Gue Jadi Kaya - Bab 87 Tempat Parkir Harga Langit
Karena pikiran itu, Rasti merasa tidak pantas menerima uang pemberian Gavin. Jadi dia segera mengeluarkan ponselnya untuk mengembalikan uang yang baru saja diberikan Gavin. Ketika Rasti memeriksanya, ternyata Gavin memberinya 20 milyar.
"Kenapa kamu memberiku banyak sekali uang?" Rasti mengira kalau Gavin akan memberinya beberapa ratus juta, tetapi justru memberinya puluhan milyar, melihat besarnya uang itu membuat Rasti merasa takut.
"Ayahku yang memberi, kalau tidak, dari mana aku bisa mendapatkan begitu banyak uang." Gavin mengatakan yang sebenarnya.
"Bagaimana ayahmu bisa memberimu begitu banyak uang? Apakah membeli mobil dan rumah itu juga benar?" Rasti pikir itu hanyalah alasan dari Gavin untuk membuat orang tuanya menyetujui perceraian. Sekarang tampaknya Gavin memang benar - benar sudah membeli mobil dan rumah.
"Dia memberikanku sesuai dengan yang dia inginkan. Sekarang aku sudah mempunyai rumah dan mobil. Jadi kamu tidak perlu khawatir tentang kehidupanku dan juga aku tidak akan menjadi gangster. Jika kamu membutuhkan sesuatu di masa depan, kamu bisa menemuiku. "
"Baiklah, sekarang kamu hidup seorang diri. Aku akan mencarimu jika aku ada waktu senggang. Saranku jangan menghabiskan uang secara sembarangan saat kamu memiliki uang atau kamu akan kehabisan semua uangmu suatu saat nanti dan jika itu terjadi tidak ada orang yang akan menolongmu." Melihat gaya hidup Gavin, Rasti khawatir jika sekarang Gavin punya uang, dia tidak akan bisa bertahan lama.
"Jangan khawatir, bahkan jika aku benar-benar sampai tidak memiliki uang, aku tidak akan kembali untuk mencarimu. Lagipula, kita semua baik-baik saja, kan?" Mereka sudah resmi bercerai, jadi meski Gavin menjadi baik atau jahat Rasti tidak akan mempedulikannya. Mendengar itu Rasti tidak mengatakan apa-apa.
Melihat Rasti tidak berbicara lagi dan Gavin juga tidak ingin menghabiskan waktu bersama Rasti di sini lagi. Gavin segera naik ke dalam taksi dan pergi.
Setelah mobil melaju pergi Rasti baru ingat bahwa dia ingin mengembalikan uang itu. Sebenarnya sekarang Rasti bisa saja mentransfer uangnya langsung ke Gavin, tetapi ketika akan melakukannya Rasti menjadi ragu-ragu.
Uang sebesar 20 milyar ini mungkin berdampak besar pada perusahaannya, karena saat ini dia sedang kekurangan uang dan jika sekarang dia memiliki uang maka perusahaannya akan lebih sukses. Apakah dia harus mengembalikan uang itu ke Gavin?
Bagaimanapun, Gavin juga berkata kalau uang itu untuk kompensasi untuk dirinya. Meskipun Rasti tidak menghabiskan banyak uang untuk Gavin selama beberapa tahun terakhir. Tetapi sekarang dia telah bercerai dari Gavin, serta karena masa muda dan reputasi wanita memang tidak ternilai harganya. Maka uang yang Gavin berikan adalah kompensasi atas kerugiannya selama ini.
Setelah memikirkan hal itu, Rasti merasa jauh lebih baik, sehingga Rasti mengurungkan niatnya untuk mengembalikan uang itu ke Gavin.
Gavin merasa sangat kesal saat sampai di rumah, Gavin sendiri tidak tahu hubungan seperti apa yang dia miliki dengan Rasti. Padahal jelas tidak ada yang terjadi di antara mereka, bahkan sekarang mereka sudah bercerai, tetapi kenapa Gavin merasa sangat sedih.
Gavin mengira ini mungkin karena perceraian yang baru saja dialaminya dan bukan karena dia kehilangan Rasti. Karena mau siapapun orangnya, tidak akan mudah jika harus menghadapi perceraian.
Agar tidak terus bersedih Gavin memutuskan untuk melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri. Dan perlahan melupakan masalah yang baru saja berlalu. Jadi dia mengambil jadwalnya dan memeriksanya. Siang ini Gavin memiliki dua kelas yang harus diikuti.
Gavin lalu mengendarai mobil biasanya ke universitas dan dia ingin memarkir mobilnya di kampus, sebab di sana ada tempat parkir yang sangat nyaman. Tetapi sesampainya di gerbang kampus seorang penjaga yang melihat mobilnya datang tidak juga membuka pintu. Sehingga memaksa Gavin untuk menurunkan jendela dan bertanya kepada penjaga "Kenapa kamu tidak membukakan pintu untukku? Saya pelajar disini dan ingin datang ke kelas. "
"Kamu baru datang ke sini, kan?" Kata penjaga itu.
"Benar."
"Benar sekali, tempat parkir di universitas dikenakan biaya, jadi tidak ada yang bisa masuk dan parkir sesukanya.” Penjaga itu menjelaskan alasannya.
"Berapa harganya, aku akan membayarnya sekarang, jadi cepat buka pintunya!" Penjaga itu sangat menyebalkan dan Gavin tidak ingin membuang waktu untuk hal-hal seperti itu.
“Tempat parkir tidak perlu dibayar sekali, tetapi kamu harus membelinya untuk satu tahun dan jika digabungkan nilainya setara dengan harga mobilmu, apakah kamu masih ingin membelinya? "Penjaga itu mengira Gavin terlalu naif, sehingga dia sengaja memberi tahu harganya yang ternyata setara dengan harga mobilnya. Jika Gavin masih akan membelinya itu konyol.
"Berapa harganya?"
"2 milyar." Padahal 2 milyar sudah cukup untuk membeli mobil lain, maka dari itu penjaga itu juga sangat kesal, sebab dia tidak tahu kenapa seseorang akan membelinya dengan harga yang sangat tinggi. Mungkin karena terlalu banyak orang kaya dan bodoh di universitas ini.
"Bagaimana cara membelinya, aku akan memberimu uangnya sekarang, jadi cepat buka pintunya untukku." Gavin tidak mengatakan apa-apa, tetapi langsung memerintahkannya.
"Kamu masih ingin membeli?" Penjaga itu memandang Gavin dengan hati-hati, karena Gavin tidak terlihat seperti orang kaya yang bodoh.
"Sudah jangan banyak bicara, lakukan saja apa yang aku minta." Gavin marah.
Penjaga itu tidak berani berkata lebih banyak dan segera memberi Gavin nomor rekening dan plat lisensi. Setelah Gavin mentransfer uangnya, Gavin memasang plat lisensi itu di mobilnya. Dengan cara ini, ketika dia datang pintunya akan terbuka secara langsung.
"Tempat parkir nomor lima belas, kamu bisa melihat nomornya di tempat parkir." Penjaga itu juga mengingatkan Gavin.
Gavin tidak menjawab dan langsung pergi mengendarai mobilnya ke sekolah. Begitu mobilnya masuk ke dalam, semua orang yang melihat di tempat parkir tampak tercengang.
Gavin yang selesai memarkir mobilnya, segera turun dari mobil dan ketika melihat orang - orang itu menatap dirinya sambil berbisik, Gavin pun marah dan berkata "Apa yang kalian lihat? Apa kalian belum pernah melihat orang masuk dengan mobil? "
"Iya, aku sudah sering melihat, tetapi aku belum melihat ada orang yang masuk dengan mobil seperti itu." Seorang siswa datang dan berkata pada Gavin.
"Memangnya apa yang salah dengan mobilmu?" Dia mengendarai mobil biasa yang dibelinya hanya untuk menjaga agar profil tetap rendah dan mobil itu juga dapat dilihat di jalan kapan saja, makanya Gavin merasa aneh.
"Coba kamu bandingkan aja dengan mobil yang diparkir di sebelahmu, supaya kamu juga tahu kenapa aku harus mengatakan itu." Mahasiswa itu membiarkan Gavin melihatnya sendiri.
Gavin menoleh dan melihat dirinya sendiri, memang sekilas saja tempat parkir terasa sedikit aneh. Mobilnya tidak jelek, hanya saja terlalu biasa bila dibandingkan dengan mobil mewah di dekatnya. Jadi dia seperti seorang pengemis yang tiba-tiba muncul di istana emas, jelas sangat aneh.
Setelah Gavin mengetahui apa yang sedang terjadi, Gavin lalu memandang dengan angkuh ke arah orang-orang yang melihatnya. Karena mau bagaimanapun mobilnya sudah diparkir di sana, jadi mau bagus atau jelek tidak masalah bagi Gavin. Kalau para siswa di sini sampai bisa mempedulikan hal yang tidak berguna semacam ini, sepertinya mahasiswa di universitas ini kurang kerjaan.
"Hmpphhhh!" Siswa yang tadi berbicara dengan Gavin berusaha menahan tawa.
"Apa yang lucu?" Gavin menatapnya dengan dingin.
Siswa tersebut dengan cepat menjelaskan "Hei, jangan salah paham, aku tidak memandang remeh dirimu, tetapi menurutku penampilanmu memang cukup menarik. Karena kalau orang biasa akan merasa sangat malu saat ini dan kamu malah membuat mereka yang terlihat bodoh." Gavin adalah spesies baru di universitas ini sehingga dia sangat menarik.
"Inikan universitas dan aku datang untuk belajar, lagipula kalian semua juga seorang siswa. Kenapa kalian malah tidak belajar, tapi justru peduli dengan hal-hal semacam ini? Bukankah itu konyol?” Gavin bertanya kembali.
"Memang, benar-benar konyol." Pria itu mengangguk setuju, kemudian dia meraih pundak Gavin dan berkata "Halo, namaku Ronald, senang bertemu denganmu, bisakah kita berteman? "
Ini pertama kalinya Gavin bertemu dengan orang yang mau berteman dengannya, saat pertama kali bertemu dan beberapa dari mereka tampak tercengang.
Novel Terkait
That Night
Star AngelLove and Trouble
Mimi XuIstri Pengkhianat
SubardiHei Gadis jangan Lari
SandrakoThe Comeback of My Ex-Wife
Alina QueensSang Pendosa
DoniGue Jadi Kaya×
- Bab 1 Uang Banyak Yang Jatuh Dari Langit
- Bab 2 Memandang Rendah
- Bab 3 Anjing Yang Memandang Rendah Orang
- Bab 4 Pergi Sana!
- Bab 5 Uang Kas Kelas
- Bab 6 Cerai
- Bab 7 Tuan Muda
- Bab 8 Beli!
- Bab 9 Tuan Muda Sanjaya
- Bab 10 Kakek!
- Bab 11 Orang Tidak Berguna Bagaikan Sampah
- Bab 12 Wajah Tidak Sabar
- Bab 13 Sedih
- Bab 14 Pelajar Miskin
- Bab 15 Orang Terpandang
- Bab 16 Saudara Miskin
- Bab 17 Kebenaran Terucap
- Bab 18 Mengantar Uang
- Bab 19 Halangan
- Bab 20 Dikeluarkan Dari Sekolah
- Bab 21 Mengadu
- Bab 22 Investasi
- Bab 23 Mengakui Kekalahan
- Bab 24 Salah Paham
- Bab 25 Berpura-Pura
- Bab 26 Pesta Kumpul Teman-Teman
- Bab 27 10 Miliar!
- Bab 28 Kebingungan Antara Yang Benar Dan Yang Salah
- Bab 29 Menjadi Pelindung
- Bab 30 Usaha
- Bab 31 Hambatan
- Bab 32 Pameran Kerja
- Bab 33 Berani Ikut Dalam Perekrutan
- Bab 34 Wawancara
- Bab 35 Manajer Hari
- Bab 36 Mengeluh
- Bab 37 Saldo Di Dalam Rekening
- Bab 38 Pilih Sendiri
- Bab 39 Tebak
- Bab 40 Orang Di Belakang Uang
- Bab 41 Undangan
- Bab 42 Tuan Sihotang
- Bab 43 Sebuah Pertunjukan Bagus
- Bab 44 Perjamuan Kencan Buta
- Bab 45 Mengacaukan Masalah
- Bab 46 Identitas
- Bab 47 Melakukan Sesuatu
- Bab 48 Bertambah Seorang Adik
- Bab 49 Menarik Orang
- Bab 50 Kontrak
- Bab 51 Membahas Tentang Perceraian Lagi
- Bab 52 Dua Miliar Rupiah
- Bab 53 Bergabung
- Bab 54 Resiko Yang Harus Ditanggung
- Bab 55 Tingkat Kepastian
- Bab 56 Penagihan Hutang
- Bab 57 Pembunuhan
- Bab 58 Beri Pelajaran
- Bab 59 Dijebak
- Bab 60 Pergi Untuk Mati
- Bab 61 Wanita Pembohong
- Bab 62 Melakukan Kerjasama
- Bab 63 Aku Menemukan Harta Karun Itu
- Bab 64 Kembali
- Bab 65 Penandatanganan Kontrak
- Bab 66 Audisi Bakat
- Bab 67 Kekurangan Orang
- Bab 68 Tersinggung
- Bab 69 Pemeliharaan
- Bab 70 Atas Nama Suami Dan Istri
- Bab 71 Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 72 Tidak Akan Kubiarkan Lolos
- Bab 73 Menyadari
- Bab 74 Putri Yang Tidak Diakui
- Bab 75 Sampah
- Bab 76 Bersama
- Bab 77 Tidak Cukup Bagus
- Bab 78 Bos
- Bab 79 Tidak Bisa Memprovokasi
- Bab 80 Program Rekaman
- Bab 81 Protes
- Bab 82 Kinerja
- Bab 83 Lulus
- Bab 84 Salah Tafsir
- Bab 85 Kejutan
- Bab 86 Resmi Bercerai
- Bab 87 Tempat Parkir Harga Langit
- Bab 88 Mempermalukan Diri Sendiri
- Bab 89 Keluar
- Bab 90 Kehilangan Pekerjaan
- Bab 91 Mengangkat Jadi Anak
- Bab 92 Membeli Dengan Seenaknya
- Bab 93 Mengejar Artis
- Bab 94 Pinjam Uang
- Bab 95 Membuat Segalanya Sulit
- Bab 96 Dividen
- Bab 97 Menawar Harga
- Bab 98 Sudah Berencana Sebelumnya
- Bab 99 Hilang
- Bab 100 Bukan Siapa-Siapa
- Bab 101 Pingsan
- Bab 102 Harga Yang Menyakitkan
- Bab 103 Pengakuan
- Bab 104 Terkenal
- Bab 105 Pesta Minum Pribadi
- Bab 106 Membuat Masalah
- Bab 107 Ketidakcocokan
- Bab 108 Silakan
- Bab 109 Tanpa Keraguan
- Bab 110 Rasti Ada Di Sini
- Bab 111 Menyerah
- Bab 112 Hati
- Bab 113 Jalan Untuk Melangkah Mundur
- Bab 114 Mengundurkan Diri Dari Peperangan
- Bab 115 Sombong
- Bab 116 Memalukan
- Bab 117 Makan Gratis
- Bab 118 Skandal
- Bab 119 Memiliki Kesulitan
- Bab 120 Mengejar
- Bab 121 Hati Gadis
- Bab 122 Orang-Orang Di Belakang
- Bab 123 Bahaya
- Bab 124 Melampiaskan Amarah
- Bab 125 Artis
- Bab 126 Hasil Akhir