Cinta Yang Paling Mahal - Bab 6 Kamu Tidak Bermaksud Menyapa Aku?
Api benar-benar menjalar ke sisinya! Dia seharusnya tidak mempersulit diri untuk membantu Lea!
Yutta sangat menyesal.
"Hei, aku bertanya padamu, bibi cleaning service."
Yutta terpaksa menganggukkan kepala.
Terdengar suara tawa sinis yang senang, berkata kepada Lea “Apakah kamu dengar? Seorang bibi cleaning service bahkan lebih baik dalam melihat situasi daripada kamu, dia lebih peka.” Sambil bicara, dia mengambil sebotol anggur dan meletakkannya di atas meja dengan kuat “Habiskan. Kalau tidak, panggil Suming datang ke sini." Suming adalah Kak Ming yang mewawancarai Yutta.
Mengungkit Kak Ming, Lea agak takut. Keluarganya miskin, sehingga dia datang ke Hamilton untuk bekerja sebagai pelayan karena gaji Hamilton tinggi. Jika Kak Ming dipanggil kemari, maka dirinya pun akan kehilangan pekerjaan ini.
“Jangan panggil Kak Ming!” Lea mengambil botol anggur di atas meja kristal “Aku minum!” Ujarnya, sebelum minum, air mata sudah bercucuran.
“Tunggu sebentar.” Dalam kegelapan, terdengar suara pelan yang santai. Yutta membelakangi sisi gelap itu. Mendengar suara itu, tubuhnya bergetar hebat.
Ketakutan menyembul di matanya, napas mulai terasa berat.
“Putar badanmu.” Dalam kegelapan, suara itu melontarkan perintah.
Kaki Yutta seolah terikat timah, dia sama sekali tidak bisa bergerak. Dia berkata pada dirinya dengan pasrah: Dia bukan memanggil aku.
"Aku ulangi sekali lagi, putar badanmu, bi-bi pem-ber-sih."
"Ho~" Yutta merasa jantungnya seperti ditinju seseorang. Dia tahu bahwa dia harus melakukan apa yang diperintahkan suara itu. Giginya "berderit" karena gemetaran. Dia yang mengenakan pakaian tebal berbalik dengan penuh kesulitan.
Suasana sangat aneh. Saat ini, semua orang menyadari kejanggalan.
Pria kaya yang berfoya-foya itu mengelus bibir sambil bersiul dengan senang "Akan ada pertunjukkan bagus."
Seorang pria di sofa menghardik "Tutup mulutmu, Tigor Lumban. Jangan ganggu aku menonton pertunjukan."
"Brengsek, Anton Megan, kamu sungguh sangat jahat."
Mata Yutta penuh ketakutan, dia ingin kabur!
Tiga tahun di penjara, 1095 pagi dan malam, dia hidup dengan sengsara. Setelah merangkak keluar dari neraka yang suram, dia tidak berani mengkhayalkan apapun tentang Eldric lagi. Apa yang tersisa hanyalah ketakutan terhadap pria ini yang terukir dalam pada tulang.
Walau dia masih memiliki obsesi dan cinta terhadap pria ini, dia pun telah mengubur perasaan itu di dalam lubuk hatinya yang terdalam, tidak akan pernah ditunjukkannya lagi.
“Angkat kepalamu.” Suara itu memerintahkan secara perlahan. Yutta bergerak sesuai perintah yang diberikan.
Cahaya di ruangan redup, pria tersembunyi di sudut gelap. Saat Yutta masuk, dia tidak berani mengamati sekeliling, tidak heran dia tidak menemukan pria itu.
Eldric duduk dengan anggun di sudut sofa, seperti seorang kaisar. Sikunya bertumpu pada lengan sofa, dagu bertumpu pada punggung tangan, sosok pria yang anggun. Namun, mata di balik kacamata berbingkai emas menatap Yutta dengan tajam, seperti serigala lapar yang akan melumasinya kapanpun.
Waktu sepanjang tiga tahun sama sekali tidak meninggalkan jejak usia padanya, sebaliknya malah membuatnya terlihat semakin mempesona setelah manampung pengalaman bertahun-tahun.
Wajah itu tersembunyi di bawah cahaya remang-remang, seolah dilapisi dengan cahaya keemasan. Dia duduk di sana, memancarkan pesona yang menakjubkan.
Tapi... Yutta tidak berani melihatnya! Dia buru-buru membenamkan kepalanya di atas dada montoknya.
"Heh." Eldric mencibir, senyum diselubungi hawa dingin, berkata dengan suara seram "Lama tidak bertemu, kenapa? Apakah kamu tidak berencana menyapa aku?"
Wajah Yutta pucat "Tuan Cassio."
Yutta berusaha menahan rasa takut di dalam hatinya, jari-jari mencubit paha dengan kuat, berusaha sebisa mungkin untuk mempertahankan penampilan yang tenang.
Tapi setiap gerakannya tidak bisa lari dari pandangan pria di sofa seberang.
Eldric menyipitkan mata sambil memandangi Yutta... Jika dia tidak bertemunya di Hamilton hari ini, dia hampir melupakan orang ini.
Yutta banyak berubah. Jika bukan karena pelayan memanggil "Kak Yutta " Dia tidak akan mengenali wanita ini.
Lampu di dalam ruangan redup, sehingga Eldric hanya bisa melihat gambaran kasar. Meskipun demikian, Eldric harus mengakui bahwa perubahan Yutta yang besar sungguh berada di luar dugaannya.
“Kapan kamu keluar?” Eldric bertanya dengan acuh tak acuh.
Yutta panik, wajahnya pucat pasi. Dia sontak mengangkat kepala, melihat ke arah pria di seberang dengan tatapan memohon... Tolong, jangan bilang, jangan bilang tentang penjara di depan banyak orang, tolong— Kata-kata ini jelas tertulis di matanya!
Eldric mengangkat alis, menodongkan jari, menunjuk ke botol anggur di tangan Lea, lalu mencibir pada Yutta "Aku tahu apa yang ingin kamu katakan, boleh. Selama kamu bisa menghabiskan sebotol anggur ini, aku akan menyetujui permintaanmu."
Dengan wajah pucat, Yutta menoleh ke botol vodka di tangan Lea. Vodka Boss adalah salah satu vodka paling terkenal di dunia, derajat alkoholnya sekitar empat puluh derajat. Yutta menatap botol vodka dengan wajah pucat, membuka mulut dan ingin mengatakan sesuatu.
Pria di sofa seperti seorang pemburu yang mempermainkan mainan di bawah kakinya, mata yang hitam menatap Yutta sambil memperolok-olokkannya "Kesabaranku terbatas."
Wajah Yutta menjadi semakin pucat saat dia mendengar suara yang familiar itu.
"A, aku tidak bisa minum alkohol."
Segera setelah kebohongan itu terucap, Yutta merasakan sekujur tubuhnya merinding. Dia seolah akan terbakar oleh tatapan pria. Telapak tangannya diam-diam mengepal di sudut yang tidak bisa dilihat pria... Dia tampak seperti narapidana yang menunggu untuk dieksekusi, menunggu hukuman terakhir dengan sangat tersiksa.
“Tuan Cassio, ampuni aku.” Untuk bertahan hidup, Yutta dapat membuang harga dirinya. Dia berlutut di lantai dan memohon ampun “Tolong, ampuni aku kali ini. Asalkan kamu tidak menyuruh aku minum alkohol, aku boleh melakukan apapun." Dia ingin hidup. Hanya jika dia hidup, barulah dia bisa membayar hutangnya.
Benar, dia berhutang banyak. Krediturnya jelas bukan Livin.
Wajah samping pria yang bersembunyi di bawah cahaya redup terlintas kilatan kejut. Segera setelah itu, Eldric berkata dengan wajah tak berekspresi "Demi tidak minum sebotol anggur, kamu rela berlutut? Yutta, ke mana arogansi dan harga dirimu yang tinggi itu? "
Harga diri?
Wajah Yutta yang terkubur di dada menampilkan ekspresi sinis dan kepahitan.
Apa itu harga diri? Bisakah harga diri dimakan? Bisakah harga diri membuatnya tetap hidup?
Dia berlutut bukan untuk mengelak dari minum sebotol anggur, dia berbuat demikian untuk — hidup!
Dia memejamkan mata dengan menderita. Begitu mata terpejam, satu demi satu wajah yang menghina muncul di depannya. Hanya ada satu orang yang berbeda dari orang-orang itu, tapi gadis itu pada akhirnya meninggal karena dia! Karena dia! Meninggal di penjara yang gelap dan lembab itu!
Kehidupan muda yang hanya berusia dua puluhan, usia yang seharusnya bersenang-senang, tapi malah berakhir di tempat yang gelap dan lembab itu.
Itu semua karena dia, karena dirinya, Yutta!
Ini adalah dosa, hutang, dosa dan hutang yang tak terbayarkan!
Dia tidak berhutang budi pada Livin, dia berhutang pada gadis di penjara yang maju dengan berani untuk membelanya, tetapi pada akhirnya malah meninggal di penjara!
Seluruh tubuh Yutta bergemetaran tak terkendali. Dia seolah melihat gadis itu terbaring di pelukannya dengan tubuh berlumuran darah, memanggilnya "Kak Yutta". Sebelum gadis itu meninggal, dia menggunakan suara terbagus yang belum pernah didengar Yutta untuk menceritakan kampung halaman dan mimpinya.
Novel Terkait
Husband Deeply Love
NaomiGue Jadi Kaya
Faya SaitamaThe Winner Of Your Heart
ShintaAdieu
Shi QiCinta Dan Rahasia
JesslynPenyucian Pernikahan
Glen ValoraCinta Yang Paling Mahal×
- Bab 1 Penjarakan Dia
- Bab 2 Semuanya Ini Adalah Maksud Dari Tuan Cassio
- Bab 3 Keluar Dari Penjara
- Bab 4 Kebetulan Melihat Pasangan Yang Kencan Diam-Diam
- Bab 5 Mencari Masalah Untuk Diri Sendiri
- Bab 6 Kamu Tidak Bermaksud Menyapa Aku?
- Bab 7 Cium Dia
- Bab 8 Penyelaan Oleh Ridwan
- Bab 9 Amarah Dan Hinaannya
- Bab 10 Ditangkap Setelah Melarikan Diri
- Bab 11 Dia Datang
- Bab 12 Yutta Yang Tidak Percaya Diri
- Bab 13 Memindahkan Dia Ke Departemen Hubungan Masyarakat
- Bab 14 Penghinaan Dan Penyiksaan
- Bab 15 Mempermalukan
- Bab 16 Bukan Yang Paling Memalukan
- Bab 17 Hanya Lebih Memalukan
- Bab 18 Tubuhmu Dingin Atau Panas
- Bab 19 Tersebar Dengan Luas
- Bab 20 Kritikan Lea
- Bab 21 Eldric, Dengar
- Bab 22 Dia Menghindari Eldric
- Bab 23 Eldric Menciumnya
- Bab 24 Apakah Kamu Meremehkan Yutta
- Bab 25 Kamu Kira Dirimu Lebih Mulia Dari Yutta
- Bab 26 Jangan Terburu-Buru Satu Persatu
- Bab 27 Membantu Dia Melampiaskan Amarah
- Bab 28 Tuan Lucas
- Bab 29 Wanita Gila
- Bab 30 Gadis Malang
- Bab 31 Kak Lucas...
- Bab 32 Terakhir Kali Tanya padamu
- Bab 33 Ridwan Kamil VS Yutta Aloysia
- Bab 34 Awal Permasalahan
- Bab 35 Mempersulit
- Bab 36 Tidak Tahu Malu
- Bab 37 Penipuan Untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 38 Apakah Yang Dia Inginkan Terlalu Banyak?
- Bab 39 Bagaimana Merendahkan Diri Bisa Interpretasikan Kesombongan
- Bab 40 Perburuan Berdarah Dimulai
- Bab 41 Aku Ingin Kamu Menemaniku Malam Ini
- Bab 42 Apakah Yang Dia Inginkan Hanya Sebuah Ciuman?
- Bab 43 Alasan Eldric Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 44 Orang Yang Tidak Tahu Malu
- Bab 45 Ridwan Memberi Pelajaran Kepada Lea Si Hati Jahat
- Bab 46 Lea Trisa Demi Menjaga Diri Mendorong Yukka Aloysia untuk Menghalang
- Bab 47 Eldric Cassio Emosi
- BAB 48 Tidak Boleh Mati
- BAB 49 Yutta Aloysia Ikut Aku
- BAB 50 Dengan Kuat Menghentikan Mulut yang Mengganggunya
- Bab 51 Malam Ini Temani Aku Tidur
- Bab 52 Perhatian Di Balik Penampilan Dingin Yang Sengaja Diperlihatkan
- Bab 53 Apakah Kamu Tahu Siapa yang Menyelamatkan Yutta
- Bab 54 Memeriksa
- Bab 55 Bawa Aku Menemuinya
- Bab 56 Aku Akan Mengabulkanmu
- Bab 57 Kekurangan Ginjal
- Bab 58 Kesakitan
- Bab 59 Kelembutan Eldric
- Bab 60 Malah Menuangkan Garam
- Bab 61 Kelembutan Yang Canggung
- Bab 62 Sesuatu Yang Tidak Aku Inginkan
- Bab 63 Tidak Tahu Malu, Menggoda Tuan Kamil
- Bab 64 Apa Yang Dilakukannya Dengan Ridwan
- Bab 65 Keputusannya
- Bab 66 Kalau Sakit, Gigitlah
- Bab 67 Ciuman Melanda
- Bab 68 Kebencian Lea
- Bab 69 Bertemu Larut Malam Di Pinggir Jalan
- Bab 70 Ingat, Namaku Zarco Rius
- Bab 71 Yutta Marah
- Bab 72 Sangat Acuh Tidak Acuh
- Bab 73 Dengarkan Nasihat Kak Ming, Menjauhlah Dari Pria Itu
- Bab 74 Jadilah Pacarku Saja
- Bab 75 Yutta Aloysia Yang Menggila, Eldric Cassio Yang Menggila
- Bab 76 Yutta Aloysia, Yutta Aloysia
- Bab 77 Rayon Lucas Dan Karim Heng
- Bab 78 Jangan Sentuh Tempat Itu Lagi
- Bab 79 Tuan Karim Heng Aku Butuh Sepuluh Miliar
- Bab 80 Perburuan Ini Berubah Menjadi Tidak Menarik
- Bab 81 Hanya Ingin Berburu, Tidak Memiliki Perasaan
- Bab 82 Perubahan Yutta Aloysia
- Bab 83 Mendorong Masuk Ke Dalam Neraka
- Bab 84 Kemana Saja Kamu Adikku?
- Bab 85 keras Kepala dan Tetap Tegar
- Bab 86 Bukankah Ini Adalah Nona Aloysia?
- Bab 87 Kamu Bisa Berlutut Sekarang
- Bab 88 Biarkan Aku Pergi
- Bab 89 Livin Bukan Tidak Bersalah
- Bab 90 Bos! Tolong!
- Bab 91 Menghancurkan Harapan Dengan Tangan Sendiri
- Bab 92 Penyesalan Terakhir Dalam Hidup ini Adalah Bertemu Denganmu
- Bab 93 Akulah Yang Telah Buta Mata Dan Buta Hati
- Bab 94 Masing-Masing Semuanya Bukanlah Orang Yang Mudah Ditangani
- Bab 95 Telah Membayar Yang Harus Dibayar
- Bab 96 Sudah Gila Sejak Lama
- Bab 97 Eldric Tidak Menyadari Perasaannya Sendiri
- Bab 98 Saudara
- Bab 99 Siapa Kamu?
- Bab 100 Menghancurkan Impiannya dan Kak Lucas
- Bab 101 Kebenaran Tentang Ginjal Kiri Diangkat
- Bab 102 Eldric, Kamu Sudah Gila!
- Bab 103 Yang Bisa Menahannya Bukanlah Pria
- Bab 104 Ridwan Kamil, Ridwan Kamil Membuat Orang Sakit Hati
- Bab 105 Kamu Berdiri Di Sana Saja Aku Akan Berjalan Mendekatimu
- Bab 106 Pikiran Yang Tersembunyi Di Buku Catatan Harian
- Bab 107 Jebakan Yang Terlalu Dalam
- Bab 108 Apakah Bagaimanapun Juga Boleh?
- Bab 109 Lakukan Apa Yang Tuhan Minta Anda Lakukan
- Bab 110 Berpapasan
- Bab 111 Eldric VS Ridwan
- Bab 112 Kamu Boss Besar, Jadi Tidak Perlu Membayar?
- Bab 113 Sudah Bergerak
- Bab 114 Menemani Sampai Akhir
- Bab 115 Tekanan Tak Terbatas
- Bab 116 Menemani Adalah Pengakuan Cinta Terdalam
- Bab 117 Kegembiraan Kecil Ridwan
- Bab 118 Karim Mempersulit Segalanya
- Bab 119 Ketenangan Sebelum Badai
- Bab 120 Seolah Melihat Yutta Yang Dulu
- Bab 121 Ini Adalah Sebuah Permainan
- Bab 122 Melihat, Mendengar Dan Mengetahui
- Bab 123 Mereka Tidak Pantas Melihatnya
- Bab 124 Kamu Lihat, Aku Tidak Menangis
- Bab 125 Boss Yutta Aloysia Menghilang
- Bab 126 Dia Mencari Wanita Itu Dengan Menggila
- Bab 127 Kelabilan dan Sakit Hati Ridwan Kamil
- Bab 128 Kelembutan Eldric Di Bawah Sikap Dingin
- Bab 129 Tunggu Aku Di Atas Ranjang