Doctor Stranger - Bab 620 Samuel Duan Mengemis

Sebelumnya tekanan dari telapak tangan Thomas sudah sangat membuatnya kesakitan, membuatnya mengira itulah kesakitan terbesar di dunia.

Tetapi saat dua jarum Thomas menancap ke dalam lututnya, barulah Rian tahu arti sakit yang sebenarnya.

Rasa sakit yang menusuk itu membuatnya tidak mampu menahan, sekujur tubuh mengejang, berkali-kali kehilangan kesadaran, namun karena sakit yang terlalu mencekam, dia kembali tersadar.

Inilah pergantian antara hidup mati yang sebenarnya, tersiksa di antara keadaan sadar dan tidak sadar.

Dalam waktu 10 menit, kedua kaki Rian benar-benar kehilangan rasa, seolah telah lumpuh.

Tetapi dia malah merasakan suatu kebebasan, akhirnya menghela nafas dengan lega.

Thomas menepuk pundak Rian, kali ini tidak lagi menyiksanya, hanya menepuk dengan pelan.

“10 tahun yang lalu, kamu baru berusia belasan tahun, kematian Keluarga Qin tidak melibatkanmu, oleh karena itu aku berikan kamu kesempatan untuk terus hidup.”

“Sekarang juga pergi dan beritahu Ayahmu, suruh dia siapkan semuanya dengan baik, 3 hari lagi aku akan pergi mengambil nyawanya.”

“Pergilah.”

Setelah Thomas selesai bicara, Rian bagai terbebas dari beban besar, langsung terguling, jatuh ke bawah lantai.

Kedua kaki tidak mampu digerakkan, Rian Su hanya bisa merangkak ke depan, dengan kondisi hanya mengenakan celana renang, dia yang terbiasa hidup mewah, kini baru merangkak beberapa meter saja sudah mengalami luka lecet dimana-mana, perjalanan ini, benar-benar menyakitkan baginya.

Tiba di rumah, Thomas kembali menelepon Samuel Duan, alhasil tidak dapat terhubung.

Seharusnya begitu tiba harus langsung menelepon dia, tetapi mengingat Samuel Duan dan Rico Pei memiliki anak buah yang cukup banyak, seharusnya tidak akan terjadi masalah besar, pada akhirnya memutuskan untuk menelepon mereka terakhir kali.

Namun nomor telepon dua orang itu tidak dapat dihubungi, Thomas mulai merasa heran.

Nomor telepon Henson Long juga sama, benar-benar tidak bisa dihubungi.

Tidak memiliki cara lain, Thomas terpaksa bersiap-siap keluar mencari, setelah menempatkan guru ke dalam villa, dia pun berangkat sendiri.

Mulai dari mencari ke tempat yang sering didatangi Samuel Duan, seharusnya bisa menemukan informasi disana, karena bagaimanapun juga mereka memiliki jumlah anak buah mencapai beberapa ratus, tidak mungkin semua menghilang begitu saja.

……

Saat ini, di sebelah Barat Kota Donghai, tepatnya di perbatasan dengan Kota X, ada sebuah kawasan pemukiman, tempat berkumpulnya para pengemis. Mereka mengenakan pakaian compang camping, sekujur tubuh kotor dan berbau, tidak sedikit dari mereka kekurangan tangan dan kaki.

Pengemis juga termasuk salah satu bidang pekerjaan, mereka juga termasuk sebuah perkumpulan masyarakat kecil, pendatang baru harus menaati beberapa aturan yang telah ditetapkan.

Orang satu bidang adalah musuh, ini adalah peraturan yang tidak pernah berubah dari dulu.

Seorang pengemis berbadan besar berjalan keluar dari keramaian, hari-hari biasa dia jarang sekali keluar meminta-minta, sebab dengan badan besar dan kekar sepertinya, akan sangat sulit mendapatkan rasa simpati dari orang lain.

Tetapi dia adalah ketua dari perkumpulan pengemis disana, semua orang harus mendengar perkataannya.

Melihat 3 orang yang baru datang, pengemis ini berjalan mendekat, menendang perlahan menggunakan kaki.

“Kalian bertiga, yang baru datang, siapa nama kalian?”

Salah satu orang mengangkat kepala melihatnya, terlintas hawa-hawa mematikan dalam kedua mata, namun tetap berusaha menahannya.

“Namaku Henson Long.”

Benar sekali, tiga pengemis yang baru bergabung itu adalah Henson Long, Samuel Duan dan Rico Pei.

Semenjak kejadian di Kota X saat itu, mereka berdua terjebak, ditindas habis-habisan oleh kekuatan yang baru datang ke Kota X.

Bos Kota X yang baru bernama Filbert Gao, awalnya sangat terkenal di Kota X, tetapi tak disangka dia malah merampas wilayah Kota Donghai.

Menyerang mereka hingga berakhir seperti sekarang.

Kaki Samuel Duan dan Rico Pei dipatahkan, kini dua kaki mereka sama sekali tidak bertenaga, hanya bisa berlutut di lantai.

Bagaimanapun juga mereka pernah menjadi pimpinan, kini malah harus lumpuh dan meminta-minta di jalanan, sesungguhnya sangatlah memalukan.

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu