Cinta Yang Paling Mahal - Bab 69 Bertemu Larut Malam Di Pinggir Jalan
Ketika hari itu berlalu, Suming bersikeras menunggu penyakit Yutta sembuh, baru membiarkannya datang bekerja.
Setelah Yutta sembuh dari penyakitnya, ia kembali bekerja dan kehidupannya tampak sama seperti sebelumnya.
Hanya saja, akhir-akhir ini, tidak peduli seberapa keras dia berusaha, dia tetap tidak bisa mendapatkan pekerjaan.
Atasannya, Manager Chris, tidak akan membantu Yutta mengatur pekerjaan.
Dan Suming, tentu saja tidak akan melanggar kata-kata Eldric.
Yutta duduk sendirian di ruang tunggu Departemen Hubungan Masyarakat, begitu ia duduk, sudah jam pulang kerja,
“Pulang, pulang, aiya, capek sekali, pelanggan hari ini baik sekali.” Orang-orang di dalam ruangan berbicara dan tertawa serta mendiskusikan hasil pertempuran hari ini. Hanya Yutta yang duduk dengan linglung.
Dia mengangkat kepalanya, melirik seorang wanita mengeluarkan setumpuk uang kertas yang rapi, ketebalannya setidaknya mencapai enam sampai sepuluh juta, Yutta melihat uang kertas di tangannya diambil oleh orang lain.
“Yoo, Yutta ya.”Si tubuh seksi, yang penuh candaan: “Kenapa? Suka ini?”Dia menggoyangkan uang di tangannya di depan mata Yutta.
“Yutta, kupikir lebih baik kamu jangan membuat malu Dept. Humas, sudah berapa lama kamu tidak melakukan apa-apa?”
“Jenny, kamu jangan ambil uangmu ini digoyangkan di depan Yutta, uangmu yang sedikit itu, tidak dipandang oleh Yutta, Yutta kita itu menghasilkan banyak uang, mana tertarik dengan uang kecilmu itu?”
Jenny tersenyum menyeringai: “Iya juga ya, siapa yang bisa seperti dia beradaptasi dengan berbagai situasi? Berapa pun uangnya, aku juga tidak menginginkannya.”
Yutta melirik jam dinding yang tergantung di dinding, diam-diam berdiri, mengambil barangnya, dan hendak melewati Jenny, berjalan keluar.
“Berhenti!” Seru Jenny, “Yutta, apa maksudmu?”
Yutta menoleh, menatap Jenny, bertanya dengan santai: “Apanya yang kenapa?”
“Kamu!” Jenny membelalakkan matanya, menunjuk Yutta: “Aku sedang bicara denganmu! Kamu tidak menjawab apa-apa malah pergi begitu saja, apa maksudmu? Meremehkanku?”
Mendengarkan tuduhan yang tidak beralasan, Yutta merasa kepalanya pusing, dia menjelaskan dengan sabar: “Waktunya sudah tiba, aku mau pulang kerja.”
Setelah pulang kerja, bukankah seharusnya pulang ke asrama?
“Apa maksud perkataanmu ini?”
“Aku……”Apakah dia mengatakan sesuatu yang salah lagi? Sekarang dia berkata kepada dirinya, kalau itu Jenny, Yutta tahu Jenny orang seperti apa, tetapi tidak tahu kapan dirinya menyinggung Jenny. Setelah berpikir sejenak, dia tidak ingin berdebat dengannya, hanya menghela nafas, menatap Jenny,berkata:
“Kalau aku ada menyinggungmu, aku meminta maaf padamu.”Begini sudah bisa, kan?
Jenny yang mendengarnya, wajahnya memerah, tentu saja dia tahu dirinya sendiri yang mencari masalah dengan Yutta lebih dulu. Awalnya mengira Yutta tidak akan menahannya dan bertengkar dengan dirinya, tiba waktunya ia bisa pergi mencari Manager Chris mengadukan Yutta.
Tetapi tidak disangka, Yutta tidak bertengkar dengannya, dan tidak ingin terlihat memiliki hubungan dengan orang sekitar, Yutta yang meminta maaf seperti ini, seolah menunjukkan Jenny yang dominan.
“Ok, kamu ingin meminta maaf, kan? Kalau begitu lakukan lebih nyata!” Di tengah kemarahan, Jenny mengangkat lengannya ingin mengayunkannya, tiba-tiba terdengar suara keras dari pintu:
“Jenny,apa yang kamu lakukan!”
“Manager Chris……”Jenny tertegun, tetapi detik berikutnya ia tersadar, dan dengan cepat berteriak: Manager Chris, kamu harus mencari keadilan untuk diriku, Yutta memandang rendah diriku.”
“Bertengkar, bertengkar, bertengkar, setiap hari hanya tahu bertengkar, dua hari yang lalu kamu baru bertengkar dengan Anne, sekarang bertengkar lagi dengan Yutta, selain bertengkar dengan orang lain, apa lagi yang bisa kamu lakukan!”
Manager Chris melirik tajam ke Jenny yang merasa sedih.
Kalau beberapa hari yang lalu, dia tidak akan berkata seperti itu. Tetapi …… Manager Chris melihat Yutta diam di depannya, kalau bukan karena dia mengetahui cerita di dalamnya, dia tidak akan percaya sama sekali. Yutta memiliki hubungan dengan boss misterius.
“Manajer Chris, jelas-jelas dia……”
“Sudah, waktunya pulang kerja.”Manager Chris langsung menyela perkataan Jenny, menatapnya dengan dingin, dan memperingatkan dengan suara dingin: “Untuk melakukan sesuatu di Hamilton, yang terpenting adalah menjaga keselamatan sendiri. Jangan mencari masalah.”
Dia melirik Jenny lagi …… yang harus diperingatkan tetap akan diperingatkan, terkait Jenny mendengarnya atau tidak, itu tergantung pada sifatnya sendiri.
Yutta menghela nafas, mengambil sesuatu dan meninggalkan ruang tunggu.
Setelah keluar dari Hamilton, dia berjalan menuju asrama.
Angin malam berdesir, dan wanita itu berjalan sendirian di trotoar hingga punggungnya gemetar.
Sebuah mobil melaju perlahan dari belakang, mengikuti Yutta.
Jendela mobil dibuka, dan suara magnetis seorang pria terdengar merdu:“Nona Yutta, kita bertemu lagi.”
Mendengar suara itu, Yutta berbalik. Di jendela mobil, ada seorang pria berwajah tampan yang seperti penjahat, matanya bersinar dengan menakutkan di bawah cahaya lampu jalan.
“Oh……kamu ya. Tuan bisa jalan duluan.”
Dia mengira pria itu hanya lewat saja, jadi menyapa dengan sopan. Mengira menyapa seperti ini akan membuat pria itu pergi.
Dia kembali berjalan sejauh tiga atau lima meter, dan mobil itu bergerak berdampingan dengannya dengan kecepatan yang sangat lambat.
Melihat dengan curiga: “Apakah ada masalah Tuan?”
Pria di dalam mobil mengerutkan bibir dan tersenyum: “Apakah aku memiliki kehormatan untuk mengundang Nona Yutta naik ke mobil?”
“Terima kasih, asrama-ku ada di depan.”Pria ini sangat berbahaya. Secara naluriah, dia tidak ingin terlalu dekat dengan hal-hal berbahaya.
“Kalau aku mengatakan, aku harus mengantar Nona Yutta pulang ke asrama?”
Yutta tidak berjalan lagi, langkah kakinya terhenti, berbalik melihat pria yang berada di dalam mobil: “Tuan, sekarang sudah jam pulang kerja.”Yang artinya ia sudah pulang kerja, dan pria itu bukan kliennya.
Pria di dalam mobil terkekeh, mengambil dompet di kursi penumpang depan dan mengguncang tumpukan uang kertas ke arah Yutta: “Bagaimana kalau Nona Yutta lembur?”
Dia seharusnya menolaknya, tetapi……uang!
Yang ia butuhkan bukankah uang?
10M yang diberikan Eldric, harus dilunasi dalam sebulan……tetapi sampai sekarang dirinya belum mendapat pekerjaan apa pun.
Kalau begini terus …… bagaimana dia bisa mengumpulkan 10M, dan bebas dari hutang?
Pria di dalam mobil tersenyum …… ternyata dia sangat menyukai uang.
Tapi ini yang terbaik, dia tidak kekurangan apa pun, satu-satunya yang dimiliki adalah uang, yang tidak bisa ia habiskan seumur hidup ini.
Selang lama, Yutta perlahan bertanya dengan suara kasar: “Apa yang bisa aku …… lakukan untukmu sebagai imbalan atas tip-mu?”
Pria di dalam mobil itu tercengang sesaat, kemudian sudut mulutnya tersenyum lebih dalam …… Menarik sekali, menyukai uang, tetapi tidak ingin mengambil cuma-cuma?
Tapi sejujurnya, berapa banyak wanita di Dept. Humas yang menginginkan uang ini?
“Tidak perlu melakukan apa pun, hanya perlu duduk di sampingku, biarkan aku mengantarmu pulang ke asrama.”
Kata-kata yang begitu indah, diucapkan oleh seorang pria tampan kepada seorang wanita di pinggir jalan tengah malam, tidak peduli bagaimana pun pasti akan tersentuh.
Wanita ini tidak tergerak hatinya, tapi tersentuh cukup lama.
Dan wanita yang di pinggir jalan itu menguburkan kepalanya dan terdiam cukup lama, seolah sedang memikirkan dan mempertimbangkan sesuatu. Pria di dalam mobil tidak mendesak atau mengganggu.
Sekitar lima menit kemudian, wanita itu mengangkat kepalanya dan berkata dengan suara kasar: “Tuan, biarkan aku memasakkan semangkuk mie daun bawang untukmu, ok?
Novel Terkait
Cutie Mom
AlexiaDark Love
Angel VeronicaTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelBack To You
CC LennyPernikahan Tak Sempurna
Azalea_Cinta Yang Paling Mahal×
- Bab 1 Penjarakan Dia
- Bab 2 Semuanya Ini Adalah Maksud Dari Tuan Cassio
- Bab 3 Keluar Dari Penjara
- Bab 4 Kebetulan Melihat Pasangan Yang Kencan Diam-Diam
- Bab 5 Mencari Masalah Untuk Diri Sendiri
- Bab 6 Kamu Tidak Bermaksud Menyapa Aku?
- Bab 7 Cium Dia
- Bab 8 Penyelaan Oleh Ridwan
- Bab 9 Amarah Dan Hinaannya
- Bab 10 Ditangkap Setelah Melarikan Diri
- Bab 11 Dia Datang
- Bab 12 Yutta Yang Tidak Percaya Diri
- Bab 13 Memindahkan Dia Ke Departemen Hubungan Masyarakat
- Bab 14 Penghinaan Dan Penyiksaan
- Bab 15 Mempermalukan
- Bab 16 Bukan Yang Paling Memalukan
- Bab 17 Hanya Lebih Memalukan
- Bab 18 Tubuhmu Dingin Atau Panas
- Bab 19 Tersebar Dengan Luas
- Bab 20 Kritikan Lea
- Bab 21 Eldric, Dengar
- Bab 22 Dia Menghindari Eldric
- Bab 23 Eldric Menciumnya
- Bab 24 Apakah Kamu Meremehkan Yutta
- Bab 25 Kamu Kira Dirimu Lebih Mulia Dari Yutta
- Bab 26 Jangan Terburu-Buru Satu Persatu
- Bab 27 Membantu Dia Melampiaskan Amarah
- Bab 28 Tuan Lucas
- Bab 29 Wanita Gila
- Bab 30 Gadis Malang
- Bab 31 Kak Lucas...
- Bab 32 Terakhir Kali Tanya padamu
- Bab 33 Ridwan Kamil VS Yutta Aloysia
- Bab 34 Awal Permasalahan
- Bab 35 Mempersulit
- Bab 36 Tidak Tahu Malu
- Bab 37 Penipuan Untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 38 Apakah Yang Dia Inginkan Terlalu Banyak?
- Bab 39 Bagaimana Merendahkan Diri Bisa Interpretasikan Kesombongan
- Bab 40 Perburuan Berdarah Dimulai
- Bab 41 Aku Ingin Kamu Menemaniku Malam Ini
- Bab 42 Apakah Yang Dia Inginkan Hanya Sebuah Ciuman?
- Bab 43 Alasan Eldric Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 44 Orang Yang Tidak Tahu Malu
- Bab 45 Ridwan Memberi Pelajaran Kepada Lea Si Hati Jahat
- Bab 46 Lea Trisa Demi Menjaga Diri Mendorong Yukka Aloysia untuk Menghalang
- Bab 47 Eldric Cassio Emosi
- BAB 48 Tidak Boleh Mati
- BAB 49 Yutta Aloysia Ikut Aku
- BAB 50 Dengan Kuat Menghentikan Mulut yang Mengganggunya
- Bab 51 Malam Ini Temani Aku Tidur
- Bab 52 Perhatian Di Balik Penampilan Dingin Yang Sengaja Diperlihatkan
- Bab 53 Apakah Kamu Tahu Siapa yang Menyelamatkan Yutta
- Bab 54 Memeriksa
- Bab 55 Bawa Aku Menemuinya
- Bab 56 Aku Akan Mengabulkanmu
- Bab 57 Kekurangan Ginjal
- Bab 58 Kesakitan
- Bab 59 Kelembutan Eldric
- Bab 60 Malah Menuangkan Garam
- Bab 61 Kelembutan Yang Canggung
- Bab 62 Sesuatu Yang Tidak Aku Inginkan
- Bab 63 Tidak Tahu Malu, Menggoda Tuan Kamil
- Bab 64 Apa Yang Dilakukannya Dengan Ridwan
- Bab 65 Keputusannya
- Bab 66 Kalau Sakit, Gigitlah
- Bab 67 Ciuman Melanda
- Bab 68 Kebencian Lea
- Bab 69 Bertemu Larut Malam Di Pinggir Jalan
- Bab 70 Ingat, Namaku Zarco Rius
- Bab 71 Yutta Marah
- Bab 72 Sangat Acuh Tidak Acuh
- Bab 73 Dengarkan Nasihat Kak Ming, Menjauhlah Dari Pria Itu
- Bab 74 Jadilah Pacarku Saja
- Bab 75 Yutta Aloysia Yang Menggila, Eldric Cassio Yang Menggila
- Bab 76 Yutta Aloysia, Yutta Aloysia
- Bab 77 Rayon Lucas Dan Karim Heng
- Bab 78 Jangan Sentuh Tempat Itu Lagi
- Bab 79 Tuan Karim Heng Aku Butuh Sepuluh Miliar
- Bab 80 Perburuan Ini Berubah Menjadi Tidak Menarik
- Bab 81 Hanya Ingin Berburu, Tidak Memiliki Perasaan
- Bab 82 Perubahan Yutta Aloysia
- Bab 83 Mendorong Masuk Ke Dalam Neraka
- Bab 84 Kemana Saja Kamu Adikku?
- Bab 85 keras Kepala dan Tetap Tegar
- Bab 86 Bukankah Ini Adalah Nona Aloysia?
- Bab 87 Kamu Bisa Berlutut Sekarang
- Bab 88 Biarkan Aku Pergi
- Bab 89 Livin Bukan Tidak Bersalah
- Bab 90 Bos! Tolong!
- Bab 91 Menghancurkan Harapan Dengan Tangan Sendiri
- Bab 92 Penyesalan Terakhir Dalam Hidup ini Adalah Bertemu Denganmu
- Bab 93 Akulah Yang Telah Buta Mata Dan Buta Hati
- Bab 94 Masing-Masing Semuanya Bukanlah Orang Yang Mudah Ditangani
- Bab 95 Telah Membayar Yang Harus Dibayar
- Bab 96 Sudah Gila Sejak Lama
- Bab 97 Eldric Tidak Menyadari Perasaannya Sendiri
- Bab 98 Saudara
- Bab 99 Siapa Kamu?
- Bab 100 Menghancurkan Impiannya dan Kak Lucas
- Bab 101 Kebenaran Tentang Ginjal Kiri Diangkat
- Bab 102 Eldric, Kamu Sudah Gila!
- Bab 103 Yang Bisa Menahannya Bukanlah Pria
- Bab 104 Ridwan Kamil, Ridwan Kamil Membuat Orang Sakit Hati
- Bab 105 Kamu Berdiri Di Sana Saja Aku Akan Berjalan Mendekatimu
- Bab 106 Pikiran Yang Tersembunyi Di Buku Catatan Harian
- Bab 107 Jebakan Yang Terlalu Dalam
- Bab 108 Apakah Bagaimanapun Juga Boleh?
- Bab 109 Lakukan Apa Yang Tuhan Minta Anda Lakukan
- Bab 110 Berpapasan
- Bab 111 Eldric VS Ridwan
- Bab 112 Kamu Boss Besar, Jadi Tidak Perlu Membayar?
- Bab 113 Sudah Bergerak
- Bab 114 Menemani Sampai Akhir
- Bab 115 Tekanan Tak Terbatas
- Bab 116 Menemani Adalah Pengakuan Cinta Terdalam
- Bab 117 Kegembiraan Kecil Ridwan
- Bab 118 Karim Mempersulit Segalanya
- Bab 119 Ketenangan Sebelum Badai
- Bab 120 Seolah Melihat Yutta Yang Dulu
- Bab 121 Ini Adalah Sebuah Permainan
- Bab 122 Melihat, Mendengar Dan Mengetahui
- Bab 123 Mereka Tidak Pantas Melihatnya
- Bab 124 Kamu Lihat, Aku Tidak Menangis
- Bab 125 Boss Yutta Aloysia Menghilang
- Bab 126 Dia Mencari Wanita Itu Dengan Menggila
- Bab 127 Kelabilan dan Sakit Hati Ridwan Kamil
- Bab 128 Kelembutan Eldric Di Bawah Sikap Dingin
- Bab 129 Tunggu Aku Di Atas Ranjang