Cinta Yang Paling Mahal - Bab 117 Kegembiraan Kecil Ridwan

Ridwan lagi-lagi ke rumah Kakek Kamil dan mendapatkan pukulan lagi. Ketika dia pergi, dia mengenakan kemeja putih yang bersih dan tak bernoda. Ketika keluar dari rumah kakek, kemeja putihnya sudah ternodai dengan darah.

Kepala pelayan Jun mengejarnya keluar "Tuan muda, ambillah ini."

Ridwan melirik ke obat salep yang ada di tangan Kepala pelayan Jun, rasa dingin di matanya menghilang sedikit, lalu dia mengulurkan tangan dan mengambilnya "Terima kasih, Paman Jun."

Kepala pelayan ragu-ragu sejenak. Lalu sebelum Ridwan masuk ke dalam mobil, dia memanggilnya dan menghentikannya lebih dulu "Tuan Muda, kamu... kenapa harus seperti ini?”

"Paman Jun, kamu tidak mengerti."

"Hanya seorang wanita... Jika Tuan Muda menginginkan wanita. Akan ada lebih banyak lagi wanita di masa depan."

"Memang ada banyak wanita, tapi Yutta hanya ada satu."

"Aduh... Kakek tidak akan membiarkan wanita seperti itu masuk ke Keluarga besar Kamil. Tuan Muda, kenapa anda begitu gigih dan menyiksa dirimu seperti ini. Orang dari Keluarga Cassio itu tidak mudah untuk dilawan. Anda belum pernah masuk dan berhubungan langsung dengan bisnis Keluarga Kamil sebelumnya. Sekarang begitu gegabah menerima tanggung jawab ini, ini sudah menjadi hal tabu dalam industri ini.

Tuan muda, anda mampu melakukan apa yang anda lakukan sekarang, itu sudah cukup mengejutkan bagi Kakek.

Tapi Tuan Muda, Paman Jun, hari ini saya mengandalkan umur tua saya untuk mengatakan semua ini.” Kata kepala pelayan. "Ketika tuan muda masih kecil, tuan muda suka sekali bersaing dengan tuan muda Keluarga Cassio dalam segala hal. Para tetua dari keluarga Cassio dan keluarga Cassio melihat semuanya itu. Tuan muda, anda sering kalah ketika masih muda dulu.

Sekarang, tuan muda dan anak dari keluarga Cassio itu juga sama-sama sudah beranjak dewasa."

Jun sama sekali tidak menunjukkan rasa tidak teganya kepada Ridwan. Dia bertanya terus terang "Tuan muda, harusnya, anda juga telah mempelajari dan melihat sendiri metode dan kemampuan dari Keluarga Cassio itu.

Dalam beberapa generasi Keluarga Cassio, generasi Eldric lah yang paling kejam metodenya. Tapi justru malah orang seperti itu yang memiliki kemampuan dan pikiran yang sangat mempesona. Orang-orang seperti ini yang juga tidak berperasaan sama sekali.

Tuan muda, orang seperti ini kalau tidak bisa berteman dengan mereka, tapi juga jangan sampai bermusuhan dengan mereka. Mengenai teori seperti ini, tuan muda harusnya telah mengerti dan tahu.”

Tahu tapi tidak melakukannya.

Jelas tahu tapi tetap melakukan kesalahan itu, maka itu adalah hal yang paling salah.

Dan orang pintar seperti tuan muda mereka ini malah membuat kesalahan yang seharusnya tidak dilakukan.

Jun tidak bisa tidak mengeluh dan kesal dengan wanita bernama Yutta itu.

Tangan Ridwan di setir perlahan mengepal saat Jun bicara... Begitu dia mengangkat kepalanya, Ridwan tersenyum dan bertanya kepada Kepala pelayan Jun "Paman Jun, apakah semua orang berpikir kalau aku akan kalah?"

Tak disangka, Ridwan akan menanyakan hal itu. Sesaat Jun tertegun, sedikit terdiam "Tuan muda... bukan itu maksudku...."

Ridwan terkekeh pelan "Paman Jun" Dia melirik lengan baju penuh noda darah di lengannya "Ketika tongkat kakek dipukulkan di tubuhku, itu terasa sangat sakit. Tapi jika menyuruhku untuk menyerah dan melepaskan gadis bodoh itu, itu lebih menyakitkan dari pada dipukul dengan tongkat kakek.”

Dia bicara, lalu menyalakan mesin mobil dan melambaikan tangan kepada kepala pelayan Jun yang tertegun "Aku tahu sulit bagiku untuk mengalahkan Eldric sekarang. Tapi, untungnya keuletan dan kerajinan akan mengurangi kelemahan. Situasi sekarang bisa dibilang tidak begitu buruk. Kerugian sebelum ini, walaupun tidak bisa diselamatkan lagi. Tapi, skor dari masalah ini sudah lebih membaik.... Paman Jun, ini belum waktunya bagiku untuk mengaku kalah.”

Ekspresi di wajah Jun tampak rumit “Tuan Muda, wanita bernama Yutta itu, benar-benar bisa membuat tuan muda tidak segan-segan membuat kakek marah, menanggung tekanan perusahaan yang begitu besar dan tekanan pemegang saham dan juga tekanan dari seluruh Keluarga Kamil. Tidak masalah dengan segalanya dan tetap menolak untuk menyerah? Apakah itu sepadan? "

Bibir Ridwan merapat, tanpa ada keraguan, dia berkata “Itu sepadan.” Dia sangat tegas dan bertekad bulat “ Paman Jun, aku masih ada urusan di perusahaan. Aku jalan dulu ya.”

Saat mobil melaju perlahan, bibir Ridwan terangkat ke atas, teringat tentang Yutta lagi sambil menyentuh bibir tipisnya. Ini adalah perama kalinya menciumnya. Wanita yang membuat jantungnya berdebar-debar... Berapa banyak pun wanita yang ada di dunia ini? Tapi, Yutta hanya ada satu.

Dia bisa bertahan menghadapi tekanan keluarga, tekanan perusahaan dan tekanan dari pemegang saham hanya demi Yutta!

Tidak akan mungkin! Untuk menyerah!

Jantungnya melonjak secepat mobil ini!... Eldric, siapa dia!

***

Setengah bulan kemudian

Yutta melihat Ridwan lagi, dia jauh lebih kurus tapi tampak lebih energik. Terutama kegembiraan di matanya saat ini.

"Ayo! Aku mau membawamu ke suatu tempat." Dia bicara dan tidak bisa menahan diri menarik Yutta naik ke mobil.

"Kemana?”

“Nanti kalau sudah sampai pasti tahu sendiri.” Dia berkata lagi “Malam ini minta cuti ya.”

"....”

“Hanya hari ini saja, boleh ya?”

"……" Tidak boleh.

"Aduh... nasibku benar-benar buruk deh. Sering mentraktir seseorang makan mie daging sapi.... tapi seseorang itu tidak tahu berterima kasih. Huh huh huh. Dasar lupa hutang budi.” Pria di kursi pengemudi, terus bergumam sendiri ketika mengemudikan mobilnya. Suaranya tapi sangat keras sehingga Yutta sulit untuk mengabaikannya.

"Aduh... sayang sekali sudah habis begitu banyak mangkok mie daging sapi. Tapi sia-sia saja karena seseorang itu tidak mau diajak makan.”

Yutta tetap diam dan tidak berkomentar.

"Mie daging sapi, mie daging sapi... kamu sangat menyedihkan. Orang-orang bilang kalau mendapatkan sesuatu dari seseorang, harusnya melakukan sesuatu juga untuk orang itu. Tapi, ada wanita yang lupa berterima kasih dan membalas hutang budi. Sudah makan begitu banyak mie daging sapi, tapi minta cuti sehari saja tidak mau.”

“....” Yutta jadi punya dorongan yang membara. Dan perasaan seperti ini sudah lama tidak ada. Setidaknya, selama Ridwan tidak muncul beberapa waktu ini, emosinya tidak pernah naik turun seperti ini.

“Mie daging sapiku, oh mie...”

Yutta menggertakkan giginya, akhirnya....

“Sebenarnya....” Yutta membuka mulutnya perlahan. Pria di sampingnya, matanya bersinar cerah.... Yutta akhirnya mau bicara... "Sebenarnya... aku tidak suka makan mie daging sapi."

Pria di sampingnya menaikkan sudut mulutnya, tiba-tiba menghentikan mobilnya sejenak, lalu menyalakan mobilnya lagi dengan sedikit canggung “Uhuk uhuk uhuk... kamu bilang apa? Aku tiba-tiba kehilangan pendengaran dan tidak bisa mendengarnya! Tidak, bisa, dengar!!!”

"Aku bilang" Mata Yutta berkilat tak berdaya "Aku berjanji padamu untuk meminta cuti malam ini. Tapi kamu harus memberitahuku nanti mau melakukan apa?"

Tepat setelah ucapannya jatuh, pria di kursi pengemudi segera menoleh karena terkejut dan bertanya padanya "Benarkah? Benarkah?"

"... Tuan Kamil, bukannya kamu tuli?"

"Tuli untuk sementara saja. Sekarang sudah tidak apa-apa."

"..." Orang seperti Yutta tidak memiliki banyak perubahan suasana hati dan agak mati rasa. Pada saat ini, wajahnya bergetar mengerutkan kening dengan curiga, dia buru-buru menundukkan kepalanya lagi dengan malu-malu.

Sudut mata Ridwan melirik pemandangan ini, senyum melintas di bawah matanya.

Yutta teringat lagi "Tuan Kamil, kamu belum memberi tahuku kenapa kamu ingin aku meminta cuti dan apa yang akan kita lakukan nanti?"

Saat bicara, rem mobil terdengar lagi dengan mantap.

Ridwan tersenyum padanya "Ayo turun, kamu akan segera tahu kok."

Yutta tampak bingung. Ridwan turun dari mobil dan berjalan ke kursi penumpang depan, lalu membukakan pintu untuk Yutta "Yutta, ayo turunlah."

Yutta melirik ke arah gedung di depannya yang kelihatannya baru direnovasi dari sebuah gedung pabrik tua. Bisa dibilang tidak terlalu mewah... Dia lega, Ridwan tanpa bilang dulu,sudah menggandeng tangan Yutta dan berjalan masuk ke dalam.

Setelah masuk, baru menyadari kalau tempat ini merupakan tempat bersantai sambil minum teh.

"Yutta, kue Black Forest di tempat ini enak sekali. Nanti pesan satu agar kamu bisa mencicipinya.”

Ridwan bicara sambil membawa Yutta masuk berjalan ke sebuah ruangan di dalam sana.

Yutta hanya menganggap Ridwan iseng dan hanya ingin mengajaknya makan dessert saja.

Saat berdiri di depan pintu ruangan itu, mata Ridwan berbinar-binar dan berkata padanya "Aku akan memperkenalkanmu pada sahabat baikku ketika aku belajar di luar negeri."

Mendengar ini, Yutta langsung menjadi gugup "Aku tidak..."

“Kriek” Ridwan sudah membuka pintu ruangan "Yutta, ayo, aku akan memperkenalkan sahabat baikku ketika belajar di luar negeri, Ini Rayon dan Karim.”

Pintu terbuka, tiga pasang mata langsung tertegun.

Novel Terkait

Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu