Cinta Yang Paling Mahal - BAB 49 Yutta Aloysia Ikut Aku
Dagunya terasa sakit, sebuah wajah tampan mendekatinya, "Lihat yang jelas, aku adalah siapa."
Nada suara yang dingin, dan nafas yang familiar mendekat, Yutta tiba tiba tersadar, "Bagaimana kamu bisa..."
"Bagaimana aku bisa disini?" Eldric sama sekali tidak memberikan kesempatan kepada Yutta untuk melanjutkan pembicaraannya, dari sudut mulutnya tersenyum dingin: “Kamu nanya aku? tidak tahukah kamu, melihatmu menderita, merupakan salah satu kesenanganku?"
Disamping, Gitta terkejut, matanya melihat ke arah tangan kanan majikannya.
Tangan kanan majikannya masih meneteskan butiran darah, kenapa tidak menjelaskan pada Nona Aloysia?
Tangan besar Eldric dengan kasar melempar dagu Yutta, badan yang tinggi, tiba tiba berdiri, memberikan sebuah tatapan kepada Yutta :"Berdiri, Kalau belum mati ikuti aku."
Meskipun Gitta tidak sering melihat Nona Aloysia yang berada di depannya ini, tetapi, wanita yang diatas sofa saat ini, dibanding dengan wanita yang percaya diri tiga tahun lalu, berbeda sangat jauh, dan dia tadi baru saja melewati kejadian yang hampir saja kehilangan nyawanya, terlihat sangat berantakan, Gitta berjalan kedepan, mengulurkan tanganya bersedia untuk menopang Yutta.
"Apakah dia sendiri tidak punya kaki?" Pandangan yang dingin jatuh pada Gitta, Tiba tiba Gitta tersadar, menarik kembali tangnannya yang menuju ke arah Yutta, mundur kesamping secara diam.
Yutta mengangkat kepalanya melihat sekilas pada pria tersebut, hanya terlihat wajahnya yang dingin, perlahan lahan menopang pada sofa, seperti gerakan lambat dalam film, berdiri dengan sangat lambat, dari luar terlihat, seperti disengajakan, dan juga terlihat sangat "pura pura".
Tenggelam, dan orangnya langsung terbangun ditempat, orang yang badannya agak lemah. juga tidak akan "selemah" dirinya.
Pada saat ini, Rasa kasian Gitta, juga menghilang.
Dari sudut matanya yang melihatnya berdiri, Eldric dengan mimik wajak tanpa ekspresi :
"Kakimu patah?
Tangan Yutta yang menopang pada sofa, meraih dengan kuat, tetapi detik berikutnya, melepaskannya lagi, tidak bersuara, tidak berpendapat, tidak menjelaskan, hanya saja mengepalkan tangannya, menghabiskan semua tenaganya, mempercepat langkahnya, mengikuti orang yang ada di depannya.
Tiba tiba, di samping Tuan Toki, menghentikan langkahnya, mengulurkan tangannya, didepan tubuh Tuan Toki.
Tuan Toki tidak mengerti maksudnya, karena keberhentian dia, Sosok tinggi yang di depan, juga ikut terhenti, melihat kearahnya, tidak berkata apa apa, melihat semua gerak geriknya secara diam.
Yutta hanya menutup rapat bibirnya, sepasang matanya menatap Tuan Toki, memajukan telapak tangannya ke depan Tuan Toki.
Kacamata Tuan Toki terkulai di pangkal hidungnya, tidak lagi berpenampilan rapi seperti sebelumnya, mengalami kejadian "banjir" ini, baik gaya rambutnya maupun pakaiannya, semuanya berantakan.
Melihat telapak tangan di depannya, mengedipkan matanya," Nona… Aloysia maksudnya?"
"Uang, Apakah Tuan Toki sudah lupa? Biaya pertunjukan empat milliar, Tuan Toki telah berjanji."
Suara Yutta yang kasar, karena tersedak dan tenggelam, semakin pecah, terdengar seperti suara gesekan pasir, tidak enak didengar, juga membuat tenggorokan orang menjadi gatal,
Tidak tertahan Tuan Toki mendehem, segera mengeluarkan dompetnya, chequenya basah, ini tidak bisa pakai lagi, dengan ragu, teringat wanita jelek ini dan Eldric keluarga 沈 memiliki hubungan yang tidak gampang, sambil berpikir, dengan tidak rela mengeluarkan sebuah kartu dari dompetnya:
"Nona Aloysia, kertas cek-nya basah, kartu ini kamu pegang...."
Pas lagi ngomong, suatu bunyi terdengar:
"Uang ini, dia berani menerima, kamu Drian berani kasih?"
Tangan Tuan Toki bergetar, memandang ke arah pria yang berada di samping... ini....
"Tuan Cassio, maksudmu itu... uang ini, tidak kasih kepada Nona Aloysia?" Tuan Toki orang yang dalam bidang bisnis, secara alami bisa mengerti maksud dari kata kata Eldric, hanya saja kurang yakin, dalam hatinya terasa aneh.
Eldric tidak melihat pada Tuan Toki, tapi dia juga tidak membantah perkataan Tuan Toki, ini menandakan---tebakan Drian itu benar.
Muka Yutta yang pucat , seperti tertutup debu, tiba tiba menoleh:" Untuk apa kamu! ini penghargaanku yang kudapatkan dengan mempertarungkan nyawaku!... Eldric Cassio.... Tuan Cassio! Kamu tidak bisa, dan juga tidak berhak membuat keputusan ini!"
Dia emosi, emosi sampai, hampir saja lupa dengan kerendahan dirinya!
tetapi dia... tetap saja hanya Yutta yang hanya sisa kulit yang rusak ini, tetap saja merendah seperti awal!
"Untuk apa?" dia tertawa, hanya senyuman yang tidak sampai ke sudut mata, karena dia yang menyelamatkan, nyawa yang dipertarungkan itu!... Dalam hati Eldric terbakar, matanya malah terlihat dingin: “karena saya Eldric dua kata ini!"
"Itu uangku sendiri, itu adalah yang seharusnya saya dapatkan." Matanya memerah, buru buru menundukkan kepalanya, Yutta, jangan menangis, tidak ada yang perlu ditangisi. Yang lebih sulit, juga sudah melewatinya, hanya dipermainkan, itu tidak apa apa.
Yutta, siapa suruh nyawamu murah dan tidak berharga, murah sampai bisa sembarangan bertarung, saat kamu memutuskan untuk bertarung nyawa, nyawamu sudah bukan lagi nyawamu, dia hanya sebuah pertukaran dalam sebuah transaksi, iya transaksi, akan ada saatnya gagal dalam transaksi,.... Yutta, tidak ada yang perlu disedihkan, Ketika Kak Lucas meninggal, sudah tidak ada lagi hal yang patut bagi kamu untuk meneteskan air mata, Eldric juga tidak bisa!
"Uangmu? yang seharusnya kamu dapatkan? Kalu didunia ini barang "yang seharusnya" kamu dapatkan, pasti bisa didapatkan, maka tidak ada kata sia sia semua upaya sebelumnya, dan kamu, bukankah seharusnya "turun ke neraka'?"
Yutta menundukkan kepalanya, membuka lebar matanya, menatap jari kakinya... benar, saya harusnya turun neraka, tetapi tidak ada hubungannya dengan Livin Mahdi!
"Kamu bertanya padaku untuk apa, biar kuberitahu kamu, di sini di Hamilton, saya yang menentukan keputusan akhir." Suara dingin pria, masuk kedalam telinga Yutta :" untuk alasannya, saya beritahu kamu, nyawamu, tidak bernilai empat milliar."
shiu~sebuah pedang transparan tembus melewati hatinya!
Alam bawah sadar Yutta ingin mengangkat tangannya memegang dadanya... seberapa inginnya dia menekan kuat dadanya, menekan rasa sakitnya, tetapi tanganya, baru saja terangat setengah, malah melemah jatuh disamping pahanya, dia masih saja bisa berkata dengan sadar :" Tuan Cassio benar, nyawaku tidak berharga."
Dia yang mengatakan nyawanya tidak berharga, dia juga yang bilang seharusnya dia turun ke neraka, tetapi saat dia mengatakan sendiri kata kata ini---nyawaku tidak berharga, Eldric emosi tanpa alasan.
Dengan kesal menarik rambutnya, Eldric dengan kasar berkata: " Ikuti aku!" lalu berbalik dan pergi.
Yutta mengikutinya dengan diam.
Kecepatan jalan Eldric tidak lambat, dan Yutta berusaha bertahan, mengeluarkan semua kekuatannya, mengikuti sosok di depannya.
Kakinya sudah sakit sampai seperti tulangnya terkoyak, hanya tersisa rasa sakit pada rongga pinggang kiri, selain sakit, tidak ada lagi yang lain.
Dari dahinya keluar keringat dingin, dia yang tidak berkeringat saat dibawah terik matahari musim panas, malah sakit sampai mengeluarkan keringat dingin yang berlapis lapis.
Hanya saja dari kepala sampai ujung kakinya basah karena air, meskipun keringat dingin membasahi badannya, juga tidak bisa membedakan itu keringat dingin atau air.
Eldric lebih cepat sampai di lift, ketika dia mengangkat matanya, wanita itu masih berjarak tiga empat meter darinya, tanpa sadar mengurutkan alisnya, berkata dengan dingin :
"Lambat sekali."
Yutta berkata dengan suara kasarnya :"Segera datang."Menahan, sudah tidak peduli dengan sakit di kaki dan pinggangnya, mempercepat kecepataannya, mengejarnya.
Setelah masuk kedalam lift, dengan nafas tersengal sengal berkata:" Tuan Cassio, maaf, akhirnya tidak mengganggu...." baru saja selesai berbicara, menunjukkan bagian putih dari matanya, langsung jatuh ke lantai.
Nafas Eldric tersendat, tangannya bergerak lebih cepat dari otaknya, langsung megulurkan tangannya, lengannya yang panjang : “Yutta! Jangan pura pura mati!" Menundukan kepala, mata sempurna yang panjang dan sempit tiba tiba membuka lebar, baru menyadari bibirnya berwarna abu abu kematian, hatinya, pada saat ini, tanpa sadar terasa sakit, buru buru memeluk orangnya:
"Yutta! Bangun! Bangun!"
Mengambil teleponya," Mana Anton, Apakah Anton sudah sampai! suruh dia segera ke kamar lantai 28! Cepat!
Novel Terkait
Love And Pain, Me And Her
Judika DenadaGet Back To You
LexyAku bukan menantu sampah
Stiw boyCinta Tak Biasa
SusantiWahai Hati
JavAliusMy Only One
Alice SongCinta Yang Paling Mahal×
- Bab 1 Penjarakan Dia
- Bab 2 Semuanya Ini Adalah Maksud Dari Tuan Cassio
- Bab 3 Keluar Dari Penjara
- Bab 4 Kebetulan Melihat Pasangan Yang Kencan Diam-Diam
- Bab 5 Mencari Masalah Untuk Diri Sendiri
- Bab 6 Kamu Tidak Bermaksud Menyapa Aku?
- Bab 7 Cium Dia
- Bab 8 Penyelaan Oleh Ridwan
- Bab 9 Amarah Dan Hinaannya
- Bab 10 Ditangkap Setelah Melarikan Diri
- Bab 11 Dia Datang
- Bab 12 Yutta Yang Tidak Percaya Diri
- Bab 13 Memindahkan Dia Ke Departemen Hubungan Masyarakat
- Bab 14 Penghinaan Dan Penyiksaan
- Bab 15 Mempermalukan
- Bab 16 Bukan Yang Paling Memalukan
- Bab 17 Hanya Lebih Memalukan
- Bab 18 Tubuhmu Dingin Atau Panas
- Bab 19 Tersebar Dengan Luas
- Bab 20 Kritikan Lea
- Bab 21 Eldric, Dengar
- Bab 22 Dia Menghindari Eldric
- Bab 23 Eldric Menciumnya
- Bab 24 Apakah Kamu Meremehkan Yutta
- Bab 25 Kamu Kira Dirimu Lebih Mulia Dari Yutta
- Bab 26 Jangan Terburu-Buru Satu Persatu
- Bab 27 Membantu Dia Melampiaskan Amarah
- Bab 28 Tuan Lucas
- Bab 29 Wanita Gila
- Bab 30 Gadis Malang
- Bab 31 Kak Lucas...
- Bab 32 Terakhir Kali Tanya padamu
- Bab 33 Ridwan Kamil VS Yutta Aloysia
- Bab 34 Awal Permasalahan
- Bab 35 Mempersulit
- Bab 36 Tidak Tahu Malu
- Bab 37 Penipuan Untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 38 Apakah Yang Dia Inginkan Terlalu Banyak?
- Bab 39 Bagaimana Merendahkan Diri Bisa Interpretasikan Kesombongan
- Bab 40 Perburuan Berdarah Dimulai
- Bab 41 Aku Ingin Kamu Menemaniku Malam Ini
- Bab 42 Apakah Yang Dia Inginkan Hanya Sebuah Ciuman?
- Bab 43 Alasan Eldric Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 44 Orang Yang Tidak Tahu Malu
- Bab 45 Ridwan Memberi Pelajaran Kepada Lea Si Hati Jahat
- Bab 46 Lea Trisa Demi Menjaga Diri Mendorong Yukka Aloysia untuk Menghalang
- Bab 47 Eldric Cassio Emosi
- BAB 48 Tidak Boleh Mati
- BAB 49 Yutta Aloysia Ikut Aku
- BAB 50 Dengan Kuat Menghentikan Mulut yang Mengganggunya
- Bab 51 Malam Ini Temani Aku Tidur
- Bab 52 Perhatian Di Balik Penampilan Dingin Yang Sengaja Diperlihatkan
- Bab 53 Apakah Kamu Tahu Siapa yang Menyelamatkan Yutta
- Bab 54 Memeriksa
- Bab 55 Bawa Aku Menemuinya
- Bab 56 Aku Akan Mengabulkanmu
- Bab 57 Kekurangan Ginjal
- Bab 58 Kesakitan
- Bab 59 Kelembutan Eldric
- Bab 60 Malah Menuangkan Garam
- Bab 61 Kelembutan Yang Canggung
- Bab 62 Sesuatu Yang Tidak Aku Inginkan
- Bab 63 Tidak Tahu Malu, Menggoda Tuan Kamil
- Bab 64 Apa Yang Dilakukannya Dengan Ridwan
- Bab 65 Keputusannya
- Bab 66 Kalau Sakit, Gigitlah
- Bab 67 Ciuman Melanda
- Bab 68 Kebencian Lea
- Bab 69 Bertemu Larut Malam Di Pinggir Jalan
- Bab 70 Ingat, Namaku Zarco Rius
- Bab 71 Yutta Marah
- Bab 72 Sangat Acuh Tidak Acuh
- Bab 73 Dengarkan Nasihat Kak Ming, Menjauhlah Dari Pria Itu
- Bab 74 Jadilah Pacarku Saja
- Bab 75 Yutta Aloysia Yang Menggila, Eldric Cassio Yang Menggila
- Bab 76 Yutta Aloysia, Yutta Aloysia
- Bab 77 Rayon Lucas Dan Karim Heng
- Bab 78 Jangan Sentuh Tempat Itu Lagi
- Bab 79 Tuan Karim Heng Aku Butuh Sepuluh Miliar
- Bab 80 Perburuan Ini Berubah Menjadi Tidak Menarik
- Bab 81 Hanya Ingin Berburu, Tidak Memiliki Perasaan
- Bab 82 Perubahan Yutta Aloysia
- Bab 83 Mendorong Masuk Ke Dalam Neraka
- Bab 84 Kemana Saja Kamu Adikku?
- Bab 85 keras Kepala dan Tetap Tegar
- Bab 86 Bukankah Ini Adalah Nona Aloysia?
- Bab 87 Kamu Bisa Berlutut Sekarang
- Bab 88 Biarkan Aku Pergi
- Bab 89 Livin Bukan Tidak Bersalah
- Bab 90 Bos! Tolong!
- Bab 91 Menghancurkan Harapan Dengan Tangan Sendiri
- Bab 92 Penyesalan Terakhir Dalam Hidup ini Adalah Bertemu Denganmu
- Bab 93 Akulah Yang Telah Buta Mata Dan Buta Hati
- Bab 94 Masing-Masing Semuanya Bukanlah Orang Yang Mudah Ditangani
- Bab 95 Telah Membayar Yang Harus Dibayar
- Bab 96 Sudah Gila Sejak Lama
- Bab 97 Eldric Tidak Menyadari Perasaannya Sendiri
- Bab 98 Saudara
- Bab 99 Siapa Kamu?
- Bab 100 Menghancurkan Impiannya dan Kak Lucas
- Bab 101 Kebenaran Tentang Ginjal Kiri Diangkat
- Bab 102 Eldric, Kamu Sudah Gila!
- Bab 103 Yang Bisa Menahannya Bukanlah Pria
- Bab 104 Ridwan Kamil, Ridwan Kamil Membuat Orang Sakit Hati
- Bab 105 Kamu Berdiri Di Sana Saja Aku Akan Berjalan Mendekatimu
- Bab 106 Pikiran Yang Tersembunyi Di Buku Catatan Harian
- Bab 107 Jebakan Yang Terlalu Dalam
- Bab 108 Apakah Bagaimanapun Juga Boleh?
- Bab 109 Lakukan Apa Yang Tuhan Minta Anda Lakukan
- Bab 110 Berpapasan
- Bab 111 Eldric VS Ridwan
- Bab 112 Kamu Boss Besar, Jadi Tidak Perlu Membayar?
- Bab 113 Sudah Bergerak
- Bab 114 Menemani Sampai Akhir
- Bab 115 Tekanan Tak Terbatas
- Bab 116 Menemani Adalah Pengakuan Cinta Terdalam
- Bab 117 Kegembiraan Kecil Ridwan
- Bab 118 Karim Mempersulit Segalanya
- Bab 119 Ketenangan Sebelum Badai
- Bab 120 Seolah Melihat Yutta Yang Dulu
- Bab 121 Ini Adalah Sebuah Permainan
- Bab 122 Melihat, Mendengar Dan Mengetahui
- Bab 123 Mereka Tidak Pantas Melihatnya
- Bab 124 Kamu Lihat, Aku Tidak Menangis
- Bab 125 Boss Yutta Aloysia Menghilang
- Bab 126 Dia Mencari Wanita Itu Dengan Menggila
- Bab 127 Kelabilan dan Sakit Hati Ridwan Kamil
- Bab 128 Kelembutan Eldric Di Bawah Sikap Dingin
- Bab 129 Tunggu Aku Di Atas Ranjang