Gue Jadi Kaya - Bab 42 Tuan Sihotang
Gavin dengan tenang memilih setelan jas untuk dirinya. Semua akan berakhir jika dia mengeluarkan uang untuk membelinya, karena tidak akan ada orang yang akan mengganggu dan memprovokasinya dan dia menyadari hal itu. Tiba - tiba dia didorong oleh seseorang dan hampir membuatmbuatnya menabrak kaca pelindung.
Gavin mengerutkan kening dan berbalik. Dia melihat seorang pria berusia tiga puluhan yang tengah memandangnya dengan jijik dan tanpa menunggu Gavin berbicara Pria itu berkata, "Apa kamu tidak punya mata, tahu aku datang kenapa kamu tidak minggir?"
Gavin meliriknya dan menyadari kalau orang itu tengah merendahkan dirinya lalu dengan acuh tak acuh bertanya, “Kenapa aku harus pergi? Apa tempat ini punyamu?"
"Iya memang, tempat ini sama seperti rumahku, karena setiap bulan aku datang ke sini untuk membeli beberapa set pakaian berbeda dengan orang miskin sepertimu yang datang kesini hanya untuk berjalan - jalan. Kalau kamu tidak niat beli pergi sana, dan jangan menggangguku saat melihat pakaian itu." Pria itu berkata dengan arogan.
Pramuniaga itu melihat terjadi kegaduhan sehingga dia segera ke sana dan berkata, "Tuan Sihotang janganlah marah dan tidak usah anda mempedulikan dia, saya akan menunjukkan kepada anda model - model terbaru di toko kami yang langsung diimpor dari luar negeri. "
Petugas itu tidak mencoba untuk menolong Gavin, tetapi hanya khawatir kalau Gavin telah menyinggung pelanggannya. Karena jika pelanggan itu kesal maka mereka tidak akan membeli pakaian di sana.
Jadi setelah berbicara dengan Tuan Sihotang dia melirik Gavin dengan jijik dan berkata, "Jika kamu ingin melihat, pergilah ke tempat di mana tidak ada siapa-siapa dan jangan menghalangi tamu lain, lagipula kalau kamu tidak sengaja merusak pakaian di toko ini kamu tidak mungkin mampu membelinya. "
"Dari sekian banyak tamu kenapa hanya aku yang harus pergi ke tempat yang tidak ada orang. Kalau kamu tidak suka padaku ya tidak usah mendekat." Gavin berkata tanpa mempedulikan apapun.
Orang itu berusia tiga puluhan dan namanya Tuan Sihotang. Tampaknya orang itu adalah anak dari orang kaya yang tidak mampu melakukan apa-apa, karena di usia setua itu dia hanya bisa merengek, dan aku tidak yakin dia memiliki keberanian untuk berbicara dengan orang lain.
"Kamu menggangguku karena tidak membeli pakaian dengan berani berbicara seperti itu! Apa kamu tahu siapa aku?" Tuan Sihotang bertanya.
"Jika kamu sendiri tidak tahu siapa dirimu sebenarnya, cepat pergi keluar dan naik taksi ke rumah sakit, jangan mempermalukan dirimu sendiri di depan orang - orang." Gavin berkata dengan tatapan kosong.
"Berani - beraninya kamu memarahiku?" Tuan Sihotang menjadi semakin marah, karena seumur hidup dia tidak pernah dikatakan seperti itu oleh orang miskin, sepertinya orang itu sudah sangat putus asa.
"Aku tidak memarahimu justru kamu sendiri mengatakannya dan kalau kamu sudah selesai bicara pergi saja sana! Aku juga mau beli baju dan aku tidak punya waktu untuk berbicara omong kosong denganmu." Gavin tidak ingin terus terganggu oleh orang seperti itu.
"Oh, kamu masih bilang akan membeli pakaian? Siapa yang bodoh? Bukankah kamu ke sini hanya untuk masuk dan melihat-lihat? Apa kamu tahu berapa harga pakaian di depanmu itu?" Tuan Sihotang berkata dengan nada menghina.
"Aku tidak tahu."
" 32 juta tahu! Bahkan dengan melihat dirimu kamu pun tidak akan mampu membeli bajunya saja. Jadi saranku kamu keluar saja dan cari karung dari pada beli baju, jangan mempermalukan dirimu di tempat di mana kamu tidak mampu membelinya. "
" 32 juta?" Gavin menggelengkan kepalanya.
"Tahukan kamu tidak akan mampu membelinya, sudahlah pergi sana!." Tuan Sihotang berkata dengan penuh kemenangan. Dia membenci orang miskin sehingga dia ingin menampar wajahnya, karena dengan melihat pakaian di sini membuatnya yakin kalau dia adalah orang miskin.
"Hanya 32 juta, itu lebih murah dibanding makananku, lalu apa ada pakaian yang lebih bagus dari ini?" Gavin memandang setelan itu dengan menjijikkan dan bertanya pada pramuniaga.
"Masih berpura-pura, memangnya kamu bisa membelinya? "Tuan Sihotang mengira dia berpura-pura memaksa, sebenarnya dia hanya ingin mengatakan bahwa dirinya tidak mampu membelinya.
"Bagaimana jika aku mampu membelinya?" Gavin bertanya.
"Jika kamu mampu membelinya aku akan membeli semua pakaian di toko ini." Tuan Sihotang membual di depan Gavin.
"Baik, bawa aku untuk melihat yang lain." Gavin tersenyum dan mengikuti pramuniaga itu.
Tuan Sihotang menatap pramuniaga itu dan pramuniaga membawa Gavin ke jas termahal di toko dan berkata, "Ini kain kelas atas Italia didesain oleh desainer paling terkenal dan setiap set pakaian ini unik karena hanya ada satu di dunia. "
Gavin melirik gaun itu desainnya sebenarnya juga sangat bagus dan tidak kuno, tetapi yang terpenting adalah warnanya juga biru muda dan bukan biru tua, lalu ada beberapa detail kecil di atasnya serta ada dekorasi perhiasan khusus yang sangat bagus.
"Turunkan, aku akan mencobanya." Gavin memutuskan untuk membeli jas itu, karena jas itu bukan saja terlihat bagus tetapi juga sangat unik.
"Maaf Kami tidak bisa mengijinkan anda untuk mencoba jas ini sampai anda membelinya, karena jika anda menodai pakaian ini maka kami tidak bisa menjualnya kepada orang lain." Kata petugas itu.
Hal ini tidak terlalu memalukan bagi Gavin, karena jas itu tidak bisa dicobanya. Karena ukuran jas itu dibuat oleh desainer maka dia tidak bisa merubahnya dan juga setelah dia membelinya, dia tidak akan dapat mengembalikannya. Jadi pakaian itu sudah digantung di lemari kaca sejak awal dibawa.
Gavin hanya bisa melihatnya apakah pakaiannya pas.
"Kamu belum memberitahunya berapa harganya!" Tuan Sihotang mengingatkan pramuniaga.
"460 juta." Pramuniaga itu dengan cepat menjawab.
460 juta untuk set jas. Jas itu merupakan barang mewah bagi orang kaya bahkan anak orang kaya sekalipun tidak akan berani mengeluarkan uang sebanyak itu, apalagi seseorang yang terlihat seperti siswa yang miskin. Jadi Tuan Sihotang sudah mengetahui apa jawabannya, lagi pula dia tidak akan berani untuk membeli set jas itu.
"Coba keluarkan untukku.” Gavin tidak peduli apakah itu pantas atau tidak, tetapi hari ini dia akan memberi tuan muda itu sedikit pelajaran.
Mendengar kalau siswa itu ingin menggesek kartunya Tuan Sihotang terkejut, lalu melihat Gavin dengan penuh curiga karena masih tidak bisa percaya kalau dia benar-benar mampu membeli jas ini?
"Mustahil kamu pasti tidak memiliki uang, tampaknya kamu memang tidak akan pernah menyerah di dalam taruhan." Tuan Sihotang tidak mempercayainya karena dia yakin kalau penilaiannya benar, siswa itu terlihat seperti orang miskin dan tidak ada hal yang bisa menunjukkan kalau dia orang kaya.
Pramuniaga itu tidak terlalu percaya tetapi tetap membawa kartunya ke meja kasir untuk melakukan pembayaran.
"Pembayaran berhasil." Saat kata itu terdengar Tuan Sihotang benar-benar tercengang, begitu juga dengan Pramuniaga dan pelanggan lain yang menyaksikan itu, karena tidak ada yang mengira kalau Gavin benar-benar bisa membeli gaun itu.
Gavin senang melihat mereka kaget seperti ditampar, dan ketika petugas mengembalikan kartunya kepadanya dia berkata, "Sekarang keluarkan pakaiannya biar aku bisa mencobanya. Jika tidak pas aku akan mengembalikannya padamu. "
Bahkan meskipun harganya mahal kalau tidak pas maka tidak ada gunanya membelinya. Pramuniaga tidak berani bicara dan segera menurunkan pakaiannya.
Setelah Gavin mengambilnya dia melihat kalau Tuan Sihotang masih menatapnya, lalu berkata, "Aku harap ketika aku keluar, aku dapat melihat kalau semua pakaian disini sudah dikemas."
Tuan Sihotang yang bertaruh dan dia sendiri yang kalah, jadi bukankah dia akan membeli semua pakaian di sini? Gavin ingin melihat apakah dia memiliki begitu banyak uang hingga dia bisa sangat sombong di depannya.
Novel Terkait
Gue Jadi Kaya×
- Bab 1 Uang Banyak Yang Jatuh Dari Langit
- Bab 2 Memandang Rendah
- Bab 3 Anjing Yang Memandang Rendah Orang
- Bab 4 Pergi Sana!
- Bab 5 Uang Kas Kelas
- Bab 6 Cerai
- Bab 7 Tuan Muda
- Bab 8 Beli!
- Bab 9 Tuan Muda Sanjaya
- Bab 10 Kakek!
- Bab 11 Orang Tidak Berguna Bagaikan Sampah
- Bab 12 Wajah Tidak Sabar
- Bab 13 Sedih
- Bab 14 Pelajar Miskin
- Bab 15 Orang Terpandang
- Bab 16 Saudara Miskin
- Bab 17 Kebenaran Terucap
- Bab 18 Mengantar Uang
- Bab 19 Halangan
- Bab 20 Dikeluarkan Dari Sekolah
- Bab 21 Mengadu
- Bab 22 Investasi
- Bab 23 Mengakui Kekalahan
- Bab 24 Salah Paham
- Bab 25 Berpura-Pura
- Bab 26 Pesta Kumpul Teman-Teman
- Bab 27 10 Miliar!
- Bab 28 Kebingungan Antara Yang Benar Dan Yang Salah
- Bab 29 Menjadi Pelindung
- Bab 30 Usaha
- Bab 31 Hambatan
- Bab 32 Pameran Kerja
- Bab 33 Berani Ikut Dalam Perekrutan
- Bab 34 Wawancara
- Bab 35 Manajer Hari
- Bab 36 Mengeluh
- Bab 37 Saldo Di Dalam Rekening
- Bab 38 Pilih Sendiri
- Bab 39 Tebak
- Bab 40 Orang Di Belakang Uang
- Bab 41 Undangan
- Bab 42 Tuan Sihotang
- Bab 43 Sebuah Pertunjukan Bagus
- Bab 44 Perjamuan Kencan Buta
- Bab 45 Mengacaukan Masalah
- Bab 46 Identitas
- Bab 47 Melakukan Sesuatu
- Bab 48 Bertambah Seorang Adik
- Bab 49 Menarik Orang
- Bab 50 Kontrak
- Bab 51 Membahas Tentang Perceraian Lagi
- Bab 52 Dua Miliar Rupiah
- Bab 53 Bergabung
- Bab 54 Resiko Yang Harus Ditanggung
- Bab 55 Tingkat Kepastian
- Bab 56 Penagihan Hutang
- Bab 57 Pembunuhan
- Bab 58 Beri Pelajaran
- Bab 59 Dijebak
- Bab 60 Pergi Untuk Mati
- Bab 61 Wanita Pembohong
- Bab 62 Melakukan Kerjasama
- Bab 63 Aku Menemukan Harta Karun Itu
- Bab 64 Kembali
- Bab 65 Penandatanganan Kontrak
- Bab 66 Audisi Bakat
- Bab 67 Kekurangan Orang
- Bab 68 Tersinggung
- Bab 69 Pemeliharaan
- Bab 70 Atas Nama Suami Dan Istri
- Bab 71 Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 72 Tidak Akan Kubiarkan Lolos
- Bab 73 Menyadari
- Bab 74 Putri Yang Tidak Diakui
- Bab 75 Sampah
- Bab 76 Bersama
- Bab 77 Tidak Cukup Bagus
- Bab 78 Bos
- Bab 79 Tidak Bisa Memprovokasi
- Bab 80 Program Rekaman
- Bab 81 Protes
- Bab 82 Kinerja
- Bab 83 Lulus
- Bab 84 Salah Tafsir
- Bab 85 Kejutan
- Bab 86 Resmi Bercerai
- Bab 87 Tempat Parkir Harga Langit
- Bab 88 Mempermalukan Diri Sendiri
- Bab 89 Keluar
- Bab 90 Kehilangan Pekerjaan
- Bab 91 Mengangkat Jadi Anak
- Bab 92 Membeli Dengan Seenaknya
- Bab 93 Mengejar Artis
- Bab 94 Pinjam Uang
- Bab 95 Membuat Segalanya Sulit
- Bab 96 Dividen
- Bab 97 Menawar Harga
- Bab 98 Sudah Berencana Sebelumnya
- Bab 99 Hilang
- Bab 100 Bukan Siapa-Siapa
- Bab 101 Pingsan
- Bab 102 Harga Yang Menyakitkan
- Bab 103 Pengakuan
- Bab 104 Terkenal
- Bab 105 Pesta Minum Pribadi
- Bab 106 Membuat Masalah
- Bab 107 Ketidakcocokan
- Bab 108 Silakan
- Bab 109 Tanpa Keraguan
- Bab 110 Rasti Ada Di Sini
- Bab 111 Menyerah
- Bab 112 Hati
- Bab 113 Jalan Untuk Melangkah Mundur
- Bab 114 Mengundurkan Diri Dari Peperangan
- Bab 115 Sombong
- Bab 116 Memalukan
- Bab 117 Makan Gratis
- Bab 118 Skandal
- Bab 119 Memiliki Kesulitan
- Bab 120 Mengejar
- Bab 121 Hati Gadis
- Bab 122 Orang-Orang Di Belakang
- Bab 123 Bahaya
- Bab 124 Melampiaskan Amarah
- Bab 125 Artis
- Bab 126 Hasil Akhir