Gue Jadi Kaya - Bab 21 Mengadu
Duwid tertegun dan diam di tempat, bukankah mereka sudah membuat janji untuk membahas sesuatu? Mengapa sekarang semuanya pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun? Satu-satunya kemungkinan adalah karena Gavin.
Pasti karena tadi Gavin tidak mengerti aturan dan membuat Tuan Muda Sanjaya marah. Duwid menatapnya dengan marah dan berkata "Semua ini karena kamu yang tidak pandai melihat situasi. Apakah kamu tahu siapa itu Tuan Muda Sanjaya ? Dia adalah investor yang baru saja dicari oleh sekolah. Sekarang semuanya sudah hilang karena hal ini, kamu bersiap-siaplah dan tunggu dipecat. "
Setelah memarahinya, Duwid tidak peduli lagi dan langsung pergi. Duwid awalnya memang sudah merasa tidak puas dengan Gavin dan sekarang karena Gavin, muncul hal sebesar itu, Duwid tidak percaya bahwa kepala sekolah masih akan tetap membiarkan Gavin tetap di sini karena kasihan dan juga Rasti, dia juga tidak bisa melarikan diri karena semuanya berawal dari dirinya. Setelah kembali, Duwid langsung memberitahu kepada kepala sekolah untuk membereskan dua orang ini.
Gavin juga tidak peduli dengan Duwid. Gavin hanya merasa saat Tuan Muda Sanjaya melarikan diri kelihatan sangat lucu, hal ini membuat dirinya tidak merasa marah lagi karena dimarahi Duwid.
Sebuah lelucon sudah berakhir, Gavin pergi ke rumah Rasti sambil membawa makanan.
Kuncinya sudah dikembalikan kepada Rasti. Meskipun dalam arti tertentu, itu adalah rumah Gavin, tetapi Gavin juga tidak bisa masuk dan hanya bisa mengetuk pintu.
“Siapa?” Rasti bertanya sambil membuka pintu.
Melihat yang datang adalah Gavin, Rasti secara refleks ingin menutup pintu, tetapi terhalang oleh kaki Gavin : "Tunggu sebentar, aku mencarimu karena ada sesuatu."
"Apakah menginginkan uang? Bukankah kamu memiliki kemampuan untuk tinggal di luar? Apakah uangmu akhirnya habis digunakan?" Rasti merasa kedatangan Gavin mencari dirinya karena alasan ini.
“Kamu sudah salah paham, aku membawakan sesuatu untuk kamu cicipi.” Gavin mengambil makanan dan menunjukkannya kepada Rasti.
"Kamu makan lagi di restoran, meskipun bekerja sepanjang waktu, kamu juga tidak bisa menghabiskan uang seperti itu. Setelah menerima gaji, bisakah kamu menyimpannya dan merencanakan untuk dirimu sendiri di kemudian hari?" Melihat makanan yang dibungkus pulang dari restoran, Rasti sama sekali tidak bisa merasa bahagia.
Gavin sudah terbiasa dengan gaya bicara Rasti terhadap dirinya seperti ini, kemudian dengan hati yang tenang menjelaskannnya: "Manajer Adrian yang memberikan ini padaku. Dia melihat hasil kerjaku sangat baik akhir-akhir ini, jadi meminta koki untuk memasak beberapa makanan. Bahan-bahan yang digunakan semuanya sangat segar, jadi aku hanya ingin memberikannya padamu untuk dicicipi. "
Rasti tertegun dan melihat logo di kantong kemasan, untuk staf Restoran Restoran Queenzy, Gavin tidak berbohong.
Hal ini membuat Rasti merasa sedikit bersalah dan tidak jadi marah kepada Gavin. Gavin sengaja mengantarkan makanan yang lezat untuk dirinya dan sikapnya terhadap Gavin sedikit keterlaluan.
Rasti bukanlah orang yang bermulut lembut dan juga tidak meminta maaf. Dia hanya menerima makanan dari Gavin dan kemudian melepaskan tangannya yang ingin menutup pintu. Bisa dianggap dia membiarkan Gavin masuk ke dalam.
Gavin tersenyum dan masuk ke dalam. Ternyata memang benar, Gavin mengabaikan perkataan Rasti dan gerakan Rasti juga menjadi sangat imut.
Gavin mengikuti Rasti masuk ke dalam dan melihat Rasti membuka makanan dan memakan makanan yang dibawa olehnya.
Setelah Rasti selesai makan, Gavin baru berkata "Jangan terlalu peduli dengan kejadian hari ini, tenanglah."
"Aku tidak marah dengan orang lain, aku marah padamu, apakah kamu tahu aku telah bersusah payah agar kamu masuk sekolah waktu itu? Kamu masih begitu-begitu saja, nilaimu menurun dan tidak ada peningkatan. Kamu juga tidak meningkatkan hubunganmu dengan teman sekelasmu, jika popularitas dan nilai bagus, mungkinkah akan terjadi hal-hal seperti ini? " Rasti tidak tahan dan mulai mengajari Gavin.
Gavin mendengarkannya dengan tenang dan tidak ingin membantah, karena takut Rasti semakin marah.
“Jika kamu sekarang seperti ini, apa yang bisa kamu lakukan setelah lulus? Apakah ada perusahaan yang menginginkanmu, apakah kamu ingin menjadi pelayan sepanjang hidupmu?” Rasti bertanya dengan sopan.
“Bukan begitu, jangan khawatir, aku pasti akan berusaha yang terbaik dan tidak mengecewakanmu.” Gavin meyakinkannya.
"Kamu juga hanya bisa berkata, apa gunanya kerja keras sekarang, sebentar lagi juga akan lulus, yang bisa kamu lakukan sekarang adalah tunjukkan kepadaku bahwa kamu akan berusaha yang terbaik di bursa kerja dua hari ini. Kamu harus bergabung dengan perusahaan, tidak peduli apapun yang terjadi. Dengan begitu, maka orang-orang tidak akan meremehkanku. " Rasti tidak percaya dengan perkataan Gavin, tetapi untungnya, Gavin masih memiliki satu kesempatan lagi, yaitu bursa kerja kali ini.
Selama Gavin bisa menemukan pekerjaan di bursa kerja ini, kehidupannya baru bisa terselamatkan. Ini adalah kesempatan terakhir yang Rasti berikan kepada Gavin.
"Baik, aku mengerti," Gavin menyetujuinya.
Rasti merasa lebih baik sekarang: "Sekarang sudah larut, hari ini tidur saja di sini, besok saat mengakui kesalahan, bersikaplah lebih tulus, jangan melibatkan aku."
Gavin mengangguk, malam ini dirinya akan beristirahat di sini. Entah bagaimana, tempat ini tidak semewah miliknya, tapi dirinya lebih terbiasa di sini dan bisa beristirahat dengan baik.
Dini hari berikutnya, Gavin bangun lebih awal dari Rasti dan tiba di sekolah lebih awal. Gavin harus menyelesaikan beberapa hal sebelum Rasti datang.
Setelah tiba di sekolah, Gavin langsung pergi ke kantor kepala sekolah dan mencari kepala sekolah. Begitu memasuki pintu, Gavin melihat Duwid juga ada di sana.
Keduanya sedang berbicara tentang sesuatu. Saat melihat Gavin masuk, Duwid semakin menjadi-jadi, jari tangannya menunjuk ke arah Gavin dan berkata kepada kepala sekolah: "Itu dia. Kemarin aku telah membuat janji untuk membahas masalah investasi dengan Tuan Muda Sanjaya, tetapi karena kehadirannya yang tidak pandai melihat situasi dan menyinggung Tuan Muda Sanjaya, investasi ini kemudian menjadi gagal dilaksanakan. "
Gavin secara kebetulan bertemu dengan Duwid yang sedang memberitahu kepada kepala sekolah mengenai kejadian kemarin. Setelah mendengarnya, raut wajah kepala sekolah tampak tidak senang, kemudian memandang Gavin dan bertanya "Apakah kamu Gavin ?"
"Iya." Gavin mengangguk, kemudian menunggu kepala sekolah bertanya pada dirinya, barulah berani untuk berbicara.
Siapa yang tahu bahwa setelah kepala sekolah mengajukan pertanyaan kepadanya, Kepala sekolah lalu mengabaikan dirinya dan melanjutkan pembicaraannya dengan Duwid : "Apakah kamu yakin itu karena dia, masalah investasi ini menjadi terganggu?"
"Benar, dia orangnya. Aku memintanya untuk menyapa Bapak Sanjaya, tetapi dia tidak mau. Bapak Sanjaya pasti merasa bahwa dirinya tidak dihormati dan kemudian berbalik dan pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Sekolah kita tidak mampu memililki siswa seperti ini, lebih baik biarkan dia pergi dan juga Rasti itu, terakhir kali membantu menutupi kejahatannya, kali ini harus dihukum. "
"Menutupi kejahatan?"
"Iya, kamu tidak tahu mereka..." Duwid membahas lagi tentang biaya kelas dengan sangat semangat. Di mulutnya, Gavin menjadi orang yang tidak beretika dan nakal dan Rasti adalah orang yang membenarkan Gavin melakukan hal seperti itu.
Raut wajah kepala sekolah semakin memburuk setelah mendengarkannya. Setelah Duwid selesai berbicara, Kepala sekolah menepuk meja dengan sangat keras.
Duwid seketika merasa sangat bangga. Setelah ini, Gavin akan tamat. Duwid juga tidak perlu bertanggungjawab jika investasi ini tidak berjalan lagi.
Gavin juga berpikir bahwa kepala sekolah akan melakukan sesuatu padanya, saat Gavin bersiap ingin menjelaskan, Kepala sekolah langsung berdiri dan menunjuk ke arah Duwid, lalu memarahinya "Bagaimana kamu menjadi direktur pengajar? Masalah tidak beres, bukannya mencari solusi dan bahkan melemparkan tanggungjawab kepada seorang siswa yang tidak memiliki latar belakang, apakah kamu pikir aku ini bisa dipermainkan? Apakah kamu mengira aku akan percaya dengan semua yang kamu katakan? "
Duwid memandang Kepala sekolah dengan tatapan terkejut. Dia tidak mengerti mengapa Kepala sekolah memarahinya demi membela seorang siswa miskin. Bukankah Gavin harus segera dikeluarkan dan Rasti terkena sanksi?
Gavin juga terdiam dan menatap kepala sekolah dengan tatapan bingung. Mungkinkah Kepala sekolah mereka adalah orang yang memahami kebenaran dan mengetahui bahwa Duwid sedang memutar balik fakta?
Novel Terkait
Half a Heart
Romansa UniverseThe Gravity between Us
Vella PinkyHusband Deeply Love
NaomiGue Jadi Kaya
Faya SaitamaEverything i know about love
Shinta CharityBaby, You are so cute
Callie WangGue Jadi Kaya×
- Bab 1 Uang Banyak Yang Jatuh Dari Langit
- Bab 2 Memandang Rendah
- Bab 3 Anjing Yang Memandang Rendah Orang
- Bab 4 Pergi Sana!
- Bab 5 Uang Kas Kelas
- Bab 6 Cerai
- Bab 7 Tuan Muda
- Bab 8 Beli!
- Bab 9 Tuan Muda Sanjaya
- Bab 10 Kakek!
- Bab 11 Orang Tidak Berguna Bagaikan Sampah
- Bab 12 Wajah Tidak Sabar
- Bab 13 Sedih
- Bab 14 Pelajar Miskin
- Bab 15 Orang Terpandang
- Bab 16 Saudara Miskin
- Bab 17 Kebenaran Terucap
- Bab 18 Mengantar Uang
- Bab 19 Halangan
- Bab 20 Dikeluarkan Dari Sekolah
- Bab 21 Mengadu
- Bab 22 Investasi
- Bab 23 Mengakui Kekalahan
- Bab 24 Salah Paham
- Bab 25 Berpura-Pura
- Bab 26 Pesta Kumpul Teman-Teman
- Bab 27 10 Miliar!
- Bab 28 Kebingungan Antara Yang Benar Dan Yang Salah
- Bab 29 Menjadi Pelindung
- Bab 30 Usaha
- Bab 31 Hambatan
- Bab 32 Pameran Kerja
- Bab 33 Berani Ikut Dalam Perekrutan
- Bab 34 Wawancara
- Bab 35 Manajer Hari
- Bab 36 Mengeluh
- Bab 37 Saldo Di Dalam Rekening
- Bab 38 Pilih Sendiri
- Bab 39 Tebak
- Bab 40 Orang Di Belakang Uang
- Bab 41 Undangan
- Bab 42 Tuan Sihotang
- Bab 43 Sebuah Pertunjukan Bagus
- Bab 44 Perjamuan Kencan Buta
- Bab 45 Mengacaukan Masalah
- Bab 46 Identitas
- Bab 47 Melakukan Sesuatu
- Bab 48 Bertambah Seorang Adik
- Bab 49 Menarik Orang
- Bab 50 Kontrak
- Bab 51 Membahas Tentang Perceraian Lagi
- Bab 52 Dua Miliar Rupiah
- Bab 53 Bergabung
- Bab 54 Resiko Yang Harus Ditanggung
- Bab 55 Tingkat Kepastian
- Bab 56 Penagihan Hutang
- Bab 57 Pembunuhan
- Bab 58 Beri Pelajaran
- Bab 59 Dijebak
- Bab 60 Pergi Untuk Mati
- Bab 61 Wanita Pembohong
- Bab 62 Melakukan Kerjasama
- Bab 63 Aku Menemukan Harta Karun Itu
- Bab 64 Kembali
- Bab 65 Penandatanganan Kontrak
- Bab 66 Audisi Bakat
- Bab 67 Kekurangan Orang
- Bab 68 Tersinggung
- Bab 69 Pemeliharaan
- Bab 70 Atas Nama Suami Dan Istri
- Bab 71 Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 72 Tidak Akan Kubiarkan Lolos
- Bab 73 Menyadari
- Bab 74 Putri Yang Tidak Diakui
- Bab 75 Sampah
- Bab 76 Bersama
- Bab 77 Tidak Cukup Bagus
- Bab 78 Bos
- Bab 79 Tidak Bisa Memprovokasi
- Bab 80 Program Rekaman
- Bab 81 Protes
- Bab 82 Kinerja
- Bab 83 Lulus
- Bab 84 Salah Tafsir
- Bab 85 Kejutan
- Bab 86 Resmi Bercerai
- Bab 87 Tempat Parkir Harga Langit
- Bab 88 Mempermalukan Diri Sendiri
- Bab 89 Keluar
- Bab 90 Kehilangan Pekerjaan
- Bab 91 Mengangkat Jadi Anak
- Bab 92 Membeli Dengan Seenaknya
- Bab 93 Mengejar Artis
- Bab 94 Pinjam Uang
- Bab 95 Membuat Segalanya Sulit
- Bab 96 Dividen
- Bab 97 Menawar Harga
- Bab 98 Sudah Berencana Sebelumnya
- Bab 99 Hilang
- Bab 100 Bukan Siapa-Siapa
- Bab 101 Pingsan
- Bab 102 Harga Yang Menyakitkan
- Bab 103 Pengakuan
- Bab 104 Terkenal
- Bab 105 Pesta Minum Pribadi
- Bab 106 Membuat Masalah
- Bab 107 Ketidakcocokan
- Bab 108 Silakan
- Bab 109 Tanpa Keraguan
- Bab 110 Rasti Ada Di Sini
- Bab 111 Menyerah
- Bab 112 Hati
- Bab 113 Jalan Untuk Melangkah Mundur
- Bab 114 Mengundurkan Diri Dari Peperangan
- Bab 115 Sombong
- Bab 116 Memalukan
- Bab 117 Makan Gratis
- Bab 118 Skandal
- Bab 119 Memiliki Kesulitan
- Bab 120 Mengejar
- Bab 121 Hati Gadis
- Bab 122 Orang-Orang Di Belakang
- Bab 123 Bahaya
- Bab 124 Melampiaskan Amarah
- Bab 125 Artis
- Bab 126 Hasil Akhir