Gue Jadi Kaya - Bab 36 Mengeluh

Adrian membawa Gavin ke tempat yang sesuai dengan permintaan Gavin.

Gavin berdiri di pintu dan melihat ke arah perusahaan. Gedung empat lantai, lokasinya tidak terlalu jauh, dan tidak di tempat yang strategis, baginya hal itu sudah cukup memuaskan.

Gedung perkantoran bukan gedung baru, tetapi tidak terlihat usang dan memberi kesan yang sangat sederhana tetapi masih terlihat kredibel.

"Tidak masalah lah." Gavin mengangguk. Hampir seperti yang dia inginkan, inilah perusahaan yang dia inginkan.

"Seperti yang kamu inginkan bukan perusahaan baru, dan ini adalah perusahaan investasi proyek. Lalu aku juga telah memeriksa, kalau orang-orang di sini sangat handal dalam kerjanya. Mereka mengerjakan proyek dengan hasilkan yang cukup menjanjikan. "

"Lalu bagaimana pemilik perusahaanya sampai kepada suatu keputusan untuk menjual perusahaannya?”

“Sepertinya karena perputaran modal yang macet. Beberapa proyek telah berhenti dan dia akan kehilangan uang jika dia tetap melanjutkannya. Sehingga dia sadar bahwa perusahaan ini harus segera diambil alih." Dia tidak tahu persis apa alasan perusahaan ini sampai kekurangan uang, tetapi dia sudah melihat semua proyek perusahaan dan tidak menemukan masalah.

"Sebaiknya kita masuk saja dulu." Gavin memutuskan untuk bertanya pada pemiliknya secara langsung. Dia menginginkan jawaban yang sebenarnya, karena khawatir akan ada bahaya tersembunyi.

Keduanya memasuki perusahaan. Di dalam semua orang tampak sangat sibuk, bahkan sepertinya mereka tidak tahu kalau ada pergantian pemilik. Dan semuanya tampak terlihat sangat serius, sehingga ini benar - benar suasana kerja yang sangat bagus.

Seorang wanita yang tengah memegang dokumen berhenti ketika dia berjalan melewati mereka, lalu bertanya, "Maaf, kalian siapa?"

"Kami di sini untuk menemui ..."

"Levina, kenapa lama sekali? Kapan kamu akan membuatkan kopi yang aku minta?"

Kata-kata Adrian belum selesai Dia diganggu oleh suara arogan seorang pria. Gavin mengikuti suara itu dan melihat seorang pria dengan kemeja berbunga dan dengan ekspresi yang tidak sabar menuju ke arahnya. Jelas suarau itu ditujukan pada wanita di depan mereka.

Ketika Levina melihat pria itu, dia segera menundukkan kepalanya lalu segera mengakui kesalahannya dan berkata, "Maaf, Pak Manajer aku memiliki beberapa pekerjaan mendesak sekarang, sehingga aku melupakan tentang kopimu. Aku akan meminta seseorang untuk membuatkannya untukmu sekarang. "

Manajer sama sekali tidak mau menerima permintaan maafnya, malah justru semakin marah, "Apa pekerjaan yang lebih penting daripada kopiku, apa kamu belum mengerti apa maksud dari perkataanku? Aku ingin minum kopi yang kamu buat untukku, jadi serahkan pekerjaanmu pada orang lain. "

"Tapi sebagai Manajer Pemasaran, ada ada beberapa hal yang hanya aku yang tahu. Jika aku serahkan kepada orang lain maka hal itu malah bisa menjadi masalah nantinya." Untuk masalah pekerjaan Levina tidak akan bisa mempercayakannya pada orang lain.

"Maka kamu tidak harus menjadi Manajer Pemasaran, biarkan orang lain saja yang melakukannya. Dan kamu cukup membuatkan kopi untukku di masa depan, dan aku juga akan memberi kamu gaji yang sama. " Kata manajer itu.

"Yang aku lamar di sini adalah Manajer Pemasaran, bukan pembuat kopi." Levina tidak tahan lagi, dulu dia membiarkan dirinya mau untuk membuat kopi jika dia tidak sedang sibuk, tetapi hal itu terus berlanjut hingga seperti sekarang. Bahkan sekarang ini dia akan ditarik dari posisinya dan malah membuatnya jadi pembuat kopi, baginya hal ini adalah penghinaan.

"Apa kamu berani menentangku, aku pikir kamu ingin kehilangan pekerjaanmu yah sekarang, iyah?" Manajer itu mengerutkan keningnya.

"Kalau mau pecat, pecat saja. Jika hal ini terus berlanjut, aku pikir perusahaan akan segera berakhir. Bahkan aku pun sudah muak bekerja denganmu.” Levina melemparkan dokumen di tangannya ke lantai dengan mata merah, dan e bebas.

Dia sangat memahami tentang situasi perusahaan saat ini, yang tidak jauh dai kata bangkrut jika terus berlanjut. Semuanya juga sudah menyadarinya, tetapi mereka semua berusaha memendamnya. Hanya Manajer Umum mereka saja yang masih sangat optimis dan berpikir untuk menikmati sepanjang hari dengan cara ini. Jika terus seperti ini, bahkan jika perusahaan ini diselamatkan pada akhirnya dia tidak akan berada di sana, sehingga dia tidak perlu marah lagi.

"Baik, sekarang pergi ke Departemen Keuangan untuk mengambil gajimu sekarang. Hanya seorang Manajer Pemasaran berani membuatku marah, pergi kamu!”

Levina berbalik dan pergi, ketika baru mengambil dua langkah Pergelangan tangannya ditarik.

"Tunggu jangan pergi dulu. "Gavin menarik wanita itu kembali.

Levina memperhatikan Gavin dan bertanya, "Siapa Kalian?"

"Tidak penting siapa kita, kamu tidak bersalah jadi kamu tidak boleh dipecat." Gavin menganggap Levina sangat baik, karena dia bekerja keras tanpa takut dengan atasannya, jadi dia sangat menyukainya.

"Siapa kamu? Apakah ada tempat bagimu disini untuk berbicara?" Manajer Umum itu menatap Gavin dengan marah.

"Tentang masalah ini, jujur saja dia jauh lebih baik darimu, dia tidak bisa pergi bahkan jika kamu pergi." Kata Gavin.

"Jadi kamu ingin menjadi pahlawan menyelamatkan seorang putri. Jadi kamu tidak tahu siapa aku ya? Aku pikir kamu hanyalah seorang mahasiswa yang ingin melamar, bukan? Aku berkata padamu hal ini tidak sederhana. Karena disini siapapun yang ingin aku pecat, dan siapapun yang ingin tetap tinggal, akulah yang menentukan. Jadi kalau kamu tidak ingin diusir oleh petugas keamanan, cepat keluar dari sini sekarang." Manajer itu memandang Gavin dengan arogan.

Adrian ingin maju dan berbicara tetapi dihentikan oleh Gavin.

"Kalau begitu aku juga akan memberitahumu, kamu bukanlah pemilik dari perusahaan ini. Kemampuanlah yang menjadi pertimbangan di sini. Selama mereka memiliki kemampuan, maka hanya itulah yang membuat mereka bisa tetap tinggal. Dan orang yang tidak kompeten harus pergi. "

"Ha…ha… Mahasiswa adalah mahasiswa, dasar naif. Aku beri tahu kamu sedikit tentang pengalaman sosial, Pejabat seniorlah yang menguasai segalanya, dan inilah kebenaran yang sudah berlaku sepanjang zaman. Aku adalah Manajer Umum aku dapat mengatur segalanya di perusahaan ini, termasuk tentang aturan. "

Keduanya berdebat di sini, dan pekerja lain juga mulai tertarik. Meski kebanyakan dari mereka juga ikut membencinya

Manajer ini, tetapi mereka semua tahu, mereka yang memprovokasi dia tidak akan berakhir dengan baik, jadi mahasiswa itu akan segera berakhir.

"Memang kalau kamu manajer umum dari perusahaan ini, omonganmu jadi hebat gitu?” Gavin bertanya dan melihat ke manajer.

"Iya, jadi aku akan membuat keputusan akhir. Aku akan memanggil keamanan untuk menghajarmu dan mengusirmu keluar. Salahkan dirimu sendiri karena bodoh." Manajer memanggil penjaga keamanan.

Setelah petugas keamanan datang, mereka ingin melakukan sesuatu pada Gavin dan Adrian. Tetapi Adrian dengan cepat menghalanginya, saat ini Bos mereka sudah ada di sini.

"Ada apa? Kenapa kamu semua berkumpul dan tidak pergi bekerja?"

Bos sudah datang, dan Petugas Keamanan menghentikan tangannya dan menjauh. Ini memungkinkan Bos untuk melihat Adrian, dan ekspresi wajahnya langsung berubah.

Dia tersenyum dan menyapa Adrian, "Pak Adrian Rahman Mengapa kamu datang ke sini begitu awal, dan juga tidak meneleponku. "

Manajer awalnya ingin memberi tahu pada Bosnya, tetapi ketika melihat reaksi Bosnya, dia hanya bisa diam. Matanya berputar, dan dia mulai merasa bersalah, dan berpikir apakah dirinya sudah menyinggung pelanggannya?

"Aku ingin langsung menemuimu, tapi tanpa diduga dihentikan oleh Manajermu disini, dan dia juga akan mengusir kami.” Adrian melirik ke arah Manajer, dan nada bicaranya juga tidak terlalu bagus.

Bos tahu bahwa manajernya telah menyinggung Adrian dan Gavin. Wajahnya langsung panik, dan menegur manajer, "Apa yang kamu lakukan, mereka ini adalah orang yang akan mengakuisisi perusahaan, cepat pergilah dan kembalilah bekerja. " Manajer yang mendengar hal itu merasakan getaran di hatinya. Karena dia tidak pernah menyangka bahwa kedua orang akan datang untuk membeli perusahaan.

Maka mereka adalah Bosnya di masa depan, dan dia telah menyinggungnya di saat bertemu pertama kali. Dia sangat takut dan berkata kepada bosnya, "Maafkan aku Pak, aku benar - benar tidak tahu."

Novel Terkait

My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu