Cinta Yang Paling Mahal - Bab 45 Ridwan Memberi Pelajaran Kepada Lea Si Hati Jahat
Siapapun tidak ada yang menyangka, Ridwan akan bertanya seperti itu tiba-tiba.
Pada waktu itu, bahkan udara membeku, setidaknya seluruh bulu kuduk di tubuh Lea mulai berdiri.
“En? Yutta, apakah yang dibicarakan olehnya benar?”
Benar atau tidak benar, sebuah kata atau dua buah kata.
Hanya dengan membuka mulutnya dengan ringan sudah cukup.
Yutta bisa dengan jelas merasakan pandangan panik Lea kepadanya,
Dia menaikkan kepala dengan perlahan, menatap Ridwan dan perlahan membuka mulutnya membentuk sebuah senyuman "Tentu saja.”
Baju belakang Lea sudah basah oleh keringat, seakan baru saja naik roller coaster… Perasaan ini, dia tidak ingin merasakannya lagi seumur hidup.
Menatap Yutta singkat dengan rumit, wanita ini justru membuatnya merasakan tekanan yang tidak terlihat dan penghinaan yang berat.
Lea mungkin tidak menyadari bahwa dia memandang rendah Yutta di dalam hatinya, semakin dia meremehkan Yutta dan semakin kinerja Yutta melebihi ekspektasinya, hatinya menjadi semakin terdistorsi.
Dia diselamatkan oleh Yutta yang tidak dia anggap.
Ini seperti sebuah logika bahwa seorang yang berbakat dengan IQ 180 namun diselamatkan oleh orang yang bodoh, dia hanya merasa semakin marah, bukannya berterima kasih.
"Tuan Ridwan, jika tidak ada hal lain, aku pergi bekerja dulu.” Yutta tidak ingin berurusan dengan playboy ini, bukan hanya karena alasan Lea, namun saat ini dirinya hanya tersisa sebuah kerangka saja.
Yutta membalikkan badannya dan pergi, Ridwan terus menatap bayangan Yutta yang menghilang, baru kemudian memandang ke arah Lea, terpancar senyuman dingin di dalam matanya… Mengenai perkataan yang dikatakan oleh Lea wanita ini, dia sama sekali tidak mempercayainya.
Apakah dia berpikir Tuan muda Ridwan hanya tahu bermain-main dan tidak punya otak sama sekali?
"Apakah setelah ini sibuk?”
Lea merasa terhormat, apakah Tuan Ridwan sedang peduli padanya?
"Tidak , hari ini tidak sibuk.” Bahkan jika dia sibuk, harus menjadi tidak sibuk.
Lea mengepalkan tangannya karena gugup, apakah Tuan Ridwan berencana.…..
Hatinya dipenuhi penantian.
Bibir Ridwan yang hampir transparan itu bergerak, dengan penuh arti berkata "Baguslah jika tidak sibuk.” Dia pun memasukkan tangannya ke dalam saku, melewati Lea dan pergi.
Meninggalkan Lea yang tidak mengerti… apa maksudnya?
Tiba-tiba menanyakan apakah dia sibuk, hasilnya hanya menanyakan sebuah kalimat dan langsung pergi?
Apa maksud Tuan Ridwan ini ya?
Hati Lea saat ini terasa seperti ada puluhan ribu semut yang sedang mendaki, membuatnya gatal dengan tidak nyaman, hanya bisa menahan diri dan pergi sibuk bekerja, hanya saja ketika hari ini bekerja dia sering termenung.
“Lea, kamu ke lantai enam, ruangan VIP 603.”
Pimpinan grup memberikan piring buah ke tangan Lea "Bekerjalah dengan baik.”
"Apa? Bos, bukankah ruangan VIP 603 seharusnya menjadi tanggung jawab Anne?”
Pimpinan grup menatap Lea singkat "Ada orang yang memanggil namamu, cepatlah pergi jangan berlama-lama disini."
“Ooo….”
……
Ruangan VIP 603
Ridwan sambil tersenyum memegang segelas anggur merah, memberi hormat kepada beberapa pria paruh baya di atas sofa dan berkata "Tuan Toki, hari ini anda mainlah sepuasnya, aku yang membayarnya.”
Setelah mengatakannya dia menghabiskan anggur dalam gelas dalam satu teguk, meletakkan gelas dan berkata "Aku masih ada hal yang harus ditangani, Tuanku sedang menunggu di rumah, Tuan Toki dan direktur sekalian, mainlah sepuasnya.” dia kembali berkata:
“Sebentar lagi, apakah Tuan Toki melihat pintu itu?”
Ridwan menunjuk pintu besar ruangan VIP, “Sebentar lagi akan masuk seorang wanita yang cantik, wanita ini sangat menarik, Aku Ridwan tidak akan menyembunyikan harta berharga di hadapan direktur sekalian.” Dia berkata kepada Tuan Toki sambil tersenyum penuh arti yang dimengerti oleh para pria dan kemudian menyentuh lengan Tuan Toki:
“Sudah mengerti kan, Tuan Toki?”
“Mengerti, mengerti.” Tuan Toki terlihat tampan, memakai kacamata dan tampak terpelajar, terlihat seperti orang yang mendapat pengajaran yang baik, orang seperti ini tersenyum mengerti terhadap senyuman ambigu yang diberikan Ridwan:
“Tidak heran jika orang lain mengatakan bahwa Tuan muda Ridwan adalah orang yang luar biasa.”
Ketika Tuan Toki berkata terdapat sedikit aksen kanton, Ridwan pun memberi isyarat kepadanya:" Kalau begitu Tuan Toki dan direktur sekalian, aku memohon maaf, di rumah masih ada urusuan, aku pergi terlebih dahulu.”
Ketika Ridwan akan pergi, dia kembali berkata penuh arti kepada Tuan Toki "Tuan Toki tenang saja, mainlah sepuasnya di sini, sebentar lagi ,aku akan mengirim orang untuk mengantarkan perlengkapan, aku sudah memilihkan sendiri wanita yang menarik untuk anda, Tuan Toki jangan kecewakan niat baikku.”
“Terima kasih, Tuan Ridwan .”
Ridwan membalikkan badan keluar dari ruangan, menggerakkan kaki berjalan ke sudut yang gelap, dia bersandar di dinding, mengeluarkan sebuah rokok dan menyelipkannya ke dalam mulut, menyalakannya, asap putih itu pun melayang, melihat singkat wanita anggun yang muncul di depan ruangan, sudut bibirnya terangkat membentuk sudut yang dingin, pandangan matanya acuh tak acuh, melihat wanita itu memasuki ruangan VIP, memasuki....neraka.
Lea meletakkan piring buah, bersiap untuk keluar, dia hanyalah seorang pelayan, bukan wanita penghibur. Namun dia tidak menyadari, hari ini wanita penghibur sama sekali tidak ada di dalam ruangan.
Tuan Toki memanggil Lea "Siapa namamu?”
Lea yang tiba-tiba ditanya namanya, walaupun sedikit gelisah, namun dia menjawabnya "Namaku Lea.”
“Lea, nama yang indah,.”
"Ayo, duduk disini.” Tuan Toki melambaikan tangannya.
Lea langsung merasakan penghinaan yang dalam "Tuan, aku hanyalah ‘Pelayan’ !”
Dia dengan sengaja memperjelas kata pelayan ini, berharap pelanggan ini bisa mendengar jelas, dia tidak menemani minum, namun Tuan Toki dan direktur lain sudah masuk sebelumnya, dan Ridwan yang dengan penuh arti menyebutkan Lea, sejak Lea memasuki pintu ruangan VIP ini, seluruh pria di dalam ruangan ini secara tidak sadar sudah menganggap bahwa dia adalah wanita "yang menarik itu.”
Kata “menarik” ini, memiliki arti yang berbeda.
Tuan Toki tidak memandang pergumulan Lea sama sekali, hanya merasa dia menjual mahal dirinya, tidak marah hanya tersenyum penuh arti dan berkata "Duduklah, tidak peduli apakah ‘pelayan’ atau yang lain, asalkan bekerja di Hamilton, tidak peduli apakah petugas kebersihan harus mematuhi peraturan perusahaan kan.”
Perkataan ini memiliki kelas, tidak mempermalukan Lea namun juga tidak mengatakannya dengan suara besar, Lea hanya bisa menggertakkan gigi menahan diri dan berkata "Aku benar-benar hanya seorang ‘pelayan’ aku tidak menemani minum.”
Siapa yang menyangka, ketika Tuan Toki mendengarnya, dia pun saling tersenyum dengan direktur-direktur yang memiliki usia hampir sama, namun senyuman ini, bagaimana pun Lea merasa memiliki arti yang berbeda.
“Tidak memanggilmu untuk menemani minum, alcohol ini kita yang minum sendiri, kamu seorang gadis, minum alkohol bukanlah hal yang baik.” Tuan Toki mengatakan dengan sopan, pria paruh baya berkepala botak di sampingnya pun menambahkan, mengatakan sesuatu dengan bahasa lain, kemudian dia berbicara cukup panjang dengan dua orang yang bersama dengannya, melihat pria paruh baya yang berkacamata berbicara dengan beberapa orang ini dengan bahasa mereka, seakan sedang mengkomunikasikan sesuatu,dan kemudian dia berbicara dengan pengawalnya dalam bahasa Kanton.
Lea kali ini tersadar, ternyata pria paruh baya berkacamata ini adalah pebisnis dari hongkong dan pria yang berbicara bahasa lain adalah pebisnis dari jepang.
Seorang pebisnis dari hongkong membawa tiga pebisnis dari jepang ke Hamilton?
Sebodoh-bodohnya Lea, dia juga tahu, kondisi seperti ini lebih baik dia segera pergi, dia menghentakkan kaki bersiap untuk pergi, Tuan Toki dengan tersenyum berkata "Mengapa Nona Lea mau pergi secepat ini, ada orang yang merekomendasikan Nona Lea, mengatakan Nona Trisa adalah orang yang menarik.”
Setelah mengatakannya, suaranya pun berubah menjadi dingin “Billy, akan menjaga Nona Trisa baik-baik.”
Novel Terkait
My Charming Wife
Diana AndrikaSomeday Unexpected Love
AlexanderSederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaAdore You
ElinaNikah Tanpa Cinta
Laura WangLove And Pain, Me And Her
Judika DenadaCinta Yang Paling Mahal×
- Bab 1 Penjarakan Dia
- Bab 2 Semuanya Ini Adalah Maksud Dari Tuan Cassio
- Bab 3 Keluar Dari Penjara
- Bab 4 Kebetulan Melihat Pasangan Yang Kencan Diam-Diam
- Bab 5 Mencari Masalah Untuk Diri Sendiri
- Bab 6 Kamu Tidak Bermaksud Menyapa Aku?
- Bab 7 Cium Dia
- Bab 8 Penyelaan Oleh Ridwan
- Bab 9 Amarah Dan Hinaannya
- Bab 10 Ditangkap Setelah Melarikan Diri
- Bab 11 Dia Datang
- Bab 12 Yutta Yang Tidak Percaya Diri
- Bab 13 Memindahkan Dia Ke Departemen Hubungan Masyarakat
- Bab 14 Penghinaan Dan Penyiksaan
- Bab 15 Mempermalukan
- Bab 16 Bukan Yang Paling Memalukan
- Bab 17 Hanya Lebih Memalukan
- Bab 18 Tubuhmu Dingin Atau Panas
- Bab 19 Tersebar Dengan Luas
- Bab 20 Kritikan Lea
- Bab 21 Eldric, Dengar
- Bab 22 Dia Menghindari Eldric
- Bab 23 Eldric Menciumnya
- Bab 24 Apakah Kamu Meremehkan Yutta
- Bab 25 Kamu Kira Dirimu Lebih Mulia Dari Yutta
- Bab 26 Jangan Terburu-Buru Satu Persatu
- Bab 27 Membantu Dia Melampiaskan Amarah
- Bab 28 Tuan Lucas
- Bab 29 Wanita Gila
- Bab 30 Gadis Malang
- Bab 31 Kak Lucas...
- Bab 32 Terakhir Kali Tanya padamu
- Bab 33 Ridwan Kamil VS Yutta Aloysia
- Bab 34 Awal Permasalahan
- Bab 35 Mempersulit
- Bab 36 Tidak Tahu Malu
- Bab 37 Penipuan Untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 38 Apakah Yang Dia Inginkan Terlalu Banyak?
- Bab 39 Bagaimana Merendahkan Diri Bisa Interpretasikan Kesombongan
- Bab 40 Perburuan Berdarah Dimulai
- Bab 41 Aku Ingin Kamu Menemaniku Malam Ini
- Bab 42 Apakah Yang Dia Inginkan Hanya Sebuah Ciuman?
- Bab 43 Alasan Eldric Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 44 Orang Yang Tidak Tahu Malu
- Bab 45 Ridwan Memberi Pelajaran Kepada Lea Si Hati Jahat
- Bab 46 Lea Trisa Demi Menjaga Diri Mendorong Yukka Aloysia untuk Menghalang
- Bab 47 Eldric Cassio Emosi
- BAB 48 Tidak Boleh Mati
- BAB 49 Yutta Aloysia Ikut Aku
- BAB 50 Dengan Kuat Menghentikan Mulut yang Mengganggunya
- Bab 51 Malam Ini Temani Aku Tidur
- Bab 52 Perhatian Di Balik Penampilan Dingin Yang Sengaja Diperlihatkan
- Bab 53 Apakah Kamu Tahu Siapa yang Menyelamatkan Yutta
- Bab 54 Memeriksa
- Bab 55 Bawa Aku Menemuinya
- Bab 56 Aku Akan Mengabulkanmu
- Bab 57 Kekurangan Ginjal
- Bab 58 Kesakitan
- Bab 59 Kelembutan Eldric
- Bab 60 Malah Menuangkan Garam
- Bab 61 Kelembutan Yang Canggung
- Bab 62 Sesuatu Yang Tidak Aku Inginkan
- Bab 63 Tidak Tahu Malu, Menggoda Tuan Kamil
- Bab 64 Apa Yang Dilakukannya Dengan Ridwan
- Bab 65 Keputusannya
- Bab 66 Kalau Sakit, Gigitlah
- Bab 67 Ciuman Melanda
- Bab 68 Kebencian Lea
- Bab 69 Bertemu Larut Malam Di Pinggir Jalan
- Bab 70 Ingat, Namaku Zarco Rius
- Bab 71 Yutta Marah
- Bab 72 Sangat Acuh Tidak Acuh
- Bab 73 Dengarkan Nasihat Kak Ming, Menjauhlah Dari Pria Itu
- Bab 74 Jadilah Pacarku Saja
- Bab 75 Yutta Aloysia Yang Menggila, Eldric Cassio Yang Menggila
- Bab 76 Yutta Aloysia, Yutta Aloysia
- Bab 77 Rayon Lucas Dan Karim Heng
- Bab 78 Jangan Sentuh Tempat Itu Lagi
- Bab 79 Tuan Karim Heng Aku Butuh Sepuluh Miliar
- Bab 80 Perburuan Ini Berubah Menjadi Tidak Menarik
- Bab 81 Hanya Ingin Berburu, Tidak Memiliki Perasaan
- Bab 82 Perubahan Yutta Aloysia
- Bab 83 Mendorong Masuk Ke Dalam Neraka
- Bab 84 Kemana Saja Kamu Adikku?
- Bab 85 keras Kepala dan Tetap Tegar
- Bab 86 Bukankah Ini Adalah Nona Aloysia?
- Bab 87 Kamu Bisa Berlutut Sekarang
- Bab 88 Biarkan Aku Pergi
- Bab 89 Livin Bukan Tidak Bersalah
- Bab 90 Bos! Tolong!
- Bab 91 Menghancurkan Harapan Dengan Tangan Sendiri
- Bab 92 Penyesalan Terakhir Dalam Hidup ini Adalah Bertemu Denganmu
- Bab 93 Akulah Yang Telah Buta Mata Dan Buta Hati
- Bab 94 Masing-Masing Semuanya Bukanlah Orang Yang Mudah Ditangani
- Bab 95 Telah Membayar Yang Harus Dibayar
- Bab 96 Sudah Gila Sejak Lama
- Bab 97 Eldric Tidak Menyadari Perasaannya Sendiri
- Bab 98 Saudara
- Bab 99 Siapa Kamu?
- Bab 100 Menghancurkan Impiannya dan Kak Lucas
- Bab 101 Kebenaran Tentang Ginjal Kiri Diangkat
- Bab 102 Eldric, Kamu Sudah Gila!
- Bab 103 Yang Bisa Menahannya Bukanlah Pria
- Bab 104 Ridwan Kamil, Ridwan Kamil Membuat Orang Sakit Hati
- Bab 105 Kamu Berdiri Di Sana Saja Aku Akan Berjalan Mendekatimu
- Bab 106 Pikiran Yang Tersembunyi Di Buku Catatan Harian
- Bab 107 Jebakan Yang Terlalu Dalam
- Bab 108 Apakah Bagaimanapun Juga Boleh?
- Bab 109 Lakukan Apa Yang Tuhan Minta Anda Lakukan
- Bab 110 Berpapasan
- Bab 111 Eldric VS Ridwan
- Bab 112 Kamu Boss Besar, Jadi Tidak Perlu Membayar?
- Bab 113 Sudah Bergerak
- Bab 114 Menemani Sampai Akhir
- Bab 115 Tekanan Tak Terbatas
- Bab 116 Menemani Adalah Pengakuan Cinta Terdalam
- Bab 117 Kegembiraan Kecil Ridwan
- Bab 118 Karim Mempersulit Segalanya
- Bab 119 Ketenangan Sebelum Badai
- Bab 120 Seolah Melihat Yutta Yang Dulu
- Bab 121 Ini Adalah Sebuah Permainan
- Bab 122 Melihat, Mendengar Dan Mengetahui
- Bab 123 Mereka Tidak Pantas Melihatnya
- Bab 124 Kamu Lihat, Aku Tidak Menangis
- Bab 125 Boss Yutta Aloysia Menghilang
- Bab 126 Dia Mencari Wanita Itu Dengan Menggila
- Bab 127 Kelabilan dan Sakit Hati Ridwan Kamil
- Bab 128 Kelembutan Eldric Di Bawah Sikap Dingin
- Bab 129 Tunggu Aku Di Atas Ranjang