Gue Jadi Kaya - Bab 24 Salah Paham
David sama seperti burung merak bunga, setiap memiliki kesempatan David pasti akan menampilkan kemampuan dirinya.
Mata bibi menjadi cerah saat mendengarkan perkataannya " David memang sangat hebat. Lihatlah orang lain generasi kedua yang kaya, mereka menghabiskan sepanjang hari untuk bersenang-senang. Mana ada yang bekerja keras seperti kamu, sudah hebat, bekerja keras lagi. Kedepannya pasti menjadi orang yang sangat sukses. "
“Bibi terlalu berlebihan, aku baru saja memulai, masih sulit untuk berbicara tentang masa depan.” David bersikap renadah hati di depan, tetapi secara diam-diam sedang mengamati reaksi Rasti.
Tapi wajah Rasti tidak berekspresi dan hanya diam, entah apa yang sedang dipikirkan olehnya.
Saat bibi melihat Rasti seperti itu, bibi mengira Rasti sedang memikirkan Gavin, kemudian berkata kepada David "Kamu seperti ini sudah sangat hebat, tidak seperti kerabat miskin di keluargaku itu, kamu pernah bertemu dengannya pada hari ulang tahun Paman Maryana terakhir kali. Apakah masih ingat?"
"Pemburu makanan itu?"
"Iya, dia orangnya, jelas-jelas sudah tidak muda lagi, nilainya juga sangat kacau, tidak semakin meningkat dan juga tidak berusaha keras dan ingin menjadi pelayan, benar-benar sia-sia saja masuk ke sekolah yang begitu bagus, hanya membuang uang dan menyulitkan anggota keluarganya. "
Bibi ingin Rasti tahu perbedaan antara Gavin dengan David, agar Rasti lebih mengenali kenyataan.
"Benarkah? Kalau begitu, memang agak tidak begitu sukses." David ikut mengkritik. Terakhir kali saat makan bersama dengan orang itu, David merasa tidak nyaman saat mengingatnya.
Saat mereka sedang berbicara, pelayan datang sambil mendorong makanan, di belakang pelayan ada seorang pria dan seorang wanita yang mengenakan jas dan gaun dan tangannya memegang biola.
Setelah makanan siap disajikan, pelayan berkata: "Ini adalah layanan khusus dari meja ini, apapun yang ingin kalian dengar, katakan saja, mereka akan bermain langsung untuk kalian."
“Masih ada yang seperti itu!” Bibi berkata dengan terkejut, “ David, kamu sangat hebat dan juga terlalu boros. Hanya makan saja, tetapi mengatur begitu banyak.”
"Ah, bukan apa-apa, asalkan kalian menyukainya," David berkata sambil tersenyum.
Dalam hatinya, David sebenarnya juga tidak mengerti, David tidak mengatur semua ini. Saat memesan tempat, David juga tidak melihat instruksi, mungkin dirinya telah mengabaikannya, dengan begitu anggap saja kejutan.
Karena ini, Rasti akhirnya mengambil inisiatif dan memberi David sebuah tatapan pertama malam ini, tampaknya sangat terkejut dengan kejutan ini.
Rasti berbicara dan memilih sebuah lagu. Rasti menyukai biola, hanya saja hobi ini tidak banyak orang yang tahu. David bisa mencari tahu hal ini berarti menandakan bahwa David benar-benar peduli pada Rasti.
Beberapa orang mendengarkan musik dan makan, terasa sangat nyaman.
Pada saat ini, Gavin datang. Karena ada sedikit penundaan dalam perjalanan, jadi datang sedikit lambat, tetapi Gavin hanya sendirian, datang cepat atau lambat tidak masalah. Gavin menunjukkan kepada pelayan informasi pesanannya.
Noble VIP No.1, pelayan membawanya ke sana, tidak disangka meja itu sudah ada tiga orang yang duduk dan sedang makan.
Pelayan bergegas maju dan bertanya: "Halo, apakah ini meja pesanan kalian?"
“Tentu saja, apakah kamu tidak melihat bahwa kita sedang makan?” David merasa sedikit tidak senang karena pelayan itu mengganggu suasana. David baru saja datang berbicara dengan Rasti.
Begitu menoleh, bibi langsung melihat Gavin di belakang pelayan.
"Mengapa kamu datang ke sini lagi? Apakah begitu ada restoran kelas atas, maka kamu akan langsung datang bekerja paruh waktu? Apakah kamu begitu ingin berkenalan dengan orang kaya?" Bibi berkata sambil memandang Gavin dengan tatapan tidak suka.
Setelah mendengarkan perkataan bibi, David dan Rasti baru memperhatikan Gavin dan Gavin juga mengenali mereka.
“Bibi!” Setelah menyapa bibi, Gavin memandang ke arah Rasti dan tidak berbicara, kemudian berbalik dan menyapa David lagi dan berkata, “Bapak Aksa, kamu juga ada di sini!”
Rasti tidak tahu mengapa dirinya merasa sedikit bersalah, jelas-jelas dirinya tidak melakukan apa-apa, tetapi suasananya seperti dirinya sedang berselingkuh. Tidak peduli dari aspek manapun, Rasti tidak memiliki posisi untuk berhadapan dengan orang-orang ini, kemudian Rasti berdiri dan berkata dengan panik. : "Aku baru ingat, aku masih ada urusan, jadi aku pergi dulu."
"Eh, kamu ada urusan..." Bibi ingin menahannya, tetapi Rasti berjalan terlalu cepat dan tidak bisa ditahan, tetapi juga tidak bisa mengabaikan David, jadi bibi hanya bisa melihat Rasti pergi begitu saja.
Begitu Rasti pergi, bibi tidak peduli lagi dengan apapun dan berkata kepada Gavin : "Lihatlah dirimu, kamu sudah tidak disenangi tetapi masih berani bergabung dengan kami, tidak tahu malu."
Setelah selesai berbicara, bibi juga mengeluh kepada pelayan: "Bukankah restoran kalian ini sangat berkelas? Mengapa mempekerjakan orang yang sembarangan, pelayan seperti itu, membuat pelanggan yang melihat menjadi tidak berselera makan."
"Nyonya, kamu sudah salah paham, dia bukan pelayan..."
"Heh!" Bibi langsung mencibir sebelum pelayan itu selesai berbicara, kemudian lanjut menyindir dan berkata: "Ternyata belum melakukan wawancara. Kamu bahkan bukan pelayan, buat apa datang kemari. Jika kamu merusak barang-barang di sini, apakah kamu bisa membayar ganti rugi? "
"Kamu sudah salah paham, Bapak ini adalah pelanggan kami" Pelayan itu bergegas menjelaskannya.
"Apa katamu? Dia datang ke sini untuk makan?" David memandang Gavin dengan tatapan sinis. Bagaimana mungkin siswa miskin seperti Gavin bisa makan di sini.
Bibi juga tidak percaya, kemudian berkata dengan sinis "Aku rasa kalian pasti sudah melakukan kesalahan. Dia adalah murid miskin, bagaimana mungkin makan di sini? Kalian mungkin sudah ditipu. Ingin datang ke sini untuk makan, kamu harus berhati-hati dengan barang-barang kalian disini, jangan biarkan dia datang ke sini, barang-barangnya akan hilang. "
“Kami telah melakukan kesalahan,” Pelayan itu mengangguk dan berkata.
"Sudah aku katakan, kalau begitu, mengapa tidak bergegas mengusirnya. Baru saja keponakanku pergi karena dia. kamu masih harus memberi kompensasi kerugian kepada kami atas hal itu?" Bibi berkata sambil menatap Gavin dengan bangga.
"Kamu sudah salah paham. Kesalahan yang aku maksud adalah kesalahan dalam reservasi. Kursi yang kalian duduk adalah pesanan Bapak ini dan juga layanan yang baru saja kalian nikmati, semuanya diatur oleh Bapak ini. Siapa yang membawa kalian datang ke sini tadi, biarkan orang itu yang bertanggung jawab atas segalanya."
"Mustahil. Yang aku pesan adalah meja nomor satu. Apakah ini adalah meja nomor satu?" Tadi David sendiri yang berjalan kemari, tetapi David melihat tanda dan itu adalah nomor satu.
Pelayan terpaksa memeriksa kembali informasi pesanan Gavin dan tidak salah, memang di sini.
"Ah, aku sudah tahu. Dia pasti membuat informasi pesanan palsu. Sekarang telah bertemu dengan kami, pemilik yang sebenarnya, bergegaslah minta maaf kepada orang dan keluar." Bibi mulai mengusir Gavin.
“Bukan, tunggu pelanggan, bisakah aku melihat informasi pesananmu?” Pelayan berjalan ke arah David dan berkata.
David mencari informasi pesanan dan memberikan kepadanya: "Lihat baik-baik, pesananku tidak salah, selain itu, aku adalah pelanggan VIP kalian di sini."
Setelah melihatnya, pelayan mengembalikan ponsel kepada David, kemudian berkata "Maaf, Bapak, tempat duduk ini memang miliknya. Kalian sudah melakukan kesalahan.
Milikmu adalah VIP sementara No.1, di sini adalah Noble VIP No.1 milik Bapak Gavin. Jadi, mohon berikan meja ini untuk Bapak Gavin sekarang. "
“Tidak mungkin, kamu sedang bercanda denganku!” Awalnya, bibi masih menunggu dan ingin melihat lelucon Gavin, tapi sekarang tampaknya bibi harus bersuara.
Novel Terkait
Mata Superman
BrickSang Pendosa
DoniCinta Yang Paling Mahal
Andara EarlyCinta Yang Tak Biasa
WennieAwesome Husband
EdisonAir Mata Cinta
Bella CiaoAwesome Guy
RobinLelah Terhadap Cinta Ini
Bella CindyGue Jadi Kaya×
- Bab 1 Uang Banyak Yang Jatuh Dari Langit
- Bab 2 Memandang Rendah
- Bab 3 Anjing Yang Memandang Rendah Orang
- Bab 4 Pergi Sana!
- Bab 5 Uang Kas Kelas
- Bab 6 Cerai
- Bab 7 Tuan Muda
- Bab 8 Beli!
- Bab 9 Tuan Muda Sanjaya
- Bab 10 Kakek!
- Bab 11 Orang Tidak Berguna Bagaikan Sampah
- Bab 12 Wajah Tidak Sabar
- Bab 13 Sedih
- Bab 14 Pelajar Miskin
- Bab 15 Orang Terpandang
- Bab 16 Saudara Miskin
- Bab 17 Kebenaran Terucap
- Bab 18 Mengantar Uang
- Bab 19 Halangan
- Bab 20 Dikeluarkan Dari Sekolah
- Bab 21 Mengadu
- Bab 22 Investasi
- Bab 23 Mengakui Kekalahan
- Bab 24 Salah Paham
- Bab 25 Berpura-Pura
- Bab 26 Pesta Kumpul Teman-Teman
- Bab 27 10 Miliar!
- Bab 28 Kebingungan Antara Yang Benar Dan Yang Salah
- Bab 29 Menjadi Pelindung
- Bab 30 Usaha
- Bab 31 Hambatan
- Bab 32 Pameran Kerja
- Bab 33 Berani Ikut Dalam Perekrutan
- Bab 34 Wawancara
- Bab 35 Manajer Hari
- Bab 36 Mengeluh
- Bab 37 Saldo Di Dalam Rekening
- Bab 38 Pilih Sendiri
- Bab 39 Tebak
- Bab 40 Orang Di Belakang Uang
- Bab 41 Undangan
- Bab 42 Tuan Sihotang
- Bab 43 Sebuah Pertunjukan Bagus
- Bab 44 Perjamuan Kencan Buta
- Bab 45 Mengacaukan Masalah
- Bab 46 Identitas
- Bab 47 Melakukan Sesuatu
- Bab 48 Bertambah Seorang Adik
- Bab 49 Menarik Orang
- Bab 50 Kontrak
- Bab 51 Membahas Tentang Perceraian Lagi
- Bab 52 Dua Miliar Rupiah
- Bab 53 Bergabung
- Bab 54 Resiko Yang Harus Ditanggung
- Bab 55 Tingkat Kepastian
- Bab 56 Penagihan Hutang
- Bab 57 Pembunuhan
- Bab 58 Beri Pelajaran
- Bab 59 Dijebak
- Bab 60 Pergi Untuk Mati
- Bab 61 Wanita Pembohong
- Bab 62 Melakukan Kerjasama
- Bab 63 Aku Menemukan Harta Karun Itu
- Bab 64 Kembali
- Bab 65 Penandatanganan Kontrak
- Bab 66 Audisi Bakat
- Bab 67 Kekurangan Orang
- Bab 68 Tersinggung
- Bab 69 Pemeliharaan
- Bab 70 Atas Nama Suami Dan Istri
- Bab 71 Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 72 Tidak Akan Kubiarkan Lolos
- Bab 73 Menyadari
- Bab 74 Putri Yang Tidak Diakui
- Bab 75 Sampah
- Bab 76 Bersama
- Bab 77 Tidak Cukup Bagus
- Bab 78 Bos
- Bab 79 Tidak Bisa Memprovokasi
- Bab 80 Program Rekaman
- Bab 81 Protes
- Bab 82 Kinerja
- Bab 83 Lulus
- Bab 84 Salah Tafsir
- Bab 85 Kejutan
- Bab 86 Resmi Bercerai
- Bab 87 Tempat Parkir Harga Langit
- Bab 88 Mempermalukan Diri Sendiri
- Bab 89 Keluar
- Bab 90 Kehilangan Pekerjaan
- Bab 91 Mengangkat Jadi Anak
- Bab 92 Membeli Dengan Seenaknya
- Bab 93 Mengejar Artis
- Bab 94 Pinjam Uang
- Bab 95 Membuat Segalanya Sulit
- Bab 96 Dividen
- Bab 97 Menawar Harga
- Bab 98 Sudah Berencana Sebelumnya
- Bab 99 Hilang
- Bab 100 Bukan Siapa-Siapa
- Bab 101 Pingsan
- Bab 102 Harga Yang Menyakitkan
- Bab 103 Pengakuan
- Bab 104 Terkenal
- Bab 105 Pesta Minum Pribadi
- Bab 106 Membuat Masalah
- Bab 107 Ketidakcocokan
- Bab 108 Silakan
- Bab 109 Tanpa Keraguan
- Bab 110 Rasti Ada Di Sini
- Bab 111 Menyerah
- Bab 112 Hati
- Bab 113 Jalan Untuk Melangkah Mundur
- Bab 114 Mengundurkan Diri Dari Peperangan
- Bab 115 Sombong
- Bab 116 Memalukan
- Bab 117 Makan Gratis
- Bab 118 Skandal
- Bab 119 Memiliki Kesulitan
- Bab 120 Mengejar
- Bab 121 Hati Gadis
- Bab 122 Orang-Orang Di Belakang
- Bab 123 Bahaya
- Bab 124 Melampiaskan Amarah
- Bab 125 Artis
- Bab 126 Hasil Akhir