari keluarga yang mana?"
"Aku bukan Tuan Muda, hanya memiliki sedikit uang saku saja." Dia melihat ke Tuan Muda Sanjaya, Gavin merasa dua kata ini seperti mengumpat.
Ketika dia mengatakan ini, dia melihat ke arah Tuan Muda Sanjaya.
Tuan Muda Sanjaya merasa dirinya seperti ditampar dua kali tanpa alasan, wajahnya terbakar, sangat memalukan di sini, lalu dia menundukkan kepala dan ingin pergi.
Ditahan oleh Gavin.
"Tunggu sebentar, bukankah kamu masih melupakan sesuatu!" Gavin berkata di depan Tuan Muda Sanjaya.
"Apa maksudmu?" Tuan Muda Sanjaya menatapnya dengan tegas dan bertanya.
"Tadi ada yang mengatakan, jika aku sanggup membeli rumah ini, dia akan berlutut dan memanggilku kakek, tunggu apa lagi, kakek sudah berdiri di hadapanmu." Gavin mengingatkannya.
Tentunya Tuan Muda Sanjaya menolak untuk berlutut, dia mengulurkan tangan dan hendak mendorong Gavin.
Hanya saja kekuatannya ini sama sekali tidak berarti bagi Gavin, dia tidak mendorong Gavin dan malah pergelangan tangannya ditahan oleh Gavin, menendang lututnya, membuatnya berlutut di atas lantai.
"Maaf, yang paling aku sukai adalah janji, karena sudah mengatakannya maka harus ditepati, panggil aku kakek dan aku akan menganggap tidak ada yang terjadi, kalau tidak, kamu jangan berpikir untuk keluar hari ini." ” Gavin tidak berencana untuk melepasnya dengan begitu saja.
Dulu, dia juga dihina dan diremehkan oleh orang kaya, sama seperti Tuan Muda Sanjaya tidak menganggapnya sebagai orang, hanya menganggapnya sebagai sebuah lelucon, kali ini dia ingin melampiaskan semua kemarahan yang telah dia terima selama bertahun-tahun.
Novel Terkait
Harmless Lie
BaigeSomeday Unexpected Love
AlexanderPria Misteriusku
LylyMenantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiPredestined
CarlyDoctor Stranger
Kevin WongCinta Tapi Diam-Diam
RossieGue Jadi Kaya×
- Bab 1 Uang Banyak Yang Jatuh Dari Langit
- Bab 2 Memandang Rendah
- Bab 3 Anjing Yang Memandang Rendah Orang
- Bab 4 Pergi Sana!
- Bab 5 Uang Kas Kelas
- Bab 6 Cerai
- Bab 7 Tuan Muda
- Bab 8 Beli!
- Bab 9 Tuan Muda Sanjaya
- Bab 10 Kakek!
- Bab 11 Orang Tidak Berguna Bagaikan Sampah
- Bab 12 Wajah Tidak Sabar
- Bab 13 Sedih
- Bab 14 Pelajar Miskin
- Bab 15 Orang Terpandang
- Bab 16 Saudara Miskin
- Bab 17 Kebenaran Terucap
- Bab 18 Mengantar Uang
- Bab 19 Halangan
- Bab 20 Dikeluarkan Dari Sekolah
- Bab 21 Mengadu
- Bab 22 Investasi
- Bab 23 Mengakui Kekalahan
- Bab 24 Salah Paham
- Bab 25 Berpura-Pura
- Bab 26 Pesta Kumpul Teman-Teman
- Bab 27 10 Miliar!
- Bab 28 Kebingungan Antara Yang Benar Dan Yang Salah
- Bab 29 Menjadi Pelindung
- Bab 30 Usaha
- Bab 31 Hambatan
- Bab 32 Pameran Kerja
- Bab 33 Berani Ikut Dalam Perekrutan
- Bab 34 Wawancara
- Bab 35 Manajer Hari
- Bab 36 Mengeluh
- Bab 37 Saldo Di Dalam Rekening
- Bab 38 Pilih Sendiri
- Bab 39 Tebak
- Bab 40 Orang Di Belakang Uang
- Bab 41 Undangan
- Bab 42 Tuan Sihotang
- Bab 43 Sebuah Pertunjukan Bagus
- Bab 44 Perjamuan Kencan Buta
- Bab 45 Mengacaukan Masalah
- Bab 46 Identitas
- Bab 47 Melakukan Sesuatu
- Bab 48 Bertambah Seorang Adik
- Bab 49 Menarik Orang
- Bab 50 Kontrak
- Bab 51 Membahas Tentang Perceraian Lagi
- Bab 52 Dua Miliar Rupiah
- Bab 53 Bergabung
- Bab 54 Resiko Yang Harus Ditanggung
- Bab 55 Tingkat Kepastian
- Bab 56 Penagihan Hutang
- Bab 57 Pembunuhan
- Bab 58 Beri Pelajaran
- Bab 59 Dijebak
- Bab 60 Pergi Untuk Mati
- Bab 61 Wanita Pembohong
- Bab 62 Melakukan Kerjasama
- Bab 63 Aku Menemukan Harta Karun Itu
- Bab 64 Kembali
- Bab 65 Penandatanganan Kontrak
- Bab 66 Audisi Bakat
- Bab 67 Kekurangan Orang
- Bab 68 Tersinggung
- Bab 69 Pemeliharaan
- Bab 70 Atas Nama Suami Dan Istri
- Bab 71 Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 72 Tidak Akan Kubiarkan Lolos
- Bab 73 Menyadari
- Bab 74 Putri Yang Tidak Diakui
- Bab 75 Sampah
- Bab 76 Bersama
- Bab 77 Tidak Cukup Bagus
- Bab 78 Bos
- Bab 79 Tidak Bisa Memprovokasi
- Bab 80 Program Rekaman
- Bab 81 Protes
- Bab 82 Kinerja
- Bab 83 Lulus
- Bab 84 Salah Tafsir
- Bab 85 Kejutan
- Bab 86 Resmi Bercerai
- Bab 87 Tempat Parkir Harga Langit
- Bab 88 Mempermalukan Diri Sendiri
- Bab 89 Keluar
- Bab 90 Kehilangan Pekerjaan
- Bab 91 Mengangkat Jadi Anak
- Bab 92 Membeli Dengan Seenaknya
- Bab 93 Mengejar Artis
- Bab 94 Pinjam Uang
- Bab 95 Membuat Segalanya Sulit
- Bab 96 Dividen
- Bab 97 Menawar Harga
- Bab 98 Sudah Berencana Sebelumnya
- Bab 99 Hilang
- Bab 100 Bukan Siapa-Siapa
- Bab 101 Pingsan
- Bab 102 Harga Yang Menyakitkan
- Bab 103 Pengakuan
- Bab 104 Terkenal
- Bab 105 Pesta Minum Pribadi
- Bab 106 Membuat Masalah
- Bab 107 Ketidakcocokan
- Bab 108 Silakan
- Bab 109 Tanpa Keraguan
- Bab 110 Rasti Ada Di Sini
- Bab 111 Menyerah
- Bab 112 Hati
- Bab 113 Jalan Untuk Melangkah Mundur
- Bab 114 Mengundurkan Diri Dari Peperangan
- Bab 115 Sombong
- Bab 116 Memalukan
- Bab 117 Makan Gratis
- Bab 118 Skandal
- Bab 119 Memiliki Kesulitan
- Bab 120 Mengejar
- Bab 121 Hati Gadis
- Bab 122 Orang-Orang Di Belakang
- Bab 123 Bahaya
- Bab 124 Melampiaskan Amarah
- Bab 125 Artis
- Bab 126 Hasil Akhir