Cinta Yang Paling Mahal - Bab 116 Menemani Adalah Pengakuan Cinta Terdalam

Ketika Yutta keluar, dia melihat pria berkemeja putih dan celana santai panjang di bawah pohon beringin tua.

Ada sedikit keterkejutan di matanya "Tuan Kamil."

Dia sudah beberapa waktu ini tidak muncul di hadapannya.

Hari ini lagi-lagi tiba-tiba muncul.

“Ayo, laparkan?” Pria di bawah pohon itu berjalan menghampirinya. Dia mengulurkan tangan dengan begitu alaminya kepada Yutta, lalu menggandeng tangan Yutta. Yutta awalnya berniat menghindarinya. Tapi pada saat ini, Ridwan mengangkat kepalanya “Kamu tahu kan. Tenagamu selalu tidak akan lebih besar dariku.”

Ucapannya ini bermaksud untuk mengingatkan Yutta: Tidak usah melakukan hal yang sia-sia.

“Naiklah ke mobil. Akhir-akhir cukup sibuk, jadi sudah beberapa hari tidak makan mie daging sapinya Paman Hu. Ayo temani aku makan.”

Yutta diam dan hanya mengangkat kepalanya, melihat sebentar ke arah Ridwan. Lalu melangkahkan kakinya, naik dan masuk ke dalam mobil.... Huh, selesai dia makan saja baru mengatakannya.

Mereja berdua hanya diam saja sepanjang jalan.

Ridwan seperti sedang tidak ingin bicara. Ini sepenuhnya dua orang yang sangat berbeda dengan kesannya selama ini terhadap pria bocah itu.

Sepanjang jalan, dia sering melirik Ridwan yang mengemudi di sebelahnya.

Yutta semakin yakin dengan tebakan di dalam hatinya… raut wajah Ridwan tidak begitu baik. Meski penampilannya masih begitu bersih dan segar, tapi lingkaran di bawah matanya begitu hitam dan sedikit bengkak dan itu tidak bisa ditutupi.

Mereka berdua turun dari mobil. Sama seperti dulu-dulu, Yutta mengikuti Ridwan masuk ke kedai mie daging sapi.

Ketika makan, ponsel Ridwan berdering terus-terusan tak berhenti. Terkadang, ada pesan masuk datang.

Selama makan siang ini, Yutta terus menimbang-nimbang dalam hati. Ketika hampir selesai makan mie nya, dia harusnya sudah bisa mengatakan semuanya dengan jelas kepada pria bocah ini.

Dia meletakkan sumpitnya, lalu baru saja bicara “Tuan...”

Tiba-tiba, ponsel yang ditaruh di meja oleh Ridwan, berdering lagi.

Kali ini bukan pesan singkat. Ridwan melihat ke ponselnya. Alisnya turun membentuk sebuah bukit, dia mengambil ponselnya di meja, lalu berdiri dan berjalan keluar sambil berkata kepada Yutta “Tunggu sebentar ya, aku mau mengangkat telepon dulu.” Lalu buru-buru berjalan keluar kedai mie daging sapi.

Yutta melihat ke luar, Ridwan seperti sedang emosi dan tidak berhenti mondar mandir berjalan kesana kemari. Ada sedikit keraguan melintas di benaknya. Ketika Ridwan sudah kembali, Yutta mengedipkan matanya dan dengan jelas melihat kecemasan dan amarah di mata pria bocah itu.

Bukit kecil yang dibentuk alisnya tampak semakin dalam.

"Tuan Kamil, apa akhir-akhir ini terjadi sesuatu?”

Ridwan tak menyangka, Yutta yang selama ini pendiam, tiba-tiba menanyakan hal itu.

Dia mendongak “Kenapa tiba-tiba bertanya seperti ini?”

"Aku... hanya merasa sepertinya akhir-akhir ini kamu memiliki masalah yang sedang kamu pikirkan.”

Setelah Yutta selesai berbicara, dia menyesal... Ridwan punya masalah atau tidak, ataupun ada sesuatu yang terjadi padanya, dia sama sekali tidak seharusnya ikut campur. Apalagi, hari ini berniat mengatakan sejelas-jelasnya kepadanya. Tidak peduli pengakuan cintanya pada Yutta itu benar atau tidak, Yutta dengan tulus merasa di dalam hatinya kalau dia tidak seharusnya menyeret orang yang tidak ada hubungannya ke neraka.

Sedangkan Ridwan pada saat ini malah sangat bahagia. Melihat Yutta yang sedang menundukkan kepala dan menolak bicara. Hatinya jadi terasa begitu manis.... Yutta ini, apa sedang peduli denganku?

"Tidak apa-apa." Bukit yang dibentuk alisnya sedikit mengendur. Dan jadi sentuhan lembut di sana "Masalah perusahaan, Yutta kamu tidak perlu khawatir. Masalah ini, aku masih bisa menanganinya dengan baik.”

“Oh...” Dia berpikir, karena bukan masalah yang serius. Kalau begitu, sudah waktunya hal-hal yang belum dikatakannya dengan terbuka dan jujur, sekarang sudah bisa mengatakannya “Sebenarnya, hari ini aku ingin memberitahumu....” masa laluku......

“Dingdingding...” Lagi-lagi nada dering yang begitu tidak asing ini berbunyi. Begitu nada dering ini terdengar, Yutta bisa merasakan dengan jelas dalam sekejap muncul aura muram yang di diri pria ini “Yutta, aku akan mengantarkanmu pulang dulu. Hari ini, ada rapat dadakan di perusahaan.”

Ridwan melirik layar ponsel, tapi tidak mengangkat teleponnya. Membiarkan nada dering itu terus berbunyi dan menggema di ruangan kedai mie ini. Dia pun menaruh selembar uang di atas meja, lalu menarik tangan Yutta dan buru-buru berjalan ke mobil.

Setelah masuk ke dalam mobil, Ridwan akhirnya ingat kalau sebelumnya Yutta sepertinya ingin mengatakan sesuatu “Oh iya, kamu tadi mau bilang apa? Kamu mau memberitahuku apa?”

"Aku..." Aku ingin memberitahumu tentang masa laluku. Wanita di kursi penumpang depan awalnya ingin mengatakan ini, tapi setelah memikirkannya, dia ragu-ragu dan memutuskan untuk mengatakannya cepat atau lambat. Namun, Ridwan tampaknya memiliki masalah yang sangat pelik dan mendesak. Setelah memikirkannya lagi, dia pun mengubahnya menjadi "Itu bukanlah hal yang terlalu penting. Nanti saja setelah Tuan Kamil selesai dengan kesibukannya, saat itu mengatakannya juga tidak akan terlambat untukku.”

Mata Ridwan kembali melembut... Wanita ini tanpa terasa sudah mulai peduli pada dirinya.

Tidak peduli apa peran yang dimainkan Eldric di kehidupan sebelumnya dan cerita apa yang mereka miliki sebelumnya. Selama dia terus menemani wanita ini. Ridwan percaya kalau menemani adalah pengakuan cinta terdalam. Tanpa disadari, membuatnya terbiasa dengan keberadaannya. Terbiasa dengan ada dia yang selalu menemani.... kalau begitu, masa lalu hanya akan menjadi masa lalu. Hanya sebuah cerita masa lalu dalam ingatan saja.

Jika Yutta tahu, apa yang sedang dipikirkan oleh Ridwan ini. Mungkin hari ini tidak peduli apapun, dia pasti tidak akan melembut lagi dan tidak akan menunda waktu untuk mengatakan semuanya.

“Akhir-akhir ini.... akhir-akhir ini cukup sibuk. Yutta, kamu harus yang baik ya. Aku akan segera menemuimu lagi. Sebelum saat itu tiba, jaga diri baik-baik dan jangan sampai terluka. Berjanjilah padaku.”

Jantung Yutta tiba-tiba berdetak lebih cepat. Dia menundukkan pandangan matanya, menatap tangan besar Ridwan yang menggenggam tangannya. Jantungnya berdebar-debar tanpa alasan... bagaimana mungkin dia tidak tersentuh dengan ini?

Seseorang berkata padanya: jaga diri baik-baik dan jangan sampai terluka.

Yutta mengangkat kelopak matanya, pandangannya tertuju pada wajah pria bocah itu. Keinginan untuk menjelaskan semua yang ada di tenggorokannya, membuka semua masa lalunya di depannya, sehingga membuat pria ini bisa dengan jelas mengenali siapa dia. Orang macam apa dia... Dia ingin mengatakan yang sebenarnya... Itu sama seperti dengan mengupas dirinya satu per satu, lalu mengungkapkan sisi paling jelek di depan matanya.

Tapi dia ingin bilang, pada saat ini tiba-tiba ada dorongan ini.

“Tuan Kamil, namaku Yutta Aloysia. Yutta dari kata Yutta ‘Aloysia’!” Tiba-tiba dia membuka mulutnya dan memberanikan dirinya sambil memejamkan mata, berteriak dengan keras seperti itu!

Iya, memang berteriak. Jantungnya saat ini berdegup dengan sangat kencang. Dia takut kalau dia tidak mengatakannya dengan berteriak sekeras mungkin, dia tidak akan punya keberanian mengatakannya.

Dia sengaja menekankan “Yutta dari kata Yutta Aloysia”, Yutta menggertakkan giginya dan memutuskan untuk mengatakan semuanya, maka katakanlah semuanya "Aku dulu pernah masuk..."

"Hahahahaha" sambil terkekeh, bibir tipis itu tiba-tiba terasa begitu hangat. Dalam sekejap, terdengar suara yang lembut di samping telinganya, yang berkata “Aku tentu saja tahu kalau kamu adalah Yutta. Tidak peduli apa yang kamu pernah lakukan di masa lalu, aku menyukaimu, Yutta.”

Yutta membuka matanya perlahan dengan sangat terkejut. Yang dilihatnya adalah senyuman cerah seorang pria bocah yang menunjukkan deretan gigi putihnya, selain ketertarikan di bawah matanya, juga ada kelembutan dan kasih sayang yang tidak bisa dilihat Yutta secara langsung “Tuan Kamil....” dia semakin terkejut.

“Turunlah. Setelah aku menyelesaikan semua ini, aku akan menemuimu."

Novel Terkait

Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu