Cinta Yang Paling Mahal - Bab 127 Kelabilan dan Sakit Hati Ridwan Kamil
Yutta sangat membeci kata hukuman!
"Presiden Cassio selalu ingin menghukum, kalau aku menolak untuk menurut pada hari ini, Presiden Cassio mau menghukum aku dengan cara apa?" Yutta sudah menyaksikan cukup banyak jenis hukum Eldric.
Biarkan dia hukum saja! Yutta berpikir.., "Kalau Presiden Cassio benar ingin menghukum aku, silahkan" Yutta sudah menyerah, dia sudah tidak peduli lagi.
Apa yang bisa dia lakukan? Dia bisa melakukan apa?
Tatapan Eldric memancarkan sebuah cahaya yang kemudian mendalam, dia menoleh ke Yutta dan berkata: "Baik, kalau kamu ingin, aku bisa saja menuruti kamu" Setelah berkata, Eldric mengulurkan lengan panjangnya untuk melingkari leher Yutta dan menarinya, kemudian satu tangannya lagi menggosok bibir Yutta dengan kuat, pada saat itu, suara Eldric yang dingin berdering:
"Apakah kamu tahu? Aku sangat membenci kalau bibirmu ternoda oleh nafas orang lain" Ibu jari Eldric terus menggosok bibir Yutta, setelah itu dia tiba-tiba membungkukkan tubuhnya dan menggigit bibir Yutta!
Iya, menggigit!
"Hmm!" Yutta merasa kesakitan, sehingga dia langsung mendorong Eldric, sementara Eldric langsung melepaskan Yutta, menyalakan mobil kemudian menginjak pedal gas dengan gerakan yang lancar dan cepat.
Mobil mulai melaju, Yutta melepaskan tangannya yang menutupi bibirnya, bau besi yang dia cium membuat dia sadar bahwa bibirnya telah berdarah.
Mungkin benar-benar sudah capek, Yutta bersandar di kursi penumpang dengan ekspresi tidak bertenaga.., terserah saja, terserah dia mau melakukan apa..., mau bagaimanapun, Yutta tidak akan bisa membantahnya.
Sementara Eldric menelpon ke bawahannya: "Semua orang kembali ke Hamilton"
Mobil berhenti di depan gerbang Hamilton, tanpa berkata apa pun, Eldric mengendong Yutta keluar dari mobil dan berjalan ke arah dalam gedung.
"Jangan bergerak, kalau kamu tidak ingin aku melakukan hal yang aku lakukan kepadamu di dalam mobil tadi di depan semua orang, mendingan kamu diam saja, Jangan membuat aku marah, hal itu tidak ada keuntungan untukmu"
Eldric bisa merasakan bahwa Yutta ingin membantah, sehingga dia langsung menghentikannya dengan ekspresi dingin.
Api kemarahan sedang menyala di dalam hati Yutta.., orang ini selalu membantah keinginannya! Tetapi, setelah melihat ke sekeliling, Yutta memilih untuk memejamkan matanya.., dia tidak memiliki hak untuk membuat pilihan, jadi hanya bisa memilih untuk tidak melihat,
Gitta mereka sudah tiba di Hamilton dan menunggu di samping, Eldric mengendong Yutta masuk ke dalam elevator, kemudian dia menoleh ke dua orang: "Kalian ikut aku naik"
Lantai 28,
Keluar dari elevator, Eldric meletakkan Yuta di atas tempat tidur, kemudian berkata: "Malam ini, kamu tinggal di sini, tidur saja dan jangan peduli terhadap apa pun" Waktu berputar balik badan untuk berjalan keluar, Eldric memerintah dua petugas keamanannya:
"Lihat dia dengan baik, jangan biar dia keluar dari lantai ini"
"Baik Boss!"
Wajah Yutta terlihat agak pucat: "Aku tidak mau!" Hari ini dia mau bersikap manja dan tidak peduli terhadap apa pun: "Kamu tidak memiliki hak!"
"Kamu diam" Eldric berputar balik badan dan melihat ke Yutta dengan wajah tidak berekspresi: "Aku memberi kamu dua pilihan, yang pertama, mandi sendiri kemudian tidur, yang kedua, aku membantu kamu mandi dan tidur bersamamu."
Ekspresi Yutta menjadi semakin jelek, api kemarahan menyala di matanya,
Eldric mengangkat sudut bibirnya dengan ringan, kemudian keluar dari kamar.
Eldric masuk ke dalam elevator, kemudian pintu elevator terbuka lagi pada saat tiba di lantai dasar, Gitta dan Pengawal 2 sedang menunggu di depan pintu, Eldric melangkah keluar dan berkata dengan suara yang dingin:
"Cari tahu! Cari tahu pria bangsat itu berada di mana sekarang!"
....
Ridwan sudah sangat mabuk, hatinya terasa sangat sakit.., seolah-olah ada sesuatu yang menghilang.
Sebuah suara berkata: Kamu harus mempercayainya, apakah kamu tidak jelas kalau dia orang seperti apa?
Sementara sebuah suara berdering lagi: Keluarga dia sendiri saja tidak percaya kepada dia, semua orang berkata dia bersalah, dia benar-benar ada melakukan semua hal yang kejam itu! Buat apa kamu mengejar wanita seperti ini? Apakah kamu tidak merasa dirimu sangat bodoh? Wanita seperti ini tidak pantas memiliki cinta kamu! Di mana harga diri dan kesombongan kamu? Kamu adalah tuan tua Kamil yang kaya dan berkuasa, tetapi kamu malah jatuh cinta kepada seorang pembunuh yang menjebak teman terbaiknya sampai diperkosa, benar-benar sangat lucu.., hahaha....
"Diam! Diam!" Botol bir di tangan Ridwan terlempar ke dinding yang berada di depannya, jatuh ke atas lantai dengan bentuk pecahan kaca.
Setelah botol pecah, suara ketukan pintu yang cemas pun berdering,
Ridwan bersandar di atas sofa dan berteriak dengan suara tidak senang: "Sudah mati, jangan mengetuk lagi!"
Meskipun begitu, orang di luar tidak pergi, suara ketukan pintu menjadi semakin keras dan cepat,
"Sudah mati! Aku bilang sudah mati! Apakah kamu tidak mendengarnya? Pulang sana!"
Pong pong pong pong pong!
"Sialan!" Ridwan berdiri dari sofa dan berjalan ke arah pintu dengan gerakan cepat, dia membuka pintu dengan gerakan besar dan langsung berteriak: "Ketuk apaan.., ketuk..."
Pong!
Sebelum Ridwan sempat selesai berkata, sebuah tinju sudah dilambai ke wajahnya dengan kuat, Ridwan dipukul sampai mundur ke belakang beberapa langkah dan hampir terjatuh.
Mengangkat kepalanya, Ridwan melihat Eldric berdiri di depan pintu rumahnya!
"Eldric, apakah kamu gila?"
Eldric menatap ke Ridwan yang mabuk dengan tatapan yang dingin dan menakutkan, tiba-tiba dia bergerak dan melambaikan tinjunya ke wajah Ridwan lagi:
"Kamu kan yang berkata kepadaku bahwa kamu tidak akan melepaskan wanita itu mau apapun yang terjadi?"
Satu pukulan melanda lagi: "Apakah ini adalah sifat pantang menyerah yang kamu maksud?"
"Apa yang kamu lakukan hari ini? Ridwan, kamu berkata tidak akan melepaskannya, tetapi hal yang kamu lakukan hari ini tidak hanya melepaskan dia, tetapi juga melukainya!"
Setiap pukulan Eldric menggunaan tenaga yang sangat besar, setelah dipukul, kesadaran Ridwan pun kembali, dipukul tiga kali berturut-turut, ditambah mendengar kata-kata Eldric, mata Ridwan langsung memerah, dia mengangkat tangannya dan langsung membalas pukulan Eldric tanpa meragu:
"Kamu ada hak apa mengkritik aku?"
"Bagaimana dengan kamu sendiri?"
"Apakah hal-hal yang kamu lakukan tidak melukai dia?"
"Eldric, kamu berdiri di sini untuk memihak kepada Yutta, aku akan bertanya kepadamu sekarang, kamu, Eldric, apakah kamu memiliki hak itu?"
Tatapan Eldric menjadi semakin dingin, dia menghindar pukulan Ridwan.
Dua pria dengan penampilan yang elegan sedang berkelahi dengan gaya yang sangat kasar.
Pong!
Suara besar berdering, Ridwan dipukul sampai jatuh dan tertabrak ke dinding kemudian jatuh ke lantai, Pecahan kaca yang berada di lantai menggores kulitnya.
Rasa kesakitan yang mendadak ini membuat semua emosi yang ditahan Ridwan sejak kembali dari acara hari ini pecah dan meledak semua!
Ridwan mengangkat kepalanya dan melirik ke Eldric dengan mata memerah yang tidak senang:
"Eldric, kamu datang menyalahkan aku, kamu ada hak apa menyalahkan aku? Padahal kamu sendiri sudah sadar kamu telah jatuh cinta kepada wanita itu! Aku bertanya kepada kamu, Eldric, apakah kamu berani mengaku kalau kamu telah jatuh cinta kepadanya? Apakah kamu bisa terima kalau dirimu jatuh cinta kepada seorang wanita yang memiliki hati kejam dan racun?! Aku bertanya kepadamu, kalaupun kamu benar-benar telah jatuh cinta kepadanya, apakah kamu bisa menerima hal itu?! Apakah kamu bisa mengakuinya? Apakah kamu berani? Apakah kamu bisa?!"
Ridwa menyatakan semua hal yang membuat dia labil dan sakit hati!
Kemudian dia tertawa dengan puas, setelah itu, matanya membasah…
Novel Terkait
Love In Sunset
ElinaMy Lifetime
DevinaMi Amor
TakashiMy Secret Love
Fang FangLelaki Greget
Rudy GoldAfter Met You
AmardaEternal Love
Regina WangMeet By Chance
Lena TanCinta Yang Paling Mahal×
- Bab 1 Penjarakan Dia
- Bab 2 Semuanya Ini Adalah Maksud Dari Tuan Cassio
- Bab 3 Keluar Dari Penjara
- Bab 4 Kebetulan Melihat Pasangan Yang Kencan Diam-Diam
- Bab 5 Mencari Masalah Untuk Diri Sendiri
- Bab 6 Kamu Tidak Bermaksud Menyapa Aku?
- Bab 7 Cium Dia
- Bab 8 Penyelaan Oleh Ridwan
- Bab 9 Amarah Dan Hinaannya
- Bab 10 Ditangkap Setelah Melarikan Diri
- Bab 11 Dia Datang
- Bab 12 Yutta Yang Tidak Percaya Diri
- Bab 13 Memindahkan Dia Ke Departemen Hubungan Masyarakat
- Bab 14 Penghinaan Dan Penyiksaan
- Bab 15 Mempermalukan
- Bab 16 Bukan Yang Paling Memalukan
- Bab 17 Hanya Lebih Memalukan
- Bab 18 Tubuhmu Dingin Atau Panas
- Bab 19 Tersebar Dengan Luas
- Bab 20 Kritikan Lea
- Bab 21 Eldric, Dengar
- Bab 22 Dia Menghindari Eldric
- Bab 23 Eldric Menciumnya
- Bab 24 Apakah Kamu Meremehkan Yutta
- Bab 25 Kamu Kira Dirimu Lebih Mulia Dari Yutta
- Bab 26 Jangan Terburu-Buru Satu Persatu
- Bab 27 Membantu Dia Melampiaskan Amarah
- Bab 28 Tuan Lucas
- Bab 29 Wanita Gila
- Bab 30 Gadis Malang
- Bab 31 Kak Lucas...
- Bab 32 Terakhir Kali Tanya padamu
- Bab 33 Ridwan Kamil VS Yutta Aloysia
- Bab 34 Awal Permasalahan
- Bab 35 Mempersulit
- Bab 36 Tidak Tahu Malu
- Bab 37 Penipuan Untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 38 Apakah Yang Dia Inginkan Terlalu Banyak?
- Bab 39 Bagaimana Merendahkan Diri Bisa Interpretasikan Kesombongan
- Bab 40 Perburuan Berdarah Dimulai
- Bab 41 Aku Ingin Kamu Menemaniku Malam Ini
- Bab 42 Apakah Yang Dia Inginkan Hanya Sebuah Ciuman?
- Bab 43 Alasan Eldric Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 44 Orang Yang Tidak Tahu Malu
- Bab 45 Ridwan Memberi Pelajaran Kepada Lea Si Hati Jahat
- Bab 46 Lea Trisa Demi Menjaga Diri Mendorong Yukka Aloysia untuk Menghalang
- Bab 47 Eldric Cassio Emosi
- BAB 48 Tidak Boleh Mati
- BAB 49 Yutta Aloysia Ikut Aku
- BAB 50 Dengan Kuat Menghentikan Mulut yang Mengganggunya
- Bab 51 Malam Ini Temani Aku Tidur
- Bab 52 Perhatian Di Balik Penampilan Dingin Yang Sengaja Diperlihatkan
- Bab 53 Apakah Kamu Tahu Siapa yang Menyelamatkan Yutta
- Bab 54 Memeriksa
- Bab 55 Bawa Aku Menemuinya
- Bab 56 Aku Akan Mengabulkanmu
- Bab 57 Kekurangan Ginjal
- Bab 58 Kesakitan
- Bab 59 Kelembutan Eldric
- Bab 60 Malah Menuangkan Garam
- Bab 61 Kelembutan Yang Canggung
- Bab 62 Sesuatu Yang Tidak Aku Inginkan
- Bab 63 Tidak Tahu Malu, Menggoda Tuan Kamil
- Bab 64 Apa Yang Dilakukannya Dengan Ridwan
- Bab 65 Keputusannya
- Bab 66 Kalau Sakit, Gigitlah
- Bab 67 Ciuman Melanda
- Bab 68 Kebencian Lea
- Bab 69 Bertemu Larut Malam Di Pinggir Jalan
- Bab 70 Ingat, Namaku Zarco Rius
- Bab 71 Yutta Marah
- Bab 72 Sangat Acuh Tidak Acuh
- Bab 73 Dengarkan Nasihat Kak Ming, Menjauhlah Dari Pria Itu
- Bab 74 Jadilah Pacarku Saja
- Bab 75 Yutta Aloysia Yang Menggila, Eldric Cassio Yang Menggila
- Bab 76 Yutta Aloysia, Yutta Aloysia
- Bab 77 Rayon Lucas Dan Karim Heng
- Bab 78 Jangan Sentuh Tempat Itu Lagi
- Bab 79 Tuan Karim Heng Aku Butuh Sepuluh Miliar
- Bab 80 Perburuan Ini Berubah Menjadi Tidak Menarik
- Bab 81 Hanya Ingin Berburu, Tidak Memiliki Perasaan
- Bab 82 Perubahan Yutta Aloysia
- Bab 83 Mendorong Masuk Ke Dalam Neraka
- Bab 84 Kemana Saja Kamu Adikku?
- Bab 85 keras Kepala dan Tetap Tegar
- Bab 86 Bukankah Ini Adalah Nona Aloysia?
- Bab 87 Kamu Bisa Berlutut Sekarang
- Bab 88 Biarkan Aku Pergi
- Bab 89 Livin Bukan Tidak Bersalah
- Bab 90 Bos! Tolong!
- Bab 91 Menghancurkan Harapan Dengan Tangan Sendiri
- Bab 92 Penyesalan Terakhir Dalam Hidup ini Adalah Bertemu Denganmu
- Bab 93 Akulah Yang Telah Buta Mata Dan Buta Hati
- Bab 94 Masing-Masing Semuanya Bukanlah Orang Yang Mudah Ditangani
- Bab 95 Telah Membayar Yang Harus Dibayar
- Bab 96 Sudah Gila Sejak Lama
- Bab 97 Eldric Tidak Menyadari Perasaannya Sendiri
- Bab 98 Saudara
- Bab 99 Siapa Kamu?
- Bab 100 Menghancurkan Impiannya dan Kak Lucas
- Bab 101 Kebenaran Tentang Ginjal Kiri Diangkat
- Bab 102 Eldric, Kamu Sudah Gila!
- Bab 103 Yang Bisa Menahannya Bukanlah Pria
- Bab 104 Ridwan Kamil, Ridwan Kamil Membuat Orang Sakit Hati
- Bab 105 Kamu Berdiri Di Sana Saja Aku Akan Berjalan Mendekatimu
- Bab 106 Pikiran Yang Tersembunyi Di Buku Catatan Harian
- Bab 107 Jebakan Yang Terlalu Dalam
- Bab 108 Apakah Bagaimanapun Juga Boleh?
- Bab 109 Lakukan Apa Yang Tuhan Minta Anda Lakukan
- Bab 110 Berpapasan
- Bab 111 Eldric VS Ridwan
- Bab 112 Kamu Boss Besar, Jadi Tidak Perlu Membayar?
- Bab 113 Sudah Bergerak
- Bab 114 Menemani Sampai Akhir
- Bab 115 Tekanan Tak Terbatas
- Bab 116 Menemani Adalah Pengakuan Cinta Terdalam
- Bab 117 Kegembiraan Kecil Ridwan
- Bab 118 Karim Mempersulit Segalanya
- Bab 119 Ketenangan Sebelum Badai
- Bab 120 Seolah Melihat Yutta Yang Dulu
- Bab 121 Ini Adalah Sebuah Permainan
- Bab 122 Melihat, Mendengar Dan Mengetahui
- Bab 123 Mereka Tidak Pantas Melihatnya
- Bab 124 Kamu Lihat, Aku Tidak Menangis
- Bab 125 Boss Yutta Aloysia Menghilang
- Bab 126 Dia Mencari Wanita Itu Dengan Menggila
- Bab 127 Kelabilan dan Sakit Hati Ridwan Kamil
- Bab 128 Kelembutan Eldric Di Bawah Sikap Dingin
- Bab 129 Tunggu Aku Di Atas Ranjang