Cinta Yang Paling Mahal - Bab 125 Boss Yutta Aloysia Menghilang
Suming berekspresi rumit di wajahnya, dia membeci acara perkumpulan seperti ini dan ingin mencari tempat yang tenang untuk bersembunyi. Tidak menyangka bisa mendengar dan melihat adegan rahasia besar ini. Karena keegoisannya... dia tidak segera memihak kepada Yutta. Ditambah setelah mendengar Najwa berkata tentang latar belakang keluarga Yutta, Suming menjadi ragu dan tidak sempat berdiri keluar.
Suming membungkukkan tubuhnya, mengambil kertas cek yang berada di atas lantai kemudian menyerahkannya kepada Karim: "Aku kenal kamu, Karim" Suming tersenyum dengan ringan kemudian melihat ke kertas cek: "Ini adalah kertas cek 1M, bagi orang bodoh itu, kertas ini adalah seluruh nyawanya pada malam itu. Tetapi sekarang, bagi dia, kertas ini sama sekali tidak berharga"
Setelah berkata, Suming melepaskan jarinya dan kertas cek melayang jatuh ke atas lantai lagi. Suming mengangkat kakinya dan berjalan ke arah luar dengan cemas.
Pada saat itu, Karim memanggil Suming: "Tunggu sebentar! Mengapa pada malam itu kertas cek ini adalah seluruh nyawanya, tetapi pada hari ini kertas cek ini malah menjadi tidak berharga? 1M ini tetap berjumlah 1M, tidak ada perubahan!"
Suming tertawa. Dia tidak menjawab pertanyaan Karim, tetapi pada saat melangkah keluar dari pintu gerbang, Suming menoleh ke Karim dan berkata sesuatu:
"Aku percaya, dia pasti tidak ada menjebak dan membunuh orang! Orang bodoh itu tidak pantas melakukan hal itu!"
Setelah itu, Suming pun mempercepat langkah kakinya... Kalau orang bodoh itu bisa menjebak dan membunuh orang, dia tidak akan berada di situasi kasihan seperti sekarang. Tetapi tadi Suming sendiri saja hampir percaya kepada mereka--- kata-kata mereka benar-benar sangat persuasif.
Kalau Yutta memang tidak pernah melakukan hal seperti itu, kenapa dia bisa dipenjara?
Kalau Yutta memang tidak pernah melakukan hal seperti ini, mengapa orang tua kandungnya tidak mau mengakuinya?
Kalau Yutta memang tidak pernah melakukan hal seperti ini, mengapa Eldric bisa membalas dendam kepadanya?
Kamu lihat.... Tidak hanya kejadian Yutta, di setiap sudut dunia ini, setiap hari sedang menunjukkan logika yang dramatis.
Ambil saja kasus nasional yang terkenal sebagai contoh: kalau kamu memang tidak menabraknya, kenapa mau pergi membantu korban itu berdiri?
Kasus itu membuat semua orang tidak berani melakukan hal seperti membantu orang.
Suming mengejar keluar... Pada saat seperti ini, tidak boleh membiarkan orang bodoh sendirian.
Tetapi, mau bagaimana Suming cari pun, dia tidak menemukannya... Kaki orang bodoh sedang berada di kondisi tidak sehat, dalam waktu jangka pendek, dia bisa lari ke mana?
Orang bodoh menghilang!
Suming berpikir, atau dia kembali ke kost?
Suming bergegas lari ke kost Yutta dan membuka pintu menggunakan kunci cadangan. Tidak ada orang di ruangan, Suming berpikir lagi, mungkin orang bodoh sedang berada di perjalanan kembali ke kost, sehingga Suming menunggu di kost Yutta selama 40 menit dan Yutta tetap tidak kembali.
Suming khawatir kalau Yutta masih berada di lokasi acara, sehingga dia turun ke lantai bawah lagi dengan cemas dan mengemudi ke lokasi acara lagi. Setelah bertanya kepada semua orang yang berada di sana, tidak ada yang berkata ada berjumpa Yutta.
Suming pun berpikir lagi, atau Yutta pulang ke kost pada saat Suming berangkat ke lokasi acara?
Suming sibuk menelpon Manager Chris dan memintanya untuk pergi ke kost Yutta dan melihat apakah dia sudah pulang. Dalam beberapa saat, Manager Chris menelpon kembali dan berkata tidak ada orang di kost Yutta. Suming berpikir lagi, atau jangan-jangan Yutta berada di Hamilton? Suming menelpon ke Manager Chris lagi dan jawaban yang dia dapat tetap mengecewakan.
Suming melihat ke jam, satu setengah jam sudah lewat.
Suming tiba-tiba merasa panik, jangan-jangan Yutta mengalami insiden?... Semua orang tidak akan bisa menerima kejadian seperti tadi dengan tenang. Bagaimana kalau dia putus asa dan berpikir mau membunuh diri?
Ekspresi Suming terlihat ragu, pada akhirnya, dia menggigit giginya dan mengeluarkan ponselnya: "Presiden Cassio, Yutta menghilang!"
Kulit mata Eldric bergetar untuk sejenak, dengan ekspresi datar, Eldric bertanya: "Katakan dengan jelas..."
Suming tidak tahu apakah langkah yang dia ambil ini benar atau tidak... Tetapi, setelah kejadian itu, Suming tidak pernah melihat senyuman seperti itu di wajah Yutta. Tetapi sekarang, orang yang bisa membuat Yutta tersenyum seperti itu malah membunuh Yutta secara personal!
Kalau Ridwan membunuh Yutta dengan menusuk hatinya, maka orang tua dan abang Yutta adalah orang yang menusuk hati Yutta untuk kedua kali!
Apakah Yutta benar-benar tidak merasa sakit hati?
Apakah Yutta benar-benar tidak peduli?
Kalau dia memang tidak sakit hati dan tidak peduli, mengapa Yutta bisa mengabaikan kotak yang penuh dengan uang ketika dia sangat membutuhkan uang?
Kalau memang tidak peduli, mengapa Yutta yang mementingkan harga diri bisa membantah bahwa dirinya mencelakai Livin Mahdi di depan umum dan bertanya kepada Ridwan apakah dia percaya kepadanya?
Berpikir sampai sini, hati Suming tiba-tiba terasa asam dan sakit.. Orang bodoh ini memang... Biasanya dia adalah orang yang sangat keras kepala dan mementingkan harga dirinya, tetapi dia malah bertanya kepada Ridwan apakah dia percaya kepadanya di bawah kondisi seperti tadi.
Yutta mungkin menggunakan seluruh tenaganya untuk bertanya kepada Ridwan apakah dia percaya kepadnaya...
Sementara pada saat ini, Suming tidak bisa menemukan Yutta. Padahal kaki Yutta sedang berada di keadaan tidak sehat, tetapi dia tidak bisa menemukan bayangannya setelah mencari kemana-mana. Suming merasa sangat khawatir, dia benar-benar takut Yutta mengalami insiden.
Suming tidak berani menyembunyikan apa pun terhadap Eldric, sehingga dia memberi tahu seluruh kejadian kepadanya.
Setelah mendengar kata-kata Suming, tatapan Eldric memancarkan cahaya, dia berdiri dari kursinya dan berkata: "Kamu coba mencari lagi, aku akan segera tiba!"
Setelah itu Eldric mematikan telpon, mengambil kunci mobil dan berjalan ke garasi dengan buru-buru.
Pada saat berjalan sampai gerbang, Eldric memanggil pengawal 1 dan pengawal 2: "Bangunkan mereka, semuanya ikut aku pergi"
Nada perintah yang dingin membuat pengawal 1 dan pengawal dua bergetar dengan ketakutan, mereka segera saling menatap dan berkata: "Masalah besar apa yang terjadi?"
Tidak berani membantah perintah Eldric, pengawal 1 segera pergi menyalakan mobil dan pengawal 2 pergi membangunkan orang lain.
"Kamu tidak perlu mengemudi, kamu bersama pengawal 2 mereka saja"
Eldric menolak pengawal 1 mengikutinya.
Eldric memberi tahu pengawal 1 sebuah alamat, dia menginjak pedal gas dan keluar dari garasi, kemudian belok secara buru-buru. Suara ban bergesek dengan lantai terdengar sangat menusuk telinga di malam yang sunyi ini.
Tatapan pengawal 1 mengerat, dia berkumpul dengan pengawal 2 dan yang lain: "Takutnya malam ini adalah malam tanpa tidur lagi. Satu orang satu mobil saja"
Sepertinya masalah besar telah terjadi. Satu orang mengemudi satu mobil agar lebih mudah bergerak dan bertingkah secara individu.
pengawal 2 setuju dengan hal ini. Enam petugas keamanan yang terlatih masuk ke mobil Mercedes hitam masing-masing dan keluar dari mansion dalam keadaan tersusun dan aura yang menakutkan.
Gerakan yang besar ini tentu saja menganggu Pak Mahdi yang sedang istirahat, melihat dari jendela, tatapan Pak Mahdi memancarkan keraguan yang dalam.
Setelah berpikir sejenak, Pak Mahdi menelpon ke pengawal 1: "Apa yang terjadi?"
"Urusan darurat" pengawal 1 hanya mengatakan dua kata itu kemudian mengakhiri telpon. Urusan darurat berarti pengawal 1 sendiri juga tidak tahu apa yang terjadi, tetapi seharusnya adalah urusan yang sangat darurat.
"Ckittt" Suara gesekan ban dengan lantai berderin dengan kuat, Suming menoleh ke arah suara berasal dan melihat sebuah mobil berhenti di depan gerbang. Suming pun segera berlari ke mobil tersebut.
Eldric turun dari mobil dan bertanya dengan wajah yang sangat dingin: "Apakah kamu sudah menemukannya?"
"Tidak ada. Semuanya salahku, kalau aku tidak berkata hal tidak berguna dengan Karim, Yutta tidak akan menghilang" Suming benar-benar sangat cemas, sehingga dia pun bertingkah tanpa berpikir panjang: "Presiden Cassio, orang bodoh itu ditusuk dua kali tepat di hati, apakah dia akan putas asa dan berpikir mau membunuh diri?"
Di bawah cahaya lampu yang redup, jantung Eldric mengerat dan kegugupan melintas melewati tatapannya. Eskpresinya menjadi semakin dingin: "Diam. Dia bukan orang yang begitu lemah"
Novel Terkait
Istri ke-7
Sweety GirlIstri Pengkhianat
SubardiDon't say goodbye
Dessy PutriIstri kontrakku
RasudinKisah Si Dewa Perang
Daron JayThe Gravity between Us
Vella PinkyMy Enchanting Guy
Bryan WuCinta Yang Paling Mahal×
- Bab 1 Penjarakan Dia
- Bab 2 Semuanya Ini Adalah Maksud Dari Tuan Cassio
- Bab 3 Keluar Dari Penjara
- Bab 4 Kebetulan Melihat Pasangan Yang Kencan Diam-Diam
- Bab 5 Mencari Masalah Untuk Diri Sendiri
- Bab 6 Kamu Tidak Bermaksud Menyapa Aku?
- Bab 7 Cium Dia
- Bab 8 Penyelaan Oleh Ridwan
- Bab 9 Amarah Dan Hinaannya
- Bab 10 Ditangkap Setelah Melarikan Diri
- Bab 11 Dia Datang
- Bab 12 Yutta Yang Tidak Percaya Diri
- Bab 13 Memindahkan Dia Ke Departemen Hubungan Masyarakat
- Bab 14 Penghinaan Dan Penyiksaan
- Bab 15 Mempermalukan
- Bab 16 Bukan Yang Paling Memalukan
- Bab 17 Hanya Lebih Memalukan
- Bab 18 Tubuhmu Dingin Atau Panas
- Bab 19 Tersebar Dengan Luas
- Bab 20 Kritikan Lea
- Bab 21 Eldric, Dengar
- Bab 22 Dia Menghindari Eldric
- Bab 23 Eldric Menciumnya
- Bab 24 Apakah Kamu Meremehkan Yutta
- Bab 25 Kamu Kira Dirimu Lebih Mulia Dari Yutta
- Bab 26 Jangan Terburu-Buru Satu Persatu
- Bab 27 Membantu Dia Melampiaskan Amarah
- Bab 28 Tuan Lucas
- Bab 29 Wanita Gila
- Bab 30 Gadis Malang
- Bab 31 Kak Lucas...
- Bab 32 Terakhir Kali Tanya padamu
- Bab 33 Ridwan Kamil VS Yutta Aloysia
- Bab 34 Awal Permasalahan
- Bab 35 Mempersulit
- Bab 36 Tidak Tahu Malu
- Bab 37 Penipuan Untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 38 Apakah Yang Dia Inginkan Terlalu Banyak?
- Bab 39 Bagaimana Merendahkan Diri Bisa Interpretasikan Kesombongan
- Bab 40 Perburuan Berdarah Dimulai
- Bab 41 Aku Ingin Kamu Menemaniku Malam Ini
- Bab 42 Apakah Yang Dia Inginkan Hanya Sebuah Ciuman?
- Bab 43 Alasan Eldric Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 44 Orang Yang Tidak Tahu Malu
- Bab 45 Ridwan Memberi Pelajaran Kepada Lea Si Hati Jahat
- Bab 46 Lea Trisa Demi Menjaga Diri Mendorong Yukka Aloysia untuk Menghalang
- Bab 47 Eldric Cassio Emosi
- BAB 48 Tidak Boleh Mati
- BAB 49 Yutta Aloysia Ikut Aku
- BAB 50 Dengan Kuat Menghentikan Mulut yang Mengganggunya
- Bab 51 Malam Ini Temani Aku Tidur
- Bab 52 Perhatian Di Balik Penampilan Dingin Yang Sengaja Diperlihatkan
- Bab 53 Apakah Kamu Tahu Siapa yang Menyelamatkan Yutta
- Bab 54 Memeriksa
- Bab 55 Bawa Aku Menemuinya
- Bab 56 Aku Akan Mengabulkanmu
- Bab 57 Kekurangan Ginjal
- Bab 58 Kesakitan
- Bab 59 Kelembutan Eldric
- Bab 60 Malah Menuangkan Garam
- Bab 61 Kelembutan Yang Canggung
- Bab 62 Sesuatu Yang Tidak Aku Inginkan
- Bab 63 Tidak Tahu Malu, Menggoda Tuan Kamil
- Bab 64 Apa Yang Dilakukannya Dengan Ridwan
- Bab 65 Keputusannya
- Bab 66 Kalau Sakit, Gigitlah
- Bab 67 Ciuman Melanda
- Bab 68 Kebencian Lea
- Bab 69 Bertemu Larut Malam Di Pinggir Jalan
- Bab 70 Ingat, Namaku Zarco Rius
- Bab 71 Yutta Marah
- Bab 72 Sangat Acuh Tidak Acuh
- Bab 73 Dengarkan Nasihat Kak Ming, Menjauhlah Dari Pria Itu
- Bab 74 Jadilah Pacarku Saja
- Bab 75 Yutta Aloysia Yang Menggila, Eldric Cassio Yang Menggila
- Bab 76 Yutta Aloysia, Yutta Aloysia
- Bab 77 Rayon Lucas Dan Karim Heng
- Bab 78 Jangan Sentuh Tempat Itu Lagi
- Bab 79 Tuan Karim Heng Aku Butuh Sepuluh Miliar
- Bab 80 Perburuan Ini Berubah Menjadi Tidak Menarik
- Bab 81 Hanya Ingin Berburu, Tidak Memiliki Perasaan
- Bab 82 Perubahan Yutta Aloysia
- Bab 83 Mendorong Masuk Ke Dalam Neraka
- Bab 84 Kemana Saja Kamu Adikku?
- Bab 85 keras Kepala dan Tetap Tegar
- Bab 86 Bukankah Ini Adalah Nona Aloysia?
- Bab 87 Kamu Bisa Berlutut Sekarang
- Bab 88 Biarkan Aku Pergi
- Bab 89 Livin Bukan Tidak Bersalah
- Bab 90 Bos! Tolong!
- Bab 91 Menghancurkan Harapan Dengan Tangan Sendiri
- Bab 92 Penyesalan Terakhir Dalam Hidup ini Adalah Bertemu Denganmu
- Bab 93 Akulah Yang Telah Buta Mata Dan Buta Hati
- Bab 94 Masing-Masing Semuanya Bukanlah Orang Yang Mudah Ditangani
- Bab 95 Telah Membayar Yang Harus Dibayar
- Bab 96 Sudah Gila Sejak Lama
- Bab 97 Eldric Tidak Menyadari Perasaannya Sendiri
- Bab 98 Saudara
- Bab 99 Siapa Kamu?
- Bab 100 Menghancurkan Impiannya dan Kak Lucas
- Bab 101 Kebenaran Tentang Ginjal Kiri Diangkat
- Bab 102 Eldric, Kamu Sudah Gila!
- Bab 103 Yang Bisa Menahannya Bukanlah Pria
- Bab 104 Ridwan Kamil, Ridwan Kamil Membuat Orang Sakit Hati
- Bab 105 Kamu Berdiri Di Sana Saja Aku Akan Berjalan Mendekatimu
- Bab 106 Pikiran Yang Tersembunyi Di Buku Catatan Harian
- Bab 107 Jebakan Yang Terlalu Dalam
- Bab 108 Apakah Bagaimanapun Juga Boleh?
- Bab 109 Lakukan Apa Yang Tuhan Minta Anda Lakukan
- Bab 110 Berpapasan
- Bab 111 Eldric VS Ridwan
- Bab 112 Kamu Boss Besar, Jadi Tidak Perlu Membayar?
- Bab 113 Sudah Bergerak
- Bab 114 Menemani Sampai Akhir
- Bab 115 Tekanan Tak Terbatas
- Bab 116 Menemani Adalah Pengakuan Cinta Terdalam
- Bab 117 Kegembiraan Kecil Ridwan
- Bab 118 Karim Mempersulit Segalanya
- Bab 119 Ketenangan Sebelum Badai
- Bab 120 Seolah Melihat Yutta Yang Dulu
- Bab 121 Ini Adalah Sebuah Permainan
- Bab 122 Melihat, Mendengar Dan Mengetahui
- Bab 123 Mereka Tidak Pantas Melihatnya
- Bab 124 Kamu Lihat, Aku Tidak Menangis
- Bab 125 Boss Yutta Aloysia Menghilang
- Bab 126 Dia Mencari Wanita Itu Dengan Menggila
- Bab 127 Kelabilan dan Sakit Hati Ridwan Kamil
- Bab 128 Kelembutan Eldric Di Bawah Sikap Dingin
- Bab 129 Tunggu Aku Di Atas Ranjang