Gue Jadi Kaya - Bab 5 Uang Kas Kelas
Tidak masuk tidak masalah, begini juga baik, tanpa mengucapkan sepatah kata pun Gavin langsung berbalik pergi.
Melihat Gavin benar-benar pergi, emosi Rasti tidak hilang, malah merasa dadanya semakin sesak, emosinya tidak naik tetapi juga tidak turun, kalau bukan karena ada begitu banyak murid yang sedang melihatnya, dia bahkan ingin sekali maju dan menghajar Gavin.
Tentu saja dia tidak akan berdiri bodoh di luar lalu membiarkan orang-orang menertawakannya, dia langsung turun ke bawah setelah keluar dari kelas, kemudian pergi sarapan ke restoran di luar sekolah dan dia kembali ke sekolah ketika mendengar suara bel pelajaran selesai.
Ketika dia tiba di kelas, Rasti sudah tidak ada di sana, kemudian Gavin pun kembali ke tempat duduknya.
Dia yang baru saja duduk, lengannya langsung ditarik oleh seseorang: " Gavin, cepat serahkan barang itu."
Gavin melirik orang yang menggerakkannya itu, Bella Hamami, ketua kelas, memiliki prestasi yang baik, juga sangat cantik, dia juga merupakan Dewi pujaan orang-orang di sekolah.
Dewi ini juga teman sebangkunya Gavin, semua orang berpikir itu adalah keberuntungannya Gavin, tetapi hanya Gavin sendiri yang mengetahui betapa besar siksaan itu.
Bella memang sangat cantik, tetapi dia memiliki kepribadian yang kejam juga memandang rendah dirinya, dia setiap hari yang selalu mengejeknya, bahkan beberapa kali memarahinya, hanya karena dia memandangnya sedikit saja, sama seperti Ibu-Ibu yang suka marah.
Sekarang mendengar Bella mengatakan hal yang tidak masuk akal itu, Gavin sama sekali tidak ingin memperdulikannya.
Melihat Gavin yang berpenampilan seperti itu, Bella sangat marah, awalnya dia berencana masih menjaga reputasinya, dia sendiri malah sangat tidak berperikemanusiaan, kalau begitu jangan salahkan dia.
" Gavin, kamu cepat serahkan uang kas kelas, kalau tidak aku akan memberi tahu Ibu wali kelas!"
"Apa?" mendengar tentang uang kas kelas, Gavin memandang Bella dengan bingung.
Ketika semua orang mendengar kata-kata ini, mereka langsung mengerti dan segera mengumpul ke arah mereka untuk melihat situasi.
"Uang kas kelas, cepat serahkan dan aku akan menganggap kamu tidak mencurinya." Ulang Bella.
"Apa kamu gila, kapan aku mencuri uang kas kelas?" Gavin bangkit berdiri, tindakan mencuri barang seperti ini tidak bisa sembarang diakui, terutama mencuri uang.
"Jangan berpura-pura lagi, hanya kamu sendiri yang melihat aku meletakkan uang kas kelas kemarin siang, aku pulang semalam sudah tidak ada, kamu pasti mencurinya sore itu." Bella sudah menganggap Gavin yang mengambil uang itu, sikapnya sangat teguh.
"Aku tidak mengambilnya, kamu sendiri yang menghilangkan uang dan jangan pikir untuk menyalahkan orang lain, aku tidak akan menjadi kambing hitammu!" Gavin menatapnya dengan dingin.
"Pasti dia yang mencurinya, tadi di gerbang sekolah aku melihat dia keluar dari restoran, siapa pun tahu dia tidak punya uang, pasti dia telah mencuri uang kas kelas." Kata seseorang di tengah kerumunan.
"Kamu masih bisa mengatakan apa?" Bella memandang Gavin dengan acuh tak acuh.
"Aku menggunakan uangku sendiri." Gavin menjelaskan.
"Masih punya muka berkata uangnya sendiri, Bella, tidak perlu omong kosong lagi dengannya, langsung geledah saja, serahkan uang itu." Kata orang-orang di sekitar.
"Biarkan aku menggeledah." Bella mengulurkan tangan ingin memeriksa.
"Kamu ada hak apa untuk menggeledahku, sudah aku katakan, aku menggunakan uangku sendiri." Tentu saja Gavin tidak akan membiarkan mereka memeriksa tasnya, dia juga tidak mencuri, bahkan jika tasnya tidak ada uang, dia juga tidak ingin Bella bertindak seenak-enaknya.
"Baik, kamu tunggu saja!" kata Bella dan langsung keluar.
Setelah beberapa saat kemudian, Bella membawa Rasti ke kelas, berjalan ke hadapan Gavin dan berkata dengan menunjuknya: "Ibu guru, dialah yang mencuri uang kas kelas dan masih tidak mau menyerahkannya."
Pada dasarnya Rasti sangat marah ketika mendengar uang kas kelas hilang, tetapi ketika dia mendengar Bella mengatakan itu adalah Gavin, dia menjadi lebih marah lagi.
Pada saat yang sama, dia pun mengerti, itulah mengapa Gavin bisa pulang naik taksi tanpa pikir panjang lagi, ternyata dia mencuri uang kas kelas, ketika emosinya menaik, Rasti langsung tidak bisa mengendalikannya lagi.
Dia langsung berteriak memarahi Gavin : " Gavin, kamu bajingan, beraninya kamu mencuri barang, apa kamu berencana menjadi sampah seumur hidupmu, kamu bertindak tanpa melewati otak ya, atau kamu memang orang yang tidak punya otak!"
"Aku tidak mengambilnya!" Gavin balik berteriak.
Novel Terkait
Si Menantu Dokter
Hendy ZhangCinta Yang Tak Biasa
WennieMata Superman
BrickCinta Yang Terlarang
MinnieMarriage Journey
Hyon SongAwesome Husband
EdisonMenantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiGue Jadi Kaya×
- Bab 1 Uang Banyak Yang Jatuh Dari Langit
- Bab 2 Memandang Rendah
- Bab 3 Anjing Yang Memandang Rendah Orang
- Bab 4 Pergi Sana!
- Bab 5 Uang Kas Kelas
- Bab 6 Cerai
- Bab 7 Tuan Muda
- Bab 8 Beli!
- Bab 9 Tuan Muda Sanjaya
- Bab 10 Kakek!
- Bab 11 Orang Tidak Berguna Bagaikan Sampah
- Bab 12 Wajah Tidak Sabar
- Bab 13 Sedih
- Bab 14 Pelajar Miskin
- Bab 15 Orang Terpandang
- Bab 16 Saudara Miskin
- Bab 17 Kebenaran Terucap
- Bab 18 Mengantar Uang
- Bab 19 Halangan
- Bab 20 Dikeluarkan Dari Sekolah
- Bab 21 Mengadu
- Bab 22 Investasi
- Bab 23 Mengakui Kekalahan
- Bab 24 Salah Paham
- Bab 25 Berpura-Pura
- Bab 26 Pesta Kumpul Teman-Teman
- Bab 27 10 Miliar!
- Bab 28 Kebingungan Antara Yang Benar Dan Yang Salah
- Bab 29 Menjadi Pelindung
- Bab 30 Usaha
- Bab 31 Hambatan
- Bab 32 Pameran Kerja
- Bab 33 Berani Ikut Dalam Perekrutan
- Bab 34 Wawancara
- Bab 35 Manajer Hari
- Bab 36 Mengeluh
- Bab 37 Saldo Di Dalam Rekening
- Bab 38 Pilih Sendiri
- Bab 39 Tebak
- Bab 40 Orang Di Belakang Uang
- Bab 41 Undangan
- Bab 42 Tuan Sihotang
- Bab 43 Sebuah Pertunjukan Bagus
- Bab 44 Perjamuan Kencan Buta
- Bab 45 Mengacaukan Masalah
- Bab 46 Identitas
- Bab 47 Melakukan Sesuatu
- Bab 48 Bertambah Seorang Adik
- Bab 49 Menarik Orang
- Bab 50 Kontrak
- Bab 51 Membahas Tentang Perceraian Lagi
- Bab 52 Dua Miliar Rupiah
- Bab 53 Bergabung
- Bab 54 Resiko Yang Harus Ditanggung
- Bab 55 Tingkat Kepastian
- Bab 56 Penagihan Hutang
- Bab 57 Pembunuhan
- Bab 58 Beri Pelajaran
- Bab 59 Dijebak
- Bab 60 Pergi Untuk Mati
- Bab 61 Wanita Pembohong
- Bab 62 Melakukan Kerjasama
- Bab 63 Aku Menemukan Harta Karun Itu
- Bab 64 Kembali
- Bab 65 Penandatanganan Kontrak
- Bab 66 Audisi Bakat
- Bab 67 Kekurangan Orang
- Bab 68 Tersinggung
- Bab 69 Pemeliharaan
- Bab 70 Atas Nama Suami Dan Istri
- Bab 71 Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 72 Tidak Akan Kubiarkan Lolos
- Bab 73 Menyadari
- Bab 74 Putri Yang Tidak Diakui
- Bab 75 Sampah
- Bab 76 Bersama
- Bab 77 Tidak Cukup Bagus
- Bab 78 Bos
- Bab 79 Tidak Bisa Memprovokasi
- Bab 80 Program Rekaman
- Bab 81 Protes
- Bab 82 Kinerja
- Bab 83 Lulus
- Bab 84 Salah Tafsir
- Bab 85 Kejutan
- Bab 86 Resmi Bercerai
- Bab 87 Tempat Parkir Harga Langit
- Bab 88 Mempermalukan Diri Sendiri
- Bab 89 Keluar
- Bab 90 Kehilangan Pekerjaan
- Bab 91 Mengangkat Jadi Anak
- Bab 92 Membeli Dengan Seenaknya
- Bab 93 Mengejar Artis
- Bab 94 Pinjam Uang
- Bab 95 Membuat Segalanya Sulit
- Bab 96 Dividen
- Bab 97 Menawar Harga
- Bab 98 Sudah Berencana Sebelumnya
- Bab 99 Hilang
- Bab 100 Bukan Siapa-Siapa
- Bab 101 Pingsan
- Bab 102 Harga Yang Menyakitkan
- Bab 103 Pengakuan
- Bab 104 Terkenal
- Bab 105 Pesta Minum Pribadi
- Bab 106 Membuat Masalah
- Bab 107 Ketidakcocokan
- Bab 108 Silakan
- Bab 109 Tanpa Keraguan
- Bab 110 Rasti Ada Di Sini
- Bab 111 Menyerah
- Bab 112 Hati
- Bab 113 Jalan Untuk Melangkah Mundur
- Bab 114 Mengundurkan Diri Dari Peperangan
- Bab 115 Sombong
- Bab 116 Memalukan
- Bab 117 Makan Gratis
- Bab 118 Skandal
- Bab 119 Memiliki Kesulitan
- Bab 120 Mengejar
- Bab 121 Hati Gadis
- Bab 122 Orang-Orang Di Belakang
- Bab 123 Bahaya
- Bab 124 Melampiaskan Amarah
- Bab 125 Artis
- Bab 126 Hasil Akhir