Cinta Yang Paling Mahal - Bab 118 Karim Mempersulit Segalanya
Rayon dan Karim juga terkejut saat pintu terbuka.
Tapi detik berikutnya, Rayon tersenyum dan berkata kepada Ridwan: “Bocah, bagus, gerakanmu cukup cepat.” Kesannya tentang Tuan Kamil adalah apa yang terjadi di dalam kamar hari itu.
Senyuman yang menggugah pikiran orang muncul di wajah Karim yang lebih cantik dari seorang wanita:
"Kita bertemu lagi, Nona Aloysia."
Ridwan dan Rayon tampak terkejut pada saat yang bersamaan.
"Kalian saling kenal?"
Ridwan menoleh, tersenyum dan bertanya pada Tuan Kamil: "Sejak kapan kamu kenal Karim?"
Pada saat ini, tangan dan kaki Tuan Kamil sedikit gemetar.
Sama sekali tidak pernah menyangka bahwa ketiga orang ini adalah teman yang sangat baik.
Makin tidak menyangka bahwa Ridwan akan mengajaknya bertemu dengan sahabatnya.
Tuan Kamil bertanya pada dirinya sendiri, jika dia mengetahui ini sejak awal, apakah dia masih akan datang?
Tidak …… jawabannya jelas.
Ridwan dengan ramah menarik kursi untuk Tuan Kamil: "Duduklah. Jangan terlalu gugup, Rayon dan Karim adalah temanku, meskipun mereka terlihat tidak begitu ramah, tetapi mereka sebenarnya lumayan baik."
Wajah Tuan Kamil memucat, berusaha untuk senyum, dan duduk.
Rayon bercanda, “Tuan Kamil yang kaya, sejak kapan kamu menjadi begitu perhatian?” Dia berkata, dan menuju Ridwan lagi, “Juga, apa artinya aku dan Karim terlihat tidak ramah? Apakah kami tampak seperti orang yang sulit untuk disamperin? "
"Karim, benar?" Kata Rayon, menoleh dan menyenggol Karim dengan tangannya.
Kemudian dia menemukan bahwa Karim terus menatap Tuan Kamil dengan penuh minat.
Rayon mengerutkan kening: "Karim, kamu jangan menatap Nona Aloysia seperti itu, itu akan membuat orang takut. Hati-hati Tuan Kamil akan bertarung denganmu."
Karim terkekeh: "Oh, benarkah?" kemudian dia bertanta pada Tuan Kamil dengan santai: "Apakah aku membuatmu takut, Nona Aloysia?"
Kata "Nona" itu sangat berarti ketika keluar dari mulut Karim.
Raut muka Tuan Kamil menjadi semakin pucat.
Tatapan Ridwan terfokus pada Karim, dan berkata: "Mengapa aku merasa kamu mencoba melakukan sesuatu dengan pacarku?" Ridwan tidak suka Karim menatap Tuan Kamil seperti ini, dan dia juga tidak menyukai kata “Nona Aloysia” dari mulut Karim tadi …… Tidak tahu apakah dia terlalu sensitif atau ada yang tidak beres di sini.
Karim mengangkat kelopak matanya, dan melirik Ridwan dari sudut matanya, setelah beberapa saat, dia kehilangan minat, lalu dengan ringan menyapu Tuan Kamil, dan berkata dengan acuh tak acuh: "Jangan khawatir, aku tidak tertarik dengan tipe ini."
Rayon melirik Karim dari samping …… Apa yang terjadi pada dia hari ini? Semua yang dia katakan terdengar aneh.
Jejak ketidaksukaan melintas di mata Ridwan, dia melirik Karim, lalu mengulurkan tangannya untuk memegang punggung tangan Tuan Kamil, meringkuk sudut bibirnya, dan berkata dengan lembut, "Kamu mau makan apa?"
“Aku …… Dimana kamar mandinya? Aku ingin ke toilet dulu.” Jika terus berada di bawah tatapan "panas" Karim, dia mungkin tidak akan bisa bertahan lama.
"Keluar dan belok kiri."
Kata-kata Ridwan baru saja jatuh, Tuan Kamil sudah bergegas untuk berdiri dan keluar.
"Sepertinya benar-benar sangat desak." Karim tiba-tiba mengeluarkan kalimat lain lagi.
Ridwan tiba-tiba menatap Karim lagi: "Ada apa denganmu hari ini! Melihat aku punya pacar, jadi kamu iri dan benci?"
“Heh ~ apakah aku membutuhkannya?” Iri dan benci? Kepada siapa? Wanita itu?
Karim memutar bola matanya dan berkata, "Kamu terlalu sensitif, aku akan keluar merokok dulu."
Usai bicara, dia menarik kursi, dan keluar dari ruang dengan kakinya yang panjang.
Rayon dengan cepat meredakan ketegangan: "Dia mengonsumsi obat penyemangat hari ini, abaikan dia."
Ridwan mengerutkan bibirnya dan tidak mengatakan apa-apa, jelas dia tidak senang.
Setelah beberapa saat, dia tiba-tiba mendongak: "Bagaimana kamu bisa mengenal Yutta?"
Rayon terdiam beberapa saat, tetapi tidak secara langsung mengatakan bagaimana mereka bertemu, dan bertanya pada Ridwan: "Bukankah kamu pacarnya? Kalau begitu kamu seharusnya tahu, di mana dia bekerja?"
"Aku tahu, Internasinal Club Hamilton. Jadi maksudmu, kamu bertemu dengannya di Internasinal Club Hamilton?"
Mendengar Ridwan sudah mengetahui bahwa Nona Aloysia sedang bekerja di Internasinal Club Hamilton, Rayon merasa lega, karena Ridwan sudah mengetahuinya, maka dia tidak perlu merahasiakannya lagi, maka dia secara singkat menceritakan tentang kejadian hari itu, tentu saja, beberapa bagian juga dihilangkan.
……
Nona Aloysia masuk ke kamar mandi dengan panik. Benaknya agak kacau, dia tidak ingin kembali ke ruang makan sekarang.
Tapi panggilan dari Ridwan datang.
“Sudah mau selesai, aku akan segera kembali.” Sambil menghela nafas …… tidak ada cara untuk bersembunyi.
Dia baru saja membuka pintu kamar mandi, tetapi malah didorong masuk dengan keras, dan pintunya terkunci.
“Shh ~~ kamu juga tidak ingin diketahui oleh orang, kalau kita berdua terkunci di tempat pribadi seperti kamar mandi ini, kan?” Sebuah suara yang familiar perlahan terdengar di dekat telinga.
Sekujur tubuh Nona Aloysia gemetar, lengan di antara pinggang dan perutnya mengerahkan kekuatannya: "Begitu tenang ya …… Nona Aloysia, aku tidak menyangka metodemu begitu pintar, kamu dengan sengaja menarik perhatianku, dan kemudian pergi merayu Tuan Kamil yang tampan itu. "
“Aku tidak melakukannya. Aku tidak dengan sengaja menarik perhatianmu, dan aku tidak dengan sengaja mencoba merayu pria mana pun, termasuk Ridwan.”
"Ck ck ~ Mulutmu berkata tidak, tetapi sepertinya …… tubuhmu tidak demikian." Saat berbicara, telinga Nona Aloysia tiba-tiba merasa sakit, Nona Aloysia mengangkat alisnya dengan kesakitan, gigi pria itu menggigit telinganya dengan kuat, pria itu terkekeh dan berkata, "Lihat, teriak saja jika kamu merasa sakit ~ Apakah pekerjaan kalian memang seperti ini, selalu mengenakan topeng di wajah, dan sudah terbiasa dengan ketidaktulusan?
Jelas-jelas sangat menyakitkan, tetapi masih bisa berpura-pura tidak apa-apa, oh oh oh …… Apakah itu seperti "aktris" dalam "film aksi" industri pilar pepulauan, jelas-jelas sangat tidak nyaman, tetapi enggan untuk terus berteriak dengan keras? "
Nona Aloysia berusaha keras menahan diri untuk tidak meninju wajah tampan Karim …… tinjunya dikepal dan dilepaskan lagi.
"Apakah kamu tahu, Tuan Karim. Ada beberapa orang yang tidak menangis karena kesakitan, tetapi ketika mereka menangis karena kesakitan, mereka tidak akan dirawat atau disayangi, tetapi tangisannya malah memicu pemukulan yang parah." Dia berbicara tentang hidupnya selama tiga tahun itu. :
"Kalau begitu aku ingin bertanya kepada Tuan Karim, bagaimana jika orang-orang yang menahan tangis sakit hanya untuk menghindari pemukulan yang parah, apakah mereka semua salah? Apakah mereka tidak tulus?"
Karim tampak terkesima, tapi kemudian senyum sarkasme muncul di wajah tampannya.
"Nona Aloysia tampaknya sangat pandai bersandirwara dan berpura-pura menjadi menyedihkan. Kamu berkata demikian, seolah-olah aku akan menyakiti kamu, seolah-olah jika kamu teriak kesakitan aku akan memukul kamu lagi."
Nona Aloysia menurunkan matanya …… orang yang tidak pernah mengalami hal itu tidak akan mengerti. Ada yang mengatakan bahwa hanya butuh tujuh belas hari untuk mengembangkan kebiasaan. Jika dalam tujuh belas hari saja bisa menjadi kebiasaan, lalu …… bagaimana dengan tiga tahun?
Maka mengerti berarti mengerti, tidak mengerti berarti tidak mengerti, jadi tidak perlu panjang lebar.
"Tuan Karim, kamu harus melepaskan aku. Tuan Kamil baru saja menelepon dan meminta aku untuk segera kembali. Jika aku tinggal di sini terlalu lama, Tuan Kamil mungkin akan datang mencariku."
"Apakah kamu sedang mengancam aku?" Karim mengangkat alisnya: "Oke, panggil saja Ridwan kemari, jika dia datang, aku bisa memintanya untuk melihat wajahmu yang sebenarnya."
Novel Terkait
Habis Cerai Nikah Lagi
GibranTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelMarriage Journey
Hyon SongThe Winner Of Your Heart
ShintaPRIA SIMPANAN NYONYA CEO
Chantie LeeCinta Yang Dalam
Kim YongyiHanya Kamu Hidupku
RenataCinta Yang Paling Mahal×
- Bab 1 Penjarakan Dia
- Bab 2 Semuanya Ini Adalah Maksud Dari Tuan Cassio
- Bab 3 Keluar Dari Penjara
- Bab 4 Kebetulan Melihat Pasangan Yang Kencan Diam-Diam
- Bab 5 Mencari Masalah Untuk Diri Sendiri
- Bab 6 Kamu Tidak Bermaksud Menyapa Aku?
- Bab 7 Cium Dia
- Bab 8 Penyelaan Oleh Ridwan
- Bab 9 Amarah Dan Hinaannya
- Bab 10 Ditangkap Setelah Melarikan Diri
- Bab 11 Dia Datang
- Bab 12 Yutta Yang Tidak Percaya Diri
- Bab 13 Memindahkan Dia Ke Departemen Hubungan Masyarakat
- Bab 14 Penghinaan Dan Penyiksaan
- Bab 15 Mempermalukan
- Bab 16 Bukan Yang Paling Memalukan
- Bab 17 Hanya Lebih Memalukan
- Bab 18 Tubuhmu Dingin Atau Panas
- Bab 19 Tersebar Dengan Luas
- Bab 20 Kritikan Lea
- Bab 21 Eldric, Dengar
- Bab 22 Dia Menghindari Eldric
- Bab 23 Eldric Menciumnya
- Bab 24 Apakah Kamu Meremehkan Yutta
- Bab 25 Kamu Kira Dirimu Lebih Mulia Dari Yutta
- Bab 26 Jangan Terburu-Buru Satu Persatu
- Bab 27 Membantu Dia Melampiaskan Amarah
- Bab 28 Tuan Lucas
- Bab 29 Wanita Gila
- Bab 30 Gadis Malang
- Bab 31 Kak Lucas...
- Bab 32 Terakhir Kali Tanya padamu
- Bab 33 Ridwan Kamil VS Yutta Aloysia
- Bab 34 Awal Permasalahan
- Bab 35 Mempersulit
- Bab 36 Tidak Tahu Malu
- Bab 37 Penipuan Untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 38 Apakah Yang Dia Inginkan Terlalu Banyak?
- Bab 39 Bagaimana Merendahkan Diri Bisa Interpretasikan Kesombongan
- Bab 40 Perburuan Berdarah Dimulai
- Bab 41 Aku Ingin Kamu Menemaniku Malam Ini
- Bab 42 Apakah Yang Dia Inginkan Hanya Sebuah Ciuman?
- Bab 43 Alasan Eldric Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 44 Orang Yang Tidak Tahu Malu
- Bab 45 Ridwan Memberi Pelajaran Kepada Lea Si Hati Jahat
- Bab 46 Lea Trisa Demi Menjaga Diri Mendorong Yukka Aloysia untuk Menghalang
- Bab 47 Eldric Cassio Emosi
- BAB 48 Tidak Boleh Mati
- BAB 49 Yutta Aloysia Ikut Aku
- BAB 50 Dengan Kuat Menghentikan Mulut yang Mengganggunya
- Bab 51 Malam Ini Temani Aku Tidur
- Bab 52 Perhatian Di Balik Penampilan Dingin Yang Sengaja Diperlihatkan
- Bab 53 Apakah Kamu Tahu Siapa yang Menyelamatkan Yutta
- Bab 54 Memeriksa
- Bab 55 Bawa Aku Menemuinya
- Bab 56 Aku Akan Mengabulkanmu
- Bab 57 Kekurangan Ginjal
- Bab 58 Kesakitan
- Bab 59 Kelembutan Eldric
- Bab 60 Malah Menuangkan Garam
- Bab 61 Kelembutan Yang Canggung
- Bab 62 Sesuatu Yang Tidak Aku Inginkan
- Bab 63 Tidak Tahu Malu, Menggoda Tuan Kamil
- Bab 64 Apa Yang Dilakukannya Dengan Ridwan
- Bab 65 Keputusannya
- Bab 66 Kalau Sakit, Gigitlah
- Bab 67 Ciuman Melanda
- Bab 68 Kebencian Lea
- Bab 69 Bertemu Larut Malam Di Pinggir Jalan
- Bab 70 Ingat, Namaku Zarco Rius
- Bab 71 Yutta Marah
- Bab 72 Sangat Acuh Tidak Acuh
- Bab 73 Dengarkan Nasihat Kak Ming, Menjauhlah Dari Pria Itu
- Bab 74 Jadilah Pacarku Saja
- Bab 75 Yutta Aloysia Yang Menggila, Eldric Cassio Yang Menggila
- Bab 76 Yutta Aloysia, Yutta Aloysia
- Bab 77 Rayon Lucas Dan Karim Heng
- Bab 78 Jangan Sentuh Tempat Itu Lagi
- Bab 79 Tuan Karim Heng Aku Butuh Sepuluh Miliar
- Bab 80 Perburuan Ini Berubah Menjadi Tidak Menarik
- Bab 81 Hanya Ingin Berburu, Tidak Memiliki Perasaan
- Bab 82 Perubahan Yutta Aloysia
- Bab 83 Mendorong Masuk Ke Dalam Neraka
- Bab 84 Kemana Saja Kamu Adikku?
- Bab 85 keras Kepala dan Tetap Tegar
- Bab 86 Bukankah Ini Adalah Nona Aloysia?
- Bab 87 Kamu Bisa Berlutut Sekarang
- Bab 88 Biarkan Aku Pergi
- Bab 89 Livin Bukan Tidak Bersalah
- Bab 90 Bos! Tolong!
- Bab 91 Menghancurkan Harapan Dengan Tangan Sendiri
- Bab 92 Penyesalan Terakhir Dalam Hidup ini Adalah Bertemu Denganmu
- Bab 93 Akulah Yang Telah Buta Mata Dan Buta Hati
- Bab 94 Masing-Masing Semuanya Bukanlah Orang Yang Mudah Ditangani
- Bab 95 Telah Membayar Yang Harus Dibayar
- Bab 96 Sudah Gila Sejak Lama
- Bab 97 Eldric Tidak Menyadari Perasaannya Sendiri
- Bab 98 Saudara
- Bab 99 Siapa Kamu?
- Bab 100 Menghancurkan Impiannya dan Kak Lucas
- Bab 101 Kebenaran Tentang Ginjal Kiri Diangkat
- Bab 102 Eldric, Kamu Sudah Gila!
- Bab 103 Yang Bisa Menahannya Bukanlah Pria
- Bab 104 Ridwan Kamil, Ridwan Kamil Membuat Orang Sakit Hati
- Bab 105 Kamu Berdiri Di Sana Saja Aku Akan Berjalan Mendekatimu
- Bab 106 Pikiran Yang Tersembunyi Di Buku Catatan Harian
- Bab 107 Jebakan Yang Terlalu Dalam
- Bab 108 Apakah Bagaimanapun Juga Boleh?
- Bab 109 Lakukan Apa Yang Tuhan Minta Anda Lakukan
- Bab 110 Berpapasan
- Bab 111 Eldric VS Ridwan
- Bab 112 Kamu Boss Besar, Jadi Tidak Perlu Membayar?
- Bab 113 Sudah Bergerak
- Bab 114 Menemani Sampai Akhir
- Bab 115 Tekanan Tak Terbatas
- Bab 116 Menemani Adalah Pengakuan Cinta Terdalam
- Bab 117 Kegembiraan Kecil Ridwan
- Bab 118 Karim Mempersulit Segalanya
- Bab 119 Ketenangan Sebelum Badai
- Bab 120 Seolah Melihat Yutta Yang Dulu
- Bab 121 Ini Adalah Sebuah Permainan
- Bab 122 Melihat, Mendengar Dan Mengetahui
- Bab 123 Mereka Tidak Pantas Melihatnya
- Bab 124 Kamu Lihat, Aku Tidak Menangis
- Bab 125 Boss Yutta Aloysia Menghilang
- Bab 126 Dia Mencari Wanita Itu Dengan Menggila
- Bab 127 Kelabilan dan Sakit Hati Ridwan Kamil
- Bab 128 Kelembutan Eldric Di Bawah Sikap Dingin
- Bab 129 Tunggu Aku Di Atas Ranjang