Cinta Yang Paling Mahal - Bab 36 Tidak Tahu Malu
Lea menghela nafas dengan cepat, membelalakan matanya dengan wajah yang perlahan-lahan menjadi merah.
Dan matanya semakin lama semakin ganas:"Kamu berkata bahwa apa yang aku rasakan ini bukanlah cinta, kalau begitu apakah kamu yang menjual tubuh seperti itu bisa disebut cinta?”
Yutta tidak bisa menahan diri dan mengerutkan alis, siapa yang mengatakan dia Lea rasakan bukanlah cinta?
Dan dia hanyalah bertanya kepadanya, sebenarnya berapa banyak suka ini yang nyata.
Yutta menundukkan kepala, tiga tahun bisa menguras habis arogansinya, namun tidak bisa menghilangkan kecerdasannya.
Sangat jelas, Lea bisa gelisah seperti ini, kemungkinan satu-satunya adalah, perkataan yang dia katakan ini menusuk langsung ke luka di hatinya.
Menggelengkan kepala.
"Kenapa kamu menggelengkan kepala? Kamu hanya lah wanita yang tidak cukup hanya dengan mengemis dan menggoda laki-laki, apa hak mu untuk menggelengkan kepala? Apa maksudmu dengan menggelengkan kepala ini? Kamu menyangkal? Aku beritahu kamu, Yutta, semua orang di seluruh dunia ini bisa menganggap remeh kamu, namun kamu Yutta tidak memiliki hak untuk menganggap remeh satu orang pun.”
Tubuh Yutta terpaku, kepalanya yang ditundukkan ini semakin lama semakin murung, seluruh dunia bisa menganggap remeh aku, namun dia sama sekali tidak memiliki hak untuk menganggap remeh orang lain.
Eldric, apakah kamu puas?
Aaa… tidak pasti, ini adalah Yutta yang kamu inginkan.
Menutup matanya, kepalanya dipenuhi oleh satu kata--- Uang!
Tidak ada uang, tidak akan bisa menjadi apapun, jika ada uang… maka akan memiliki….
Lea menatap Yutta dengan meremehkan, menatap Yutta seperti seekor anjing dan langsung kehilangan nafsu makan, dia pun berkata sambil mencibir:
"Intinya , ingatlah dirimu hanya seorang yang cacat, jangan lagi mencoba untuk menggoda Ridwan."Setelah mengatakannya, dia membalikkan badan, dan masuk ke dalam kamarnya sendiri, memberi Yutta sebuah punggung yang dingin.
Mengerutkan alis, Yutta tidak memperdulikan yang lain, dia mandi air hangat, menggulung dirinya masuk ke dalam selimut.
Temperatur seperti ini, jika tidak membuka AC akan sangat panas, namun Yutta merasa kedinginan hingga dia gemetar.
Dia pun menggulung dirinya lebih erat, seakan jika dia menggulung dirinya akan bisa mendapatkan kehangatan.
Di luar jendela, tidak tahu burung milik siapa yang terus berkicau dan dia pun terlelap seperti itu.
"Oi, Oi , bangun!”
Mendorongnya dengan tidak ada sopan santun, Yutta dibuat terbangun, ketika membuka kelopak matanya, yang hadir di depan pandangannya adalah Lea.
Dengan kepala yang sangat panas dan pusing, tanpa banyak berpikir bergumam:
"Jangan didorong, kepalaku pusing.”
Tangan Lea yang mengguncangnya pun berhenti, pada detik berikutnya dia tertawa dingin:
“Kamu pikir aku ingin datang ke kamarmu, ayo cepat bangun, sudah jam berapa ini, tidur seperti babi, sudah jam berapa masih tidak pergi bekerja?
Terakhir kali kamu tidak pergi kerja, aku dimarahi oleh Kak Ming, aku tidak ingin karena kamu dan dimarahi lagi oleh Kak Ming, cepat bangun, beres-beres dan pergi kerja.”
Kerja?
Kerja!
Yutta yang kepalanya masih kabur, ketika mendengar banyak perkataan Lea, kepalanya pun terasa menjadi lebih berantakan.
Dalam kepeningan ini, kata “Kerja"seperti sebuah bom, yang langsung meledak dan menyadarkannya… Kerja!
Melepas selimut dan bangkit dari tempat tidur, namun karena bangkit terlalu cepat, seluruh tubuh kesakitan dan dia pun langsung terjatuh di atas lantai.
Lea mengerutkan alis, dengan tidak puas berkata: "Ayo bangun, jangan berlama-lama, acting apa ini, disini tidak ada laki-laki, kamu berakting untuk siapa.”
Yutta hanya diam mendengar cemoohan yang dikatakan oleh Lea, dalam diam dia mengenakan baju tebal satu persatu dan memakai sepatu dalam diam.
"Bukankah hanya terkena hujan saja? Bisa semanja itu? Aku juga terkena hujan, namun tidak seperti dirimu, apakah kamu merasa dirimu adalah tuan putri? Lea masih terus mengejek Yutta.
Kepalanya sakit, Yutta memijat kepalanya, tiba-tiba membalikkan badan:"Lea, apakah kamu tahu? Di dunia ini tidak ada orang yang menyukai wanita berlidah tajam sepertimu. Jika kamu ingin Ridwan memiliki perasaan kepadamu, lebih baik kamu mengubahnya.”
Setelah mengatakannya, Yutta sudah siap dan mempersiapkan diri untuk dicemooh dengan lebih tanpa ampun oleh Lea.
Entah kenapa namun hari ini dia ingin menjadi seseorang yang melakukan apa yang dia mau.
Pada waktu dia kecil dan sedang sakit, kakaknya pernah berkata, waktu sakit adalah waktu dimana dia bisa melakukan apa yang dia mau.
Pada saat itu, dia sangat menempel pada Eldric, sebenarnya dia juga tahu, Eldric tidak suka padanya.
Namun pada saat dia sakit, dia terus memaksanya untuk tidur siang bersama, dia tahu Eldric merasa dia menyebalkan dan mengganggu, namun dia terus mengganggunya, menggunakan perkataan yang diberitahu kakaknya dan berkata kepadanya, orang yang sakit memiliki hak untuk melakukan apa yang dia mau, aku sedang sakit. Jika kamu tidak menemaniku tidur siang, sakitku pun tidak akan sembuh.
Di luar dugaan, Eldric saat itu bisa setuju untuk tidur siang dengannya.
Dia merasakan kemanisan itu, sengaja mandi air dingin membuat dirinya sakit, sayangnya tidak lagi sesuai dengan apa yang dia inginkan.
Tidak terasa, Yutta pun masuk ke dalam ingatannya, berbagai ucapan menyakitkan dari Lea, tidak didengar olehnya.
"Yutta, kamu lah yang berkata bahwa lidahku tajam, dan sekarang kamu berpura-pura bodoh!”
Perkataan tajam Lea, menemani teriakan kaget dari Yutta
"Bam!”
Sudut kepalanya terhentak pada gagang pintu, Yutta menarik nafas dingin, menggerakkan kepala melihat wajah heran dari Lea….
Ada sebuah benda yang hangat mengalir turun dari kepalanya, dunia ditutupi oleh sebuah layar berwarna merah, pada wajah Lea yang cantik ekspresi horror nya semakin lama semakin berat, semakin lama semakin takut.
Kenapa… Apa yang terjadi….
"Aaa, bukan aku! Tidak ada hubungannya denganku! Kamu lah yang tidak berdiri dengan stabil, tidak ada hubungannya denganku, Tidak ada hubungannya!!!”
Pandangan Yutta semakin lama semakin kabur, pandangan terakhir yang dia lihat adalah wajah Lea yang pucat dan panik berlari mendekat.
Pandangannya semakin lama semakin kabur, dia masih terlihat bingung… Ada apa? Kenapa dengan Lea?
Oooo… Aku sedikit merasa mengantuk…
“Kak Ming, aku ingin meminta izin. Bergumam dengan suara yang kecil, semakin lama semakin rendah, hingga akhirnya dia sendiri pun tidak bisa mendengar jelas apa yang ingin dibicarakan….
“Taktaktak."Suara langkah kaki yang panik semakin lama semakin dekat, sebuah bayangan muncul di hadapan Yutta, memeluk tubuhnya dan bernafas dengan berat:
"Tidak ada hubungannya denganku, dialah yang tidak berdiri dengan stabil, Ya, Betul! Seperti itu, tidak ada hubungannya denganku, siapa yang tahu hanya menyentuh dia dengan ringan, dia akan tumbang seperti kayu.”
Lea mondar- mandir, bernafas dengan berat, sambil panik melihat Yutta yang terbaring di atas lantai, melihat darah segar yang mengalir dari kepala Yutta, dia mengambil ponsel dan ingin menelpon ke 120.
Di layar terlihat terhubung dengan "120”, ketika sedang menyambung bersiap untuk menerima panggilan, tiba-tiba memikirkan sesuatu, rona wajah Lea berubah dan dia mematikan panggilannya dengan tidak ragu.
Kedua matanya yang panik dan ragu itu menatap Yutta yang terbaring tanpa sadar di lantai. Tiba-tiba dia berjongkok, bersiap menarik Yutta dengan keras.
Lea menggunakan seluruh tenaganya, takut tenaganya tidak bisa menggerakkan Yutta.
Namun ketika dia mengerahkan tenaganya, detik berikutnya dia terkejut, menundukkan kepala melihat Yutta… Ringan sekali?
Tidak peduli, yang paling penting adalah urus dia dulu!
Tidak memiliki waktu untuk banyak berpikir, Lea menarik Yutta dan meletakan setengah tubuh Yutta di pundaknya, dengan cepat keluar dari pintu dan berjalan ke arah tangga.
Di pinggir jalan, dia menghentikan taxi dan mengantar orang ini pergi ke rumah sakit.
Ekspresi wajah Lea sangat rumit, dia sedikit ragu, namun menguatkan diri, mengambil ponsel dan menelpon atasan langsungnya:
“Kak Ming, hari ini aku meminta izin, teman sekamarku tidak enak badan, ketika dia keluar dengan tidak sengaja terjatuh, beruntung aku lupa membawa charger dan kembali ke asrama, menemukannya tepat waktu, dan mengantarkannya ke rumah sakit. Aku sedang menemaninya di rumah sakit…. Ya, sebentar lagi jika dia sudah stabil, aku juga akan pergi ke club untuk membuat izin untuknya… Baiklah, aku mengerti, dia adalah teman sekamarku, aku akan menjaganya.”
Novel Terkait
My Secret Love
Fang FangAnak Sultan Super
Tristan XuYama's Wife
ClarkHabis Cerai Nikah Lagi
GibranCinta Di Balik Awan
KellyGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangCinta Yang Paling Mahal×
- Bab 1 Penjarakan Dia
- Bab 2 Semuanya Ini Adalah Maksud Dari Tuan Cassio
- Bab 3 Keluar Dari Penjara
- Bab 4 Kebetulan Melihat Pasangan Yang Kencan Diam-Diam
- Bab 5 Mencari Masalah Untuk Diri Sendiri
- Bab 6 Kamu Tidak Bermaksud Menyapa Aku?
- Bab 7 Cium Dia
- Bab 8 Penyelaan Oleh Ridwan
- Bab 9 Amarah Dan Hinaannya
- Bab 10 Ditangkap Setelah Melarikan Diri
- Bab 11 Dia Datang
- Bab 12 Yutta Yang Tidak Percaya Diri
- Bab 13 Memindahkan Dia Ke Departemen Hubungan Masyarakat
- Bab 14 Penghinaan Dan Penyiksaan
- Bab 15 Mempermalukan
- Bab 16 Bukan Yang Paling Memalukan
- Bab 17 Hanya Lebih Memalukan
- Bab 18 Tubuhmu Dingin Atau Panas
- Bab 19 Tersebar Dengan Luas
- Bab 20 Kritikan Lea
- Bab 21 Eldric, Dengar
- Bab 22 Dia Menghindari Eldric
- Bab 23 Eldric Menciumnya
- Bab 24 Apakah Kamu Meremehkan Yutta
- Bab 25 Kamu Kira Dirimu Lebih Mulia Dari Yutta
- Bab 26 Jangan Terburu-Buru Satu Persatu
- Bab 27 Membantu Dia Melampiaskan Amarah
- Bab 28 Tuan Lucas
- Bab 29 Wanita Gila
- Bab 30 Gadis Malang
- Bab 31 Kak Lucas...
- Bab 32 Terakhir Kali Tanya padamu
- Bab 33 Ridwan Kamil VS Yutta Aloysia
- Bab 34 Awal Permasalahan
- Bab 35 Mempersulit
- Bab 36 Tidak Tahu Malu
- Bab 37 Penipuan Untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 38 Apakah Yang Dia Inginkan Terlalu Banyak?
- Bab 39 Bagaimana Merendahkan Diri Bisa Interpretasikan Kesombongan
- Bab 40 Perburuan Berdarah Dimulai
- Bab 41 Aku Ingin Kamu Menemaniku Malam Ini
- Bab 42 Apakah Yang Dia Inginkan Hanya Sebuah Ciuman?
- Bab 43 Alasan Eldric Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 44 Orang Yang Tidak Tahu Malu
- Bab 45 Ridwan Memberi Pelajaran Kepada Lea Si Hati Jahat
- Bab 46 Lea Trisa Demi Menjaga Diri Mendorong Yukka Aloysia untuk Menghalang
- Bab 47 Eldric Cassio Emosi
- BAB 48 Tidak Boleh Mati
- BAB 49 Yutta Aloysia Ikut Aku
- BAB 50 Dengan Kuat Menghentikan Mulut yang Mengganggunya
- Bab 51 Malam Ini Temani Aku Tidur
- Bab 52 Perhatian Di Balik Penampilan Dingin Yang Sengaja Diperlihatkan
- Bab 53 Apakah Kamu Tahu Siapa yang Menyelamatkan Yutta
- Bab 54 Memeriksa
- Bab 55 Bawa Aku Menemuinya
- Bab 56 Aku Akan Mengabulkanmu
- Bab 57 Kekurangan Ginjal
- Bab 58 Kesakitan
- Bab 59 Kelembutan Eldric
- Bab 60 Malah Menuangkan Garam
- Bab 61 Kelembutan Yang Canggung
- Bab 62 Sesuatu Yang Tidak Aku Inginkan
- Bab 63 Tidak Tahu Malu, Menggoda Tuan Kamil
- Bab 64 Apa Yang Dilakukannya Dengan Ridwan
- Bab 65 Keputusannya
- Bab 66 Kalau Sakit, Gigitlah
- Bab 67 Ciuman Melanda
- Bab 68 Kebencian Lea
- Bab 69 Bertemu Larut Malam Di Pinggir Jalan
- Bab 70 Ingat, Namaku Zarco Rius
- Bab 71 Yutta Marah
- Bab 72 Sangat Acuh Tidak Acuh
- Bab 73 Dengarkan Nasihat Kak Ming, Menjauhlah Dari Pria Itu
- Bab 74 Jadilah Pacarku Saja
- Bab 75 Yutta Aloysia Yang Menggila, Eldric Cassio Yang Menggila
- Bab 76 Yutta Aloysia, Yutta Aloysia
- Bab 77 Rayon Lucas Dan Karim Heng
- Bab 78 Jangan Sentuh Tempat Itu Lagi
- Bab 79 Tuan Karim Heng Aku Butuh Sepuluh Miliar
- Bab 80 Perburuan Ini Berubah Menjadi Tidak Menarik
- Bab 81 Hanya Ingin Berburu, Tidak Memiliki Perasaan
- Bab 82 Perubahan Yutta Aloysia
- Bab 83 Mendorong Masuk Ke Dalam Neraka
- Bab 84 Kemana Saja Kamu Adikku?
- Bab 85 keras Kepala dan Tetap Tegar
- Bab 86 Bukankah Ini Adalah Nona Aloysia?
- Bab 87 Kamu Bisa Berlutut Sekarang
- Bab 88 Biarkan Aku Pergi
- Bab 89 Livin Bukan Tidak Bersalah
- Bab 90 Bos! Tolong!
- Bab 91 Menghancurkan Harapan Dengan Tangan Sendiri
- Bab 92 Penyesalan Terakhir Dalam Hidup ini Adalah Bertemu Denganmu
- Bab 93 Akulah Yang Telah Buta Mata Dan Buta Hati
- Bab 94 Masing-Masing Semuanya Bukanlah Orang Yang Mudah Ditangani
- Bab 95 Telah Membayar Yang Harus Dibayar
- Bab 96 Sudah Gila Sejak Lama
- Bab 97 Eldric Tidak Menyadari Perasaannya Sendiri
- Bab 98 Saudara
- Bab 99 Siapa Kamu?
- Bab 100 Menghancurkan Impiannya dan Kak Lucas
- Bab 101 Kebenaran Tentang Ginjal Kiri Diangkat
- Bab 102 Eldric, Kamu Sudah Gila!
- Bab 103 Yang Bisa Menahannya Bukanlah Pria
- Bab 104 Ridwan Kamil, Ridwan Kamil Membuat Orang Sakit Hati
- Bab 105 Kamu Berdiri Di Sana Saja Aku Akan Berjalan Mendekatimu
- Bab 106 Pikiran Yang Tersembunyi Di Buku Catatan Harian
- Bab 107 Jebakan Yang Terlalu Dalam
- Bab 108 Apakah Bagaimanapun Juga Boleh?
- Bab 109 Lakukan Apa Yang Tuhan Minta Anda Lakukan
- Bab 110 Berpapasan
- Bab 111 Eldric VS Ridwan
- Bab 112 Kamu Boss Besar, Jadi Tidak Perlu Membayar?
- Bab 113 Sudah Bergerak
- Bab 114 Menemani Sampai Akhir
- Bab 115 Tekanan Tak Terbatas
- Bab 116 Menemani Adalah Pengakuan Cinta Terdalam
- Bab 117 Kegembiraan Kecil Ridwan
- Bab 118 Karim Mempersulit Segalanya
- Bab 119 Ketenangan Sebelum Badai
- Bab 120 Seolah Melihat Yutta Yang Dulu
- Bab 121 Ini Adalah Sebuah Permainan
- Bab 122 Melihat, Mendengar Dan Mengetahui
- Bab 123 Mereka Tidak Pantas Melihatnya
- Bab 124 Kamu Lihat, Aku Tidak Menangis
- Bab 125 Boss Yutta Aloysia Menghilang
- Bab 126 Dia Mencari Wanita Itu Dengan Menggila
- Bab 127 Kelabilan dan Sakit Hati Ridwan Kamil
- Bab 128 Kelembutan Eldric Di Bawah Sikap Dingin
- Bab 129 Tunggu Aku Di Atas Ranjang