Gue Jadi Kaya - Bab 29 Menjadi Pelindung

Bahkan kata-kata basi seperti ini juga tetap ada orang yang mempercayainya.

Murid-murid yang lain berpikir-pikir kemudian merasa benar juga, Gavin mengenal Bang Bobby, saat mereka masuk untuk mencari keributan juga dapat langsung maju kedepan, tetapi dia terus-menerus bersantai-santai dan melihat dari samping, hingga diakhir baru kemudian menunjukkan diri, seolah-olah memang sengaja seperti itu.

“ Gavin, kamu seperti ini juga keterlaluan, Reyhan sebelumnya mungkin melakukan hal-hal yang tidak benar, tetapi kamu juga tidak perlu sekejam itu menghadapinya lah!”

“Iya benar, tidak peduli bagaimanapun juga semua adalah temanmu, jika tidak dapat menahan emosimu, seperti kata Tuan Muda Suhendra, kalian dapat bertarung sendiri berdua, tidak perlu meminta orang lain untuk turun tangan melakukannya.”

Seketika ini menjadi Bang Bobby masuk kemari bukanlah kebetulan, Bahkan seolah-olah Gavin sengaja membuat masalah seperti ini untuk menghadapi Reyhan, dia menolong orang malah menjadi seseorang yang membalas dendam kepada orang lain dengan kejam, orang-orang ini benar-benar tidak tertolong.

Gavin dengan wajah tanpa ekspresi berkata: “Kenapa aku dari awal tidak turun tangan adalah karena aku berada disudut ruangan, tidak dapat melihat dengan jelas, kalian semua menutupi arah pandanganku, saat mendengar dia menginginkan 10 miliar baru kemudian aku menerobos untuk masuk dan melihat sebentar, saat itu aku baru mengenalinya, tetapi aku kira Tuan Muda Suhendra bisa menyelesaikannya, bagaimanapun juga dia kaya kan.

Siapa yang tahu dia ternyata tidak dapat memberikan uang itu, justru jadi dipukuli bersama-sama dengannya, aku benar-benar tidak memiliki pilihan lain baru akhirnya memutuskan untuk maju, aku hanya membantu hal kecil dari Bang Bobby, sebelum keluar pun juga tidak tahu apakah dia akan memberikan muka ini atau tidak, dihitung-hitung aku juga mempertaruhkan diriku untuk mencoba sekali, sama sekali bukan balas dendam seperti yang kalian bilang itu.

Jika kalian memang tidak percaya, aku juga tidak memiliki kata-kata lagi, jangan menghubungiku jika ada pertemuan dimasa depan, jangan sampai aku berurusan dengan orang lain dengan kejam.”

Setelah selesai berbicara Gavin langsung berbalik dan pergi, untuk orang-orang itu percaya ataupun tidak percaya dengan ucapannya, terserah mereka saja.

Kepada orang-orang yang tidak tahu berterima kasih seperti mereka, dia pasti tidak akan lagi ikut campur dalam urusan mereka.

Gavin menahan emosinya dan pulang kerumah, saat bersiap-siap untuk istirahat, teleponnya berbunyi, Rasti yang menelepon.

“Ada apa?” Gavin mengangkat teleponnya, dengan sedikit tidak tenang, kuatir masalah diacara perkumpulannya tadi diketahui olehnya, dia kembali menelepon kepadanya untuk memarahinya.

“Besok malam bibi mengajak kita untuk makan, sepulang sekolah kamu ikut denganku pergi kesana.” Kata Rasti.

“Dia mengajak kita untuk makan bersama?” Gavin sangat terkejut, bibinya selama ini tidak ingin menemuinya, membencinya hingga menganggap didunia ini tidak ada keberadaannya, kenapa tiba-tiba ingin mengundangnya untuk makan bersama.

“Setelah pulang sekolah nanti tunggu aku saja sudah beres, untuk apa berpikir begitu banyak.” Selesai berbicara Rasti menutup teleponnya.

Gavin tidak memiliki pilihan lain, hari kedua setelah pulang sekolah dia hanya bisa menunggu Rasti, dia tidak mengendarai mobilnya sendiri, duduk dimobil Rasti untuk pergi ke restoran tersebut.

Keduanya masuk menuju kedalam ruangan khusus, langsung melihat bibinya dan David duduk bersama-sama sambil berbincang-bincang dan tertawa.

Mendengar suara mereka, bibinya menolehkan kepalanya dan melihat Gavin, dia langsung mengerutkan alisnya dan bertanya: “Kenapa dia ikut datang juga?”

Setelah mengatakannya dia kemudian dengan canggung melihat kearah David, kemudian menyuruh Rasti untuk duduk kemari, tidak disangka ternyata Gavin mengikutinya berjalan kemari, sebelumnya setelah selesai acara, Rasti sama sekali tidak berhubungan dengan David, dia saat ini sedang membuat kesempatan untuk mereka, dia tidak menyangka Rasti begitu tidak mengertinya.

Gavin mengerti, bibinya masih berusaha untuk menjodohkan Rasti dengan David, hanya saja hati Rasti tidak begitu senang, menariknya untuk datang bersama untuk menjadikannya sebagai pelindung.

Mengetahui hal ini dia cukup senang, tertawa sambil berkata: “Bibi, bukankah kamu yang mengundang kami untuk makan bersama?”

“Kamu jangan memberikan muka terlalu berlebihan kepada dirimu sendiri, dirimu sendiri seperti apa kamu masih tidak sadar? Yang aku undang adalah Rasti, siapa yang tahu kalau kamu akan mengikutinya seperti perekat.” bibinya berkata kepadanya sambil membuang muka.

“ Rasti, kamu juga, bagaimana bisa kamu membawanya datang kemari, meskipun kalian adalah……”

Saat mengatakan ini bibinya tiba-tiba berhenti dan menutup mulutnya, dia masih tidak berani membuat David mengetahui hubungan antara Gavin dan Rasti, jika tidak semuanya akan menjadi sia-sia.

David kali ini tidak terlalu peduli kepada Gavin, menyapa Rasti dan kemudian berkata:

“Rasti, kita bertemu lagi.”

“Hm, aku juga tidak menyangka kita secepat ini akan bertemu lagi.” Rasti memberikan jawaban yang acuh tak acuh kepadanya.

“ David langsung berdiri berencana untuk duduk disamping Rasti, kemudian terhalangi oleh tangan cepat Gavin ditengah-tengah, dirinya terlebih dahulu duduk disamping Rasti.

David mengerutkan keningnya, tidak ada cara lain hanya bisa kembali keposisi awalnya.

Orang ini tidak hanya miskin, bahkan sama sekali tidak memiliki pandangan, pantas saja bibi Rasti sangat membencinya.

Makanannya terus menerus disajikan diatas meja, bibinya melihat-lihat dan memilih sebuah masakan dan meletakkannya di mangkok Rasti, berkata kepadanya: “ Rasti, kamu coba ini, ini adalah makanan kesukaanmu yang diketahui oleh David kemudian dipesankan khusus olehnya kepada dapur untuk dibuat, sebenarnya masakan ini sama sekali tidak ada di menu mereka.”

“Oh, benarkah? Kalau begitu aku coba, aku ingin tahu dia menyukai masakan yang seperti apa.” Gavin menggerakan sumpitnya lurus, mengambil makanan yang ada dimangkok Rasti untuk dimakannya, dengan nikmat sambil berkata: “Benar-benar enak, seleramu memang paling baik.”

“Hanya mengerti makan terus.” Rasti dengan nada tidak senang berkata kepadanya, tetapi dalam hatinya dia sama sekali tidak marah, dia tidak begitu menyukai David, tidak peduli sebanyak apapun bibinya mengatakan hal-hal bagus tentangnya, tidak ada gunanya.

Ditambah lagi bagaimanapun dirinya adalah seseorang yang telah menikah, meskipun secara nyata dia tidak memiliki hubungan sama sekali dengan Gavin, tetap saja adalah seseorang yang telah menikah, bibinya setiap hari ingin menyiapkan perjodohan dll untuknya, benar-benar sedikit keterlaluan.

Dia sendiri tidak dapat menolak bibinya, hanya bisa membawa Gavin, berharap bibinya bisa mengerti maksud dari hatinya.

Tetapi bibinya tetap saja seperti ini, terus-menerus memuji David, Gavin sekarang ini terhitung membantunya untuk terlepas dari lingkaran.

David tidak peduli dengan semua ini, berinisiatif untuk berbicara dengan Rasti : “ Rasti, besok perusahaan kami akan datang ke sekolahmu untuk mengikuti pameran lowongan kerja, disaat itu jika kamu memiliki waktu kosong, bisakah kamu……”

“Benarkah, kalau begitu benar-benar bagus ssekali, perusahaan milik Tuan Muda Aksa pasti sangat hebat, dimana dan kapan, beritahu kepadaku, aku juga akan pergi untuk mencoba, melihat apakah aku bisa masuk kedalam perusahaanmu untuk bekerja, jika bisa, maka benar-benar bagus sekali.” Gavin memutuskan undangan David, dengan ramah mengatakan kepadanya masalah lowongan kerja itu.

“Kamu pergi untuk meramaikan apa, bukankah kamu cukup baik melakukan pekerjaan pelayanmu? Sebelumnya Tuan Muda Aksa mau mengundangmu untuk kesana kamu pun menolak, sekarang ingin pergi mencoba, apakah kamu akhirnya sudah mengetahui perbedaan dari pelayan dan perusahaan.

Hanya saja ini sudah terlambat, kamu yang seperti ini, perusahaan biasa saja tidak menginginkanmu, berani-beraninya kamu ingin pergi ke perusahaan Tuan Muda Aksa, mimpi.” bibinya dengan emosi memarahi Gavin.

Menolehkan kepalanya dan kembali berkata kepada Rasti : “Kamu bukankah ingin membuka perusahaan sendiri? Sebelumnya kamu berkata padaku bahwa kamu masih ada beberapa tempat yang tidak mengerti, sekarang David ada disini, kamu bisa bertanya lebih banyak kepadanya.”

“Pengetahuan Tuan Muda Aksa benar-benar sangat luas, kalau begitu aku juga memiliki banyak sekali pertanyaan yang ingin kutanyakan, Tuan Muda Aksa kamu coba jelaskan terlebih dahulu kepadaku.” Gavin menggunakan seribu macam cara untuk memutuskan kesempatan berbicara antara dirinya dan Rasti.

Bibinya tidak dapat melihat ini lebih lama lagi, menunjuknya sambil berkata: “Kamu diam, hal yang diketahui oleh David memang bisa ditanyakan olehmu? Kamu juga memang bisa mengerti? Jika ingin mendapatkan makanan gratis, duduk diam dan lihat saja dari samping, jangan mengganggu mereka berdua membicarakan hal penting.”

Dia sekarang sedang dengan jelas memberikan peringatan kepada Gavin untuk tidak lagi memotong pembicaraan, hingga saat ini Rasti dan David sama sekali belum memiliki kesempatan untuk berbicara dengan baik.

Novel Terkait

Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu