Cinta Yang Paling Mahal - Bab 52 Perhatian Di Balik Penampilan Dingin Yang Sengaja Diperlihatkan
Di belakangnya, terdengar sesuatu yang bergerak.
“Berhenti, mau pergi kemana?” Eldric memicingkan matanya melihat wanita itu yang membungkuk perlahan. Rasanya ada dorongan ingin meraihnya dengan gila-gilaan.
“Kerja,” kata Yutta perlahan.
Tiba-tiba dalam sekejap!
Api kemarahan dalam hati pria itu terbakar. Di wajah dingin yang seperti giok itu tidak tampak emosi apapun, lalu tiba-tiba dia berkata, “Kerja? Dengan kesehatan tubuhmu yang buruk ini?” wanita tidak tahu diri. Yang dipikirkan hanya uang saja. Baru saja selamat dari maut, membuka mata langsung saja memikirkan uang lagi. Selain uang, apa tidak ada hal penting lagi baginya hah?
Oh...salah!
Ada lagi, yaitu Rayon Lucas!
Rayon Lucas yang terus mengganggu dalam tidurnya itu!
“Jika tidak ada apa-apa, kalau begitu aku pergi kerja dulu tuan Cassio.” Dia masih saja seperti itu, membungkuk, punggungnya yang membungkuk itu seperti selamanya tidak akan bisa tegak. Menatap mata Eldric, dan hanya terasa Kemarahan yang tak bisa dijelaskan, dan jejak kesedihan yang sengaja dia abaikan.
Kerja, kerja, begitu sukanya dengan kerja...
“Baiklah, punya pekerja yang begitu rajin sepertimu ini adalah keberuntunganku sebagai bos. Karena kamu sangat menyukai kerja, kalau begitu kamu gunakan kerajinanmu yang besar itu untuk menghasilkan uang sepuluh milyar dalam satu bulan ya.”
Yutta seperti merasakan dorongan ingin pingsan begitu mendengar ini. Dia menoleh menatap pria yang duduk di sofa dengan tidak percaya, lalu bertanya dengan gemetar.
“Tuan Cassio minta aku dalam sebulan, mentransfer uang sepuluh milyar ke dalam kartu bank itu?”
Eldric tidak menjawab pertanyaannya. Hanya tersenyum dingin dan melambaikan tangannya, “Pergi kerja sana. Aku sangat mempercayaimu. Kamu adalah pekerja yang baik.” Dia bahkan memberi dukungan pada Yutta, “Semangat ya kerjanya. Aku percaya kamu bisa kerja dengan baik.”
Ejekan yang begitu jelas. Wajah Yunita langsung semakin pucat. Bibirnya gemetaran. Dia membelalakkan matanya dan menatap orang itu dengan serius, seperti tidak ada yang lain di mata Yutta. Hanya sebenarnya sama saja seperti orang itu. Yutta perlahan membuka mulutnya, menggerakkannya seperti mau mengatakan sesuatu. Tapi pada akhirnya dia tak mengatakan apa-apa, termasuk kata-kata permohonan.
“Aku tahu, Tuan Cassio.” Setelah diam sejenak, di bawah pandangan mata hitam pria itu, Yutta berjalan menuju lift.
Pada saat pintu lift tertutup, wajah dingin pria di sofa itu tiba-tiba menunjukkan senyum sinisnya.... dulu Yutta masih bisa berlutut tiba-tiba padanya. Sekarang, bahkan bicara kata-kata mohon belas kasih saja sudah malas. Dan perubahan ini dimulai sejak dia bertemu dengan Lucas.
Eldric mengambil ponselnya lalu menelepon kemudian hanya berkata ‘selidiki Rayon Lucas’ setelah itu dia mematikan panggilan teleponnya dan menggenggam erat ponsel di tangannya, tiba-tiba dia melemparkan ponselnya itu dengan keras ke arah TV LCD!
Tidak lama kemudian, suara interkom di pintu lift berdering Eldric menekan remot kontrol untuk seluruh ruangan di tangannya.
Gitta berkata di interkom, “Bos, tuan Anton menyuruh orang mengantarkan obat. Sekarang apa mau dibawa ke atas obatnya?”
“Kamu langsung berikan ke Suming saja. Minta dia untuk memberikannya ke wanita itu.” selesai bicara. Dia pun hendak mematikan teleponnya, namun tiba-tiba dia ingat sesuatu. Sehingga dia menambahkan satu kalimat, “Jangan pernah menyebutkan namaku ke wanita itu.”
Gitta mengiyakan, Eldric berpikir sejenak, “Setelah kamu mengantarkan obat itu ke Suming, kamu langsung selidiki mengenai masalah Drian di dalam ruangan hari ini. Aku mau informasi yang sangat detail. Jangan sampai melewatkan sekecil detailpun. Aku mau semuanya jelas.”
“Baik, Bos.”
“Sana pergilah.”
***
Gitta mengetuk pintu lalu terdengar suara yang mengatakan “Silahkan masuk” dari balik pintu.
Suming terkejut dan merasa aneh, “Kenapa kamu bisa di sini?” baru saja dia bertanya. Namun karena Suming cerdas, dia pun langsung tahu, “Apakah ada perintah dari tuan Cassio?”
Gitta menaruh obat di tangannya ke meja Suming, “Minta nona Yutta untuk makan obatnya tepat waktu.”
“Obat penurun demam?” Suming melihat obat yang ada di mejanya, “Kenapa kamu bisa tahu kalau Yutta demam?”
Gitta mengerutkan kening, sedetik berikutnya ekspresinya jadi tidak enak, “Lalu kenapa kamu bisa tahu masalah nona Yutta yang demam?”
“Dia kehujanan ketika dia pulang kerja tadi malam. Jadi begitu pulang, dia tidak terlalu sehat badannya. Dia pusing dan terjatuh. Ada bekas luka yang begitu besar di dahinya. Aku tidak buta jadi aku pasti bisa melihatnya.”
"Kamu ternyata tahu kalau nona Yutta sedang tidak enak badan. Kalau begitu kenapa kamu tidak menyetujui izin tidak masuknya?”
“Apa maksud ucapanmu ini. maksudmu aku mengeksploitasi Yutta dan menindas Yutta?” Suming memutar matanya, “Gadis bodoh itu, apa masih perlu aku tindas? Hati Yutta hanya ada di uang saja. Jangan bilang padaku, kamu tidak tahu apa yang Boss usulkan kepada Yutta mengenai uang sepuluh milyar itu. Dia sekarang bekerja gila-gilaan seperti tidak mau nyawanya sendiri hanya untuk uang sepuluh milyar itu.
Kesehatan tubuhnya belum pulih, bahkan jahitan di dahinya saja belum lepas, tapi dia sudah kembali bekerja ke Internsional Club Hamilton dan bertanya padaku apa ada pekerjaan yang bisa dikerjakannya.”
“Jadi kamu memberinya pekerjaan yang memainkan nyawa seperti itu?”
Jika Suming belum mendengar ucapan agak aneh ini, maka dia bisa dianggap sia-sia saja bergaul dan bekerja di kota S ini. Dia mengerutkan kening, “Tunggu dulu, pekerjaan yang memainkan nyawa? apa maksudmu?”
Yutta kembali bekerja ke Internasional Club Hamilton dengan gilanya seperti tidak mau nyawanya sendiri. Tapi itu tidak berarti, Suming akan dengan bodohnya seperti dia memberikan pekerjaan yang bermain-main dengan nyawa orang, “Aku tidak begitu kejam dan tak berperasaan ya. Dia sakit, mana mungkin aku membiarkannya pergi bekerja melakukan hal-hal seeprti melayani orang.
Dia malah kembali bekerja dan tidak menggunakan kesempatannya yang sedang sakit dan belum pulih ini. Beberapa hari ini, aku mengabaikannya. Dan tak memberikan pekerjaan aneh-aneh apapun. Kecuali ketika ada orang asing beberapa hari yang lalu, orang asing itu tidak membuat Yutta melakukan sesuatu yang sulit kok. Apalagi pekerjaan yang memainkan nyawa.”
Gitta memandang Suming, tidak seperti sedang berpura-pura. Dia pun bertanya lagi dengan ragu-ragu, “Apakah kamu tahu Drian pebisnis dari hongkong itu?”
“Drian....oh, apa yang kamu maksud Drian yang di sisi selatan itu? memang kenapa dengan Drian itu?”
“Drian menghabiskan uangnya di internasional club Hamilton hari ini. Dia menyewa ruangan lantai enam.” Gitta mengerutkan kening, “Suming, apa kamu sedikit saja tidak tahu kalau di lantai enam tadi sudah terjadi hal yang sangat besar?”
Suming tercengang, semua kata-kata Gitta berputar dalam otaknya.
Pebisnis dari hongkong, Drian, hari ini datang menghabiskan uangnya, menyewa ruangan lantai enam di internasional club Hamilton, tadi terjadi hal besar di ruangan lantai enam.... dia tiba-tiba membelalakkan matanya!
“Yutta!” Suming tiba-tiba berdiri, dan kursinya terbanting ke lantai dengan keras.
Tiba-tiba dia mengulurkan pergelangan tangannya dan meraih kemeja putih Gitta dengan kasar, "Katakan padaku apa saja yang kamu tahu!"
"Suming, kamu ini tidak melakukan tugasmu memimpin internasional club Hamilton dengan baik deh. Sudah terlalu lama menjalani hidup dengan baik dan tenang ya, bahkan sampai di tempatnya sendiri terjadi hal besar seperti ini, kamu tidak tahu sedikitpun.”
“Sudah jangan banyak omong kosong. Aku tadi baru saja mengambil sesuatu dari pestanya Tuan Joy lalu baru kembali lagi ke Internasional Club Hamilton. Cepat ceritakan apa yang terjadi selama aku tidak ada di sini. Kenapa kamu mengantarkan obat untuk Yutta? Gadis bodoh itu pergi menjual apa lagi?”
Bukannya Gitta tidak pernah melihat penampilan Suming yang garang ini. Tapi, itu sudah dua tahun yang lalu. Sekarang, sejak Suming menjadi manajer umum internasional Club Hamilton, Gitta tidak pernah melihat Suming begitu garang lagi. Dia sejenak sempat tidak bisa beradaptasi dengan ini, lalu batuk beberapa saat, “Kamu lepaskan aku dulu.”
"Kamu bicara dulu."
"..." Gitta tidak berdaya, dan memberitahu Suming apa yang terjadi hari ini secara singkat.
Suming mendengar ini. Hanya merasa api kemarahan tiba-tiba membara di dirinya. ‘Srieet’ dia langsung melepaskan Gitta dan melangkahkan kakinya dengan tegas keluar, “Aku akan menanyakan ke Chris, siapa yang memberinya kuasa hingga berani memberikan pekerjaan ke gadis bodoh itu kepada pelanggan VIP yang seperti itu!”
Novel Terkait
Ternyata Suamiku Seorang Sultan
Tito ArbaniMendadak Kaya Raya
Tirta ArdaniLoving The Pain
AmardaKembali Dari Kematian
Yeon KyeongCinta Yang Paling Mahal×
- Bab 1 Penjarakan Dia
- Bab 2 Semuanya Ini Adalah Maksud Dari Tuan Cassio
- Bab 3 Keluar Dari Penjara
- Bab 4 Kebetulan Melihat Pasangan Yang Kencan Diam-Diam
- Bab 5 Mencari Masalah Untuk Diri Sendiri
- Bab 6 Kamu Tidak Bermaksud Menyapa Aku?
- Bab 7 Cium Dia
- Bab 8 Penyelaan Oleh Ridwan
- Bab 9 Amarah Dan Hinaannya
- Bab 10 Ditangkap Setelah Melarikan Diri
- Bab 11 Dia Datang
- Bab 12 Yutta Yang Tidak Percaya Diri
- Bab 13 Memindahkan Dia Ke Departemen Hubungan Masyarakat
- Bab 14 Penghinaan Dan Penyiksaan
- Bab 15 Mempermalukan
- Bab 16 Bukan Yang Paling Memalukan
- Bab 17 Hanya Lebih Memalukan
- Bab 18 Tubuhmu Dingin Atau Panas
- Bab 19 Tersebar Dengan Luas
- Bab 20 Kritikan Lea
- Bab 21 Eldric, Dengar
- Bab 22 Dia Menghindari Eldric
- Bab 23 Eldric Menciumnya
- Bab 24 Apakah Kamu Meremehkan Yutta
- Bab 25 Kamu Kira Dirimu Lebih Mulia Dari Yutta
- Bab 26 Jangan Terburu-Buru Satu Persatu
- Bab 27 Membantu Dia Melampiaskan Amarah
- Bab 28 Tuan Lucas
- Bab 29 Wanita Gila
- Bab 30 Gadis Malang
- Bab 31 Kak Lucas...
- Bab 32 Terakhir Kali Tanya padamu
- Bab 33 Ridwan Kamil VS Yutta Aloysia
- Bab 34 Awal Permasalahan
- Bab 35 Mempersulit
- Bab 36 Tidak Tahu Malu
- Bab 37 Penipuan Untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 38 Apakah Yang Dia Inginkan Terlalu Banyak?
- Bab 39 Bagaimana Merendahkan Diri Bisa Interpretasikan Kesombongan
- Bab 40 Perburuan Berdarah Dimulai
- Bab 41 Aku Ingin Kamu Menemaniku Malam Ini
- Bab 42 Apakah Yang Dia Inginkan Hanya Sebuah Ciuman?
- Bab 43 Alasan Eldric Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 44 Orang Yang Tidak Tahu Malu
- Bab 45 Ridwan Memberi Pelajaran Kepada Lea Si Hati Jahat
- Bab 46 Lea Trisa Demi Menjaga Diri Mendorong Yukka Aloysia untuk Menghalang
- Bab 47 Eldric Cassio Emosi
- BAB 48 Tidak Boleh Mati
- BAB 49 Yutta Aloysia Ikut Aku
- BAB 50 Dengan Kuat Menghentikan Mulut yang Mengganggunya
- Bab 51 Malam Ini Temani Aku Tidur
- Bab 52 Perhatian Di Balik Penampilan Dingin Yang Sengaja Diperlihatkan
- Bab 53 Apakah Kamu Tahu Siapa yang Menyelamatkan Yutta
- Bab 54 Memeriksa
- Bab 55 Bawa Aku Menemuinya
- Bab 56 Aku Akan Mengabulkanmu
- Bab 57 Kekurangan Ginjal
- Bab 58 Kesakitan
- Bab 59 Kelembutan Eldric
- Bab 60 Malah Menuangkan Garam
- Bab 61 Kelembutan Yang Canggung
- Bab 62 Sesuatu Yang Tidak Aku Inginkan
- Bab 63 Tidak Tahu Malu, Menggoda Tuan Kamil
- Bab 64 Apa Yang Dilakukannya Dengan Ridwan
- Bab 65 Keputusannya
- Bab 66 Kalau Sakit, Gigitlah
- Bab 67 Ciuman Melanda
- Bab 68 Kebencian Lea
- Bab 69 Bertemu Larut Malam Di Pinggir Jalan
- Bab 70 Ingat, Namaku Zarco Rius
- Bab 71 Yutta Marah
- Bab 72 Sangat Acuh Tidak Acuh
- Bab 73 Dengarkan Nasihat Kak Ming, Menjauhlah Dari Pria Itu
- Bab 74 Jadilah Pacarku Saja
- Bab 75 Yutta Aloysia Yang Menggila, Eldric Cassio Yang Menggila
- Bab 76 Yutta Aloysia, Yutta Aloysia
- Bab 77 Rayon Lucas Dan Karim Heng
- Bab 78 Jangan Sentuh Tempat Itu Lagi
- Bab 79 Tuan Karim Heng Aku Butuh Sepuluh Miliar
- Bab 80 Perburuan Ini Berubah Menjadi Tidak Menarik
- Bab 81 Hanya Ingin Berburu, Tidak Memiliki Perasaan
- Bab 82 Perubahan Yutta Aloysia
- Bab 83 Mendorong Masuk Ke Dalam Neraka
- Bab 84 Kemana Saja Kamu Adikku?
- Bab 85 keras Kepala dan Tetap Tegar
- Bab 86 Bukankah Ini Adalah Nona Aloysia?
- Bab 87 Kamu Bisa Berlutut Sekarang
- Bab 88 Biarkan Aku Pergi
- Bab 89 Livin Bukan Tidak Bersalah
- Bab 90 Bos! Tolong!
- Bab 91 Menghancurkan Harapan Dengan Tangan Sendiri
- Bab 92 Penyesalan Terakhir Dalam Hidup ini Adalah Bertemu Denganmu
- Bab 93 Akulah Yang Telah Buta Mata Dan Buta Hati
- Bab 94 Masing-Masing Semuanya Bukanlah Orang Yang Mudah Ditangani
- Bab 95 Telah Membayar Yang Harus Dibayar
- Bab 96 Sudah Gila Sejak Lama
- Bab 97 Eldric Tidak Menyadari Perasaannya Sendiri
- Bab 98 Saudara
- Bab 99 Siapa Kamu?
- Bab 100 Menghancurkan Impiannya dan Kak Lucas
- Bab 101 Kebenaran Tentang Ginjal Kiri Diangkat
- Bab 102 Eldric, Kamu Sudah Gila!
- Bab 103 Yang Bisa Menahannya Bukanlah Pria
- Bab 104 Ridwan Kamil, Ridwan Kamil Membuat Orang Sakit Hati
- Bab 105 Kamu Berdiri Di Sana Saja Aku Akan Berjalan Mendekatimu
- Bab 106 Pikiran Yang Tersembunyi Di Buku Catatan Harian
- Bab 107 Jebakan Yang Terlalu Dalam
- Bab 108 Apakah Bagaimanapun Juga Boleh?
- Bab 109 Lakukan Apa Yang Tuhan Minta Anda Lakukan
- Bab 110 Berpapasan
- Bab 111 Eldric VS Ridwan
- Bab 112 Kamu Boss Besar, Jadi Tidak Perlu Membayar?
- Bab 113 Sudah Bergerak
- Bab 114 Menemani Sampai Akhir
- Bab 115 Tekanan Tak Terbatas
- Bab 116 Menemani Adalah Pengakuan Cinta Terdalam
- Bab 117 Kegembiraan Kecil Ridwan
- Bab 118 Karim Mempersulit Segalanya
- Bab 119 Ketenangan Sebelum Badai
- Bab 120 Seolah Melihat Yutta Yang Dulu
- Bab 121 Ini Adalah Sebuah Permainan
- Bab 122 Melihat, Mendengar Dan Mengetahui
- Bab 123 Mereka Tidak Pantas Melihatnya
- Bab 124 Kamu Lihat, Aku Tidak Menangis
- Bab 125 Boss Yutta Aloysia Menghilang
- Bab 126 Dia Mencari Wanita Itu Dengan Menggila
- Bab 127 Kelabilan dan Sakit Hati Ridwan Kamil
- Bab 128 Kelembutan Eldric Di Bawah Sikap Dingin
- Bab 129 Tunggu Aku Di Atas Ranjang