Gue Jadi Kaya - Bab 59 Dijebak
Ada revisi nama Bobby Samudra = Bang Bobby Bab 27-29 & 56-57 18/9/20
"Memangnya mau buat apa lagi, mereka mengambil uang dan bekerja, mereka sama seperti kalian. Karena sudah bertemu kali ini anggap saja memberi mereka pelajaran, kembali dan beritahu David bahwa dia tidak bisa menyentuhku. Jika ada sesuatu, min talah dia berbicara denganku secara langsung. "
“Baik.” Orang itu tidak berani mengatakan apapun, dia benar-benar tidak tahu bahwa Gavin ternyata kenal dengan Bang Bobby.
Orang-orang seperti Bang Bobby sangat terkenal di kalangannya, mereka adalah tipe orang yang kalau sudah mengambil uang, tidak peduli lagi dengan nyawa, mereka bukanlah orang sembarangan.
Gavin memberi isyarat kepada Bang Bobby, meminta mereka untuk melepaskan orang-orang itu.
Bang Bobby juga membiarkan orang-orang pergi. Begitu mereka pergi, Gavin berkata kepada Bang Bobby dengan sangat tulus: "Terima kasih. Kamu sudah sangat membantuku kali ini. Jika kedepannya ada sesuatu yang memerlukan bantuanku, langsung cari aku saja. "
Gavin memberi nomor ponselnya, kebaikan ini tetap harus dibalas.
Insiden ini membuat Gavin tidak bisa menghindari rombongan Bang Bobby, sepertinya ini adalah kehendak Tuhan.
“Bagaimana dengan adik yang kamu bicarakan itu? Mengapa aku tidak melihatnya?” Bang Bobby bertanya setelah menyimpan nomor ponsel Gavin.
Saat itulah Gavin baru menyadarinya, dirinya tadi memberitahu posisinya kepada Rasti dan sekarang orang yang dibayar David tiba, bagaimanapun juga, Rasti pasti juga terlibat dalam masalah ini. Gavin ingin sekali mendengar penjelasan dari Rasti.
“Sudah dibatalkan, tapi tidak apa-apa, itu hanya seorang adik saja, kedepannya pasti ada lagi.” Gavin berkata kepada Bang Bobby.
Bang Bobby tidak bertanya lagi, hanya berkata: "Haruskah kami mengantarmu kembali, jangan sampai orang-orang itu datang kembali."
“Melihat cara mereka melarikan diri tadi, jangankan datang kembali, tampaknya mereka juga tidak akan datang mencari masalah denganku lagi.” Gavin masih bisa melihat hal ini.
"Kalau begitu kami pergi dulu."
"Baik."
Setelah mereka pergi, Gavin kembali lagi untuk mengambil mobilnya, kemudian mengemudi pulang. Setelah memasuki pintu, Gavin mengeluarkan ponsel dan memeriksanya. Rasti sudah membalas pesannya, hanya sebuah tanda tanya dan tidak mengatakan apapun.
Gavin juga tidak membalasnya dan langsung menelepon.
Rasti segera menjawab telepon, tetapi nada suaranya tidak begitu baik, lalu bertanya: "Ada apa denganmu?"
“Apakah kamu bertanya ada apa dengan diriku? Harusnya aku yang menanyakan kalimat ini padamu!” Gavin ingin sekali tertawa, Gavin belum mulai bertanya, Rasti malah sudah bertanya balik.
“Apa maksudmu?” Rasti tidak mengerti. Gavin mengirim pesan teks tanpa awalan dan akhiran kepada dirinya, mengapa Gavin sekarang berkata seperti itu pada dirinya.
“Kamu memberitahu David posisiku, dan kemudian membiarkan orang-orang bayaran David datang memukulku, lalu masih bertanya apa maksudku?” Gavin sedikit marah.
“Dia meminta seseorang untuk memukulmu?” Rasti terkejut, dirinya bahkan tidak mengetahui hal ini.
"Jangan bilang padaku bahwa kamu tidak tahu."
“Aku benar-benar tidak tahu, mengapa David ingin mencari seseorang untuk memukulmu, dan kapan aku memberitahu posisimu kepadanya? Aku itu bahkan tidak tahu kamu ada dimana!” Rasti saat ini baru menyadari bahwa Gavin baru saja mengatakan dirinya memberitahu posisi Gavin kepada David, ini tidak ada hubungannya dengan dirinya.
Setelah mendengar ini, Gavin tertegun sejenak. Gavin percaya Rasti tidak akan berbohong kepadanya tentang hal semacam ini, lalu bertanya: "Apakah kamu baru saja bertemu dengan David? Dia menggunakan ponselmu untuk menanyakan posisiku. Aku kira kamu ingin mencariku, jadi aku mengirimkannya. "
Rasti sudah mengerti, tadi dirinya memang sedang bersama David, tetapi Rasti tidak memberikan ponselnya kepada David, tetapi Rasti hanya pergi sebentar dan tasnya tertinggal. Rasti benar-benar tidak menyangka bahwa David berani mengambil ponselnya, dan menyentuhnya secara diam-diam saat dirinya pergi.
Ini bukan lagi masalah David memanfaatkan Rasti untuk mencari masalah dengan Gavin, David juga sudah bersikap tidak sopan pada Rasti.
Di antara mereka bahkan tidak bisa lagi dianggap sebagai teman.
Keheningan Rasti membuat Gavin tahu bahwa Rasti tadi benar-benar bersama David. Meskipun Rasti mungkin tidak terlibat dalam masalah ini, tetapi pertemuannya dengan David membuat Gavin merasa kesal.
Dengan nada suara yang tidak baik, berkata: "Bukankah kamu mengatakan bahwa kamu sangat sibuk akhir-akhir ini dan tidak punya waktu untuk mempedulikan aku? Mengapa kamu masih punya waktu untuk berkencan dengan orang lain?"
"Ini bukan kencan. Bibiku yang meminta aku untuk pergi. David ingin berinvestasi di perusahaanku. Aku tidak ingin dia ikut campur. Bibi bilang niatnya baik dan memintaku untuk pergi mengatakannya. Lalu bertemu di kafe selama beberapa menit, kemudian ada seorang pelayan tidak sengaja menumpahkan kopi ke pakaianku. Saat aku pergi ke toilet untuk bersih-bersih, David menggunakan ponselku. Aku tidak tahu apa-apa sama sekali. "Rasti sangat jarang sekali menjelaskan begitu banyak kepada Gavin.
Karena Rasti sudah berkata seperti itu, Gavin mempercayainya.
"Kedepannya jangan bertemu lagi dengannya. Kali ini keberuntunganku, tetapi lain kali jika dia memanfaatkanmu untuk melakukan sesuatu, dan jika terjadi sesuatu, kamu juga tidak akan bisa lari." Gavin membujuknya.
“Kedepannya, bahkan seorang raja surga sekalipun, jika ingin memintaku pergi, aku juga tidak akan bertemu lagi dengannya.” Rasti berkata dengan yakin.
Setelah mengatakan ini, Rasti langsung menutup telepon tanpa menunggu tanggapan Gavin.
Lalu Rasti menelepon bibi.
“Rasti, ada apa?” Bibi bertanya sambil tersenyum.
"Kedepannya jangan mengatur agar aku bertemu dengan David lagi. Aku sama sekali tidak tertarik padanya. Dia berani menggunakan ponselku untuk menanyakan keberadaan Gavin saat aku pergi, dan meminta orang memukul Gavin. Aku tidak berani menyinggung orang seperti itu, "Rasti berkata dengan dingin.
Dulu karena selalu menghargai bibinya, makanya Rasti terus menerus masuk ke dalam perangkap, tapi kedepannya Rasti tidak akan bertingkah bodoh seperti itu lagi.
“Bagaimana dengan Gavin?” Bibi bertanya.
"Nasibnya beruntung dan lolos."
“Oh!” Bibi merasa kasihan, dirinya mengira Gavin sudah dipukul: “Karena Gavin baik-baik saja, kenapa kamu masih marah, David begini juga karena demi kebaikanmu. Melihat Gavin terus memanfaatkan dirimu, jadi dia ingin membantumu, mengapa kamu malah menyalahkannya? "
“Apakah kamu masih membelanya?” Rasti tertegun.
"Aku tidak membelanya. Itu adalah fakta. Kamu rasakan saja sendiri, apa manfaat yang kamu dapatkan selama Gavin ada di sisimu. David kaya dan tampan, ada berapa banyak orang yang menginginkannya, dia tertarik padamu, mengapa kamu menolaknya, apakah kamu benar-benar berpikir bahwa dia tidak layak untukmu? Kamu yang tidak layak untuknya! ”Melihat Rasti tidak tertarik, bibi langsung menjelaskan hal ini.
“Aku ini sudah punya suami, dan aku juga membenci Gavin, tapi sebelum bercerai, aku tidak akan mempertimbangkan orang lain, terutama David. Jika kamu memintaku untuk bertemu dengannya lagi kedepannya, maka jangan salahkan aku jika aku tidak menggangapmu bibiku lagi. "Rasti tidak akan melakukan hal-hal yang membuat dirinya merasa jijik.
Semua pemikirannya saat ini tertuju pada karir, jika seorang wanita memiliki karir sendiri, maka tidak perlu bergantung pada pria.
“Lihatlah caramu berbicara, aku juga demi kebaikanmu, niat baik tetapi tidak dihargai sama sekali, kamu tidak ingin mengganggap diriku, apakah kamu ingin memutuskan hubungan denganku? Hanya karena Gavin?” Bibi menjadi marah setelah mendengar perkataannya.
“Bukan karena Gavin, itu karena pemikiran kami tidak cocok, dan aku juga tidak akan memutuskan hubungan denganmu, kamu akan selalu menjadi bibiku, tapi kedepannya jika tidak penting, jangan bertemu lagi.” Rasti malas berbicara dengannya dan langsung menutup telepon.
Novel Terkait
Pergilah Suamiku
DanisSiswi Yang Lembut
Purn. Kenzi KusyadiSi Menantu Dokter
Hendy ZhangWonderful Son-in-Law
EdrickMy Tough Bodyguard
Crystal SongHidden Son-in-Law
Andy LeeGue Jadi Kaya×
- Bab 1 Uang Banyak Yang Jatuh Dari Langit
- Bab 2 Memandang Rendah
- Bab 3 Anjing Yang Memandang Rendah Orang
- Bab 4 Pergi Sana!
- Bab 5 Uang Kas Kelas
- Bab 6 Cerai
- Bab 7 Tuan Muda
- Bab 8 Beli!
- Bab 9 Tuan Muda Sanjaya
- Bab 10 Kakek!
- Bab 11 Orang Tidak Berguna Bagaikan Sampah
- Bab 12 Wajah Tidak Sabar
- Bab 13 Sedih
- Bab 14 Pelajar Miskin
- Bab 15 Orang Terpandang
- Bab 16 Saudara Miskin
- Bab 17 Kebenaran Terucap
- Bab 18 Mengantar Uang
- Bab 19 Halangan
- Bab 20 Dikeluarkan Dari Sekolah
- Bab 21 Mengadu
- Bab 22 Investasi
- Bab 23 Mengakui Kekalahan
- Bab 24 Salah Paham
- Bab 25 Berpura-Pura
- Bab 26 Pesta Kumpul Teman-Teman
- Bab 27 10 Miliar!
- Bab 28 Kebingungan Antara Yang Benar Dan Yang Salah
- Bab 29 Menjadi Pelindung
- Bab 30 Usaha
- Bab 31 Hambatan
- Bab 32 Pameran Kerja
- Bab 33 Berani Ikut Dalam Perekrutan
- Bab 34 Wawancara
- Bab 35 Manajer Hari
- Bab 36 Mengeluh
- Bab 37 Saldo Di Dalam Rekening
- Bab 38 Pilih Sendiri
- Bab 39 Tebak
- Bab 40 Orang Di Belakang Uang
- Bab 41 Undangan
- Bab 42 Tuan Sihotang
- Bab 43 Sebuah Pertunjukan Bagus
- Bab 44 Perjamuan Kencan Buta
- Bab 45 Mengacaukan Masalah
- Bab 46 Identitas
- Bab 47 Melakukan Sesuatu
- Bab 48 Bertambah Seorang Adik
- Bab 49 Menarik Orang
- Bab 50 Kontrak
- Bab 51 Membahas Tentang Perceraian Lagi
- Bab 52 Dua Miliar Rupiah
- Bab 53 Bergabung
- Bab 54 Resiko Yang Harus Ditanggung
- Bab 55 Tingkat Kepastian
- Bab 56 Penagihan Hutang
- Bab 57 Pembunuhan
- Bab 58 Beri Pelajaran
- Bab 59 Dijebak
- Bab 60 Pergi Untuk Mati
- Bab 61 Wanita Pembohong
- Bab 62 Melakukan Kerjasama
- Bab 63 Aku Menemukan Harta Karun Itu
- Bab 64 Kembali
- Bab 65 Penandatanganan Kontrak
- Bab 66 Audisi Bakat
- Bab 67 Kekurangan Orang
- Bab 68 Tersinggung
- Bab 69 Pemeliharaan
- Bab 70 Atas Nama Suami Dan Istri
- Bab 71 Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 72 Tidak Akan Kubiarkan Lolos
- Bab 73 Menyadari
- Bab 74 Putri Yang Tidak Diakui
- Bab 75 Sampah
- Bab 76 Bersama
- Bab 77 Tidak Cukup Bagus
- Bab 78 Bos
- Bab 79 Tidak Bisa Memprovokasi
- Bab 80 Program Rekaman
- Bab 81 Protes
- Bab 82 Kinerja
- Bab 83 Lulus
- Bab 84 Salah Tafsir
- Bab 85 Kejutan
- Bab 86 Resmi Bercerai
- Bab 87 Tempat Parkir Harga Langit
- Bab 88 Mempermalukan Diri Sendiri
- Bab 89 Keluar
- Bab 90 Kehilangan Pekerjaan
- Bab 91 Mengangkat Jadi Anak
- Bab 92 Membeli Dengan Seenaknya
- Bab 93 Mengejar Artis
- Bab 94 Pinjam Uang
- Bab 95 Membuat Segalanya Sulit
- Bab 96 Dividen
- Bab 97 Menawar Harga
- Bab 98 Sudah Berencana Sebelumnya
- Bab 99 Hilang
- Bab 100 Bukan Siapa-Siapa
- Bab 101 Pingsan
- Bab 102 Harga Yang Menyakitkan
- Bab 103 Pengakuan
- Bab 104 Terkenal
- Bab 105 Pesta Minum Pribadi
- Bab 106 Membuat Masalah
- Bab 107 Ketidakcocokan
- Bab 108 Silakan
- Bab 109 Tanpa Keraguan
- Bab 110 Rasti Ada Di Sini
- Bab 111 Menyerah
- Bab 112 Hati
- Bab 113 Jalan Untuk Melangkah Mundur
- Bab 114 Mengundurkan Diri Dari Peperangan
- Bab 115 Sombong
- Bab 116 Memalukan
- Bab 117 Makan Gratis
- Bab 118 Skandal
- Bab 119 Memiliki Kesulitan
- Bab 120 Mengejar
- Bab 121 Hati Gadis
- Bab 122 Orang-Orang Di Belakang
- Bab 123 Bahaya
- Bab 124 Melampiaskan Amarah
- Bab 125 Artis
- Bab 126 Hasil Akhir