Cinta Yang Paling Mahal - Bab 107 Jebakan Yang Terlalu Dalam
Yutta benar-benar tidak pernah bertemu dengan orang seperti Ridwan!
“Hei, untuk apa melamun, naik.”
Di bawah pohon beringin besar, pria berkemeja putih, tetap sama seperti kemarin, berdiri di sana, hanya saja hari ini bertambah satu buah sepeda.
“……”
“Untuk apa melamun, naik, naik.”
“……Kenapa kamu datang lagi?”
Wajah Ridwan menunjukkan senyuman ceria: “Kenapa aku tidak boleh datang?”
Bukannya tidak boleh datang, tetapi dia sama sekali tidak menyangka, setelah melewati kejadian kemarin, Ridwan masih akan muncul di hadapannya.
Ridwan berpostur tinggi, satu kaki menahan di tanah, satu kaki menginjak di pedal, begitu mengulurkan lengannya, langsung menyeret wanita itu ke sisinya, lalu menekannya ke tempat duduk belakang.
Yutta ingin berdiri.
“Kamu jangan berdiri, jika jatuh aku tidak akan mempedulikanmu.” Saat ini mengucapkan kata-kata ini, kaki menginjak pedal, sepeda membawa Yutta melaju ke depan.
Awalnya Yutta ingin berdiri, sepeda malah tiba-tiba berjalan, dalam keadaan tidak stabil, dia jatuh dan duduk di tempat duduk sepeda lagi, secara tidak sadar mengulurkan tangan, memegang pinggang Ridwan erat-erat.
Pikirannya kacau sekali, orang ini……apa yang terjadi?
“Aku jalan sendiri saja.” Yutta berkata dengan suara kasar.
Dari depan segera terdengar sebuah suara.
“Tidak bisa.”
“……”
Setelah beberapa saat lagi.
“Tuan Kamil, bukankah kemarin kita sudah mengatakannya dengan jelas?”
Orang yang ada di depan mendengus pelan:
“Apakah kemarin kita sudah mengatakannya? Kenapa aku tidak tahu?”
Teman……kamu seperti ini, kita tidak bisa bicara lagi. Dalam hati Yutta merasa agak hancur……kenapa orang ini tidak bertindak sesuai dengan logika?
“……lalu, apakah kamu tahu aku akan pergi ke mana?” Langsung menarik dirinya naik ke sepeda?
Dia melirik sepeda ini, tidak habis pikir, kelihatannya Ridwan juga bukan orang yang suka bersepeda bukan.
“Kita pergi makan siang dulu, aku sudah lihat-lihat, aku mengenal sebuah restoran yang beraroma enak.”
Yutta memiliki sedikit dorongan ingin menggila……orang ini bukan hanya tidak bertindak sesuai dengan logika, masih memberi jawaban yang tidak sesuai.
“Aku tidak suka naik sepeda.”
“Jangan bohong. Kemarin siapa yang matanya sampai memerah ketika melihat sepasang kekasih naik sepeda?” Ridwan berkata: “Yutta, aku tahu, ini pasti kenangan masa lalu antara kamu dan Eldric Cassio lagi. Matamu tidak bisa membohongi orang.”
Yutta tercengang, sebaliknya malah tidak tahu harus bagaimana menjawabnya.
Ridwan berkata pada diri sendiri:
“Untuk sementara waktu tidak bisa menerimaku juga tidak apa-apa, mengejar seorang wanita memang harus menghabiskan waktu dan tenaga, Yutta aku katakan padamu, ini adalah pertama kalinya aku serius mengejar seorang gadis.
Jika aku belum cukup baik melakukannya, belum benar melakukannya, kamu belum puas dengan apa yang aku lakukan, kamu harus lebih memakluminya. Siapa suruh pengalamanku belum cukup.
“Tuan Kamil, kita hanya pelanggan dan……”
“Aku tahu apa yang ingin kamu katakan,” Ridwan menyela pembicaraan wanita yang ada di belakang: “Kamu anggap saja aku sebagai pelanggan, aku tidak keberatan.”
Aku ada……Yutta mengedipkan mata, ketidakberdayaan di dalam matanya, terllihat tidak diragukan sama sekali.
Tidak tahu Ridwan sengaja atau bagaimana, kecepatan dia naik sepeda tidaklah lambat, walau Yutta berniat ingin lompat ke bawah, tetap akan merasa ketakutan hingga menggigil.
Sekitar seperempat jam kemudian, Ridwan belok kiri, membawa dia, sepeda masuk ke sebuah gang kecil.
Melihat sejenak, gang yang dalam, Yutta bergegas bertanya: “Sebenarnya kamu mau membawaku pergi ke mana?”
“Ssstt~” Dia berkata dengan suara lembut: “Sudah hampir tiba.”
Selesai bicara, sepeda berbelok lagi, lalu berhenti di depan dinding yang penuh dengan bunga mawar, Ridwan dengan gesit turun ke bawah, “Sudah tiba, ini adalah pintu belakang, dulu saat aku datang selalu masuk melalui pintu depan, kamu jangan lihat pintu belakangnnya kecil dan sempit, pintu depannya megah sekali.
Mendengar kata-kata ini, Yutta tidak terlalu ingin turun dari sepeda.
Pantatnya seperti ada lem di dua sisi, Ridwan agak mengerutkan kening, melihat tampangnya saat ini yang agak kekanak-kanakan…… “Turun saja, kamu terus berada di atas sepeda juga tidak berguna.”
Ridwan hampir saja tertawa, tapi, dia tahu, jika saat ini dia tertawa, maka wanita ini akan berubah menjadi landak berduri lagi, meringkuk menjadi bola, dia juga jangan berharap bisa mendekatinya lagi.
“Sungguh tidak ingin turun?” Alisnya yang indah bergetar sejenak dengan penuh kecurigaan, tapi benar-benar hanya sejenak saja, detik berikutnya, langsung kembali tenang tanpa gejolak lagi, bagi siapa pun bisa melihat kecurigaan sejenak yang terjadi barusan.
“Aku tidak lapar.” Lagi pula, tidak terlalu ingin masuk ke dalam.
“Aku lapar.”
“Kalau begitu kamu saja, aku bisa pulang sendiri.
“Yutta, dua pilihan, pertama, kamu turun sendiri, masuk bersamaku untuk makan. Kedua, aku menggendongmu turun dan menggendongmu masuk ke dalam untuk makan.”
“……” Raut wajah Yutta tidak terlalu baik, dia benar-benar tidak terlalu ingin masuk ke dalam. Sekarang dia paling tidak ingin pergi ke semua tempat yang berhubungan dengan “gaya”, tidak ada yang tahu, apakah akan bertemu dengan satu atau dua kenalan lama di sini?
Tidak ingin menghadapi semua itu, apakah tidak boleh?
“Kita pergi ke tempat Paman Hu untuk makan mie daging sapi saja?” Dia menggigit bibir, khawatir Ridwan tidak akan menyetujuinya, sambil menahan sakit menambahkan satu kalimat: “Aku yang traktir.”
Ridwan segera memalingkan wajahnya ke satu sisi……dia sungguh takut dirinya tidak bisa menahan diri dan menunjukkan senyumannya, lebih baik memiringkan wajah ke sisi lain, diam-diam tersenyum sejenak, baru membalikkan kepala, sengaja perlahan mengejek Yutta:
“Oh? Kamu yang traktir?” Suara yang pelan, membuat orang tergelitik mendengarnya: “Hanya makan mie daging sapi saja?”
Kali ini, Yutta tidak terlalu senang……memangnya kenapa dengan mie daging sapi?
“Ya sudahlah kalau kamu tidak mau makan.” Yutta langsung turun dari sepeda, berbalik dan jalan keluar, mendadak lengannya di tarik dari belakang: “Makan, siapa yang bilang aku tidak makan, mie daging sapi enak, aku paling suka. Ayo jalan, sekarang juga kita pergi ke tempat Paman Hu.”
Ridwan tidak mempedulikan apa pun, langsung menarik kembali Yutta, didorong kembali ke tempat duduk: “Kamu jangan coba mengelak, kamu yang bilang, mau mentraktir aku makan mie daging sapi.” Dia takut Yutta kabur.
Sepeda melaju ke gang kecil lagi, di kedua sisi dinding bata merah penuh dengan deretan mawar liar, warna putih, merah muda dan kuning muda, sepeda bolak-balik melewati dinding yang penuh bunga, ada hembusan angin, rambut di kening Yutta tertiup oleh angin, menunjukkan bekas luka yang mengerikan, dia sedang duduk di atas jok belakang sepeda, pikiran sedikit kacau.
Bunga mawar warna merah muda, putih dan kuning, melintas di hadapannya, Yutta tiba-tiba mengangkat kepalanya dengan takjub, menatap sosok punggung lurus yang ada di depan, mengedipkan mata……bukankah dia yang menariknya untuk makan bersama? Kenapa akhirnya jadi dia yang traktir?
Dia masih belum bisa berpikir jernih, pada akhirnya kenapa berubah jadi dia yang traktir?
“Tuan Kamil……”
“Duduk yang benar.” Mulut baru saja dibuka, masih belum selesai bicara, pria di depan mendadak memberi perintah: “Pegang erat pinggangku!”
Setelah mendengar perintah dan otaknya merespon, lalu menurutinya.
Yutta tidak sempat berpikir, segera mengulurkan tangan, segera memegang erat pinggang kekar Ridwan. Setelah beberapa saat……
“Barusan……kenapa?”
“Oh, barusan ya, tidak tahu orang tidak bermoral mana yang melempar botol minuman ke jalan, aku takut kamu terjatuh.”
“Begitu ya, terima kasih, Tuan Kamil.”
“Ya, tidak apa-apa, hanya hal kecil.” Suara nyaring Ridwan, sepertinya tidak terlalu peduli mengatakannya, bibir tipis sedikit terangkat di mana Yutta tidak bisa melihatnya.
Novel Terkait
Pria Misteriusku
LylyUnperfect Wedding
Agnes YuTernyata Suamiku Seorang Sultan
Tito ArbaniDon't say goodbye
Dessy PutriMenantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiBack To You
CC LennyWahai Hati
JavAliusBretta’s Diary
DanielleCinta Yang Paling Mahal×
- Bab 1 Penjarakan Dia
- Bab 2 Semuanya Ini Adalah Maksud Dari Tuan Cassio
- Bab 3 Keluar Dari Penjara
- Bab 4 Kebetulan Melihat Pasangan Yang Kencan Diam-Diam
- Bab 5 Mencari Masalah Untuk Diri Sendiri
- Bab 6 Kamu Tidak Bermaksud Menyapa Aku?
- Bab 7 Cium Dia
- Bab 8 Penyelaan Oleh Ridwan
- Bab 9 Amarah Dan Hinaannya
- Bab 10 Ditangkap Setelah Melarikan Diri
- Bab 11 Dia Datang
- Bab 12 Yutta Yang Tidak Percaya Diri
- Bab 13 Memindahkan Dia Ke Departemen Hubungan Masyarakat
- Bab 14 Penghinaan Dan Penyiksaan
- Bab 15 Mempermalukan
- Bab 16 Bukan Yang Paling Memalukan
- Bab 17 Hanya Lebih Memalukan
- Bab 18 Tubuhmu Dingin Atau Panas
- Bab 19 Tersebar Dengan Luas
- Bab 20 Kritikan Lea
- Bab 21 Eldric, Dengar
- Bab 22 Dia Menghindari Eldric
- Bab 23 Eldric Menciumnya
- Bab 24 Apakah Kamu Meremehkan Yutta
- Bab 25 Kamu Kira Dirimu Lebih Mulia Dari Yutta
- Bab 26 Jangan Terburu-Buru Satu Persatu
- Bab 27 Membantu Dia Melampiaskan Amarah
- Bab 28 Tuan Lucas
- Bab 29 Wanita Gila
- Bab 30 Gadis Malang
- Bab 31 Kak Lucas...
- Bab 32 Terakhir Kali Tanya padamu
- Bab 33 Ridwan Kamil VS Yutta Aloysia
- Bab 34 Awal Permasalahan
- Bab 35 Mempersulit
- Bab 36 Tidak Tahu Malu
- Bab 37 Penipuan Untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 38 Apakah Yang Dia Inginkan Terlalu Banyak?
- Bab 39 Bagaimana Merendahkan Diri Bisa Interpretasikan Kesombongan
- Bab 40 Perburuan Berdarah Dimulai
- Bab 41 Aku Ingin Kamu Menemaniku Malam Ini
- Bab 42 Apakah Yang Dia Inginkan Hanya Sebuah Ciuman?
- Bab 43 Alasan Eldric Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 44 Orang Yang Tidak Tahu Malu
- Bab 45 Ridwan Memberi Pelajaran Kepada Lea Si Hati Jahat
- Bab 46 Lea Trisa Demi Menjaga Diri Mendorong Yukka Aloysia untuk Menghalang
- Bab 47 Eldric Cassio Emosi
- BAB 48 Tidak Boleh Mati
- BAB 49 Yutta Aloysia Ikut Aku
- BAB 50 Dengan Kuat Menghentikan Mulut yang Mengganggunya
- Bab 51 Malam Ini Temani Aku Tidur
- Bab 52 Perhatian Di Balik Penampilan Dingin Yang Sengaja Diperlihatkan
- Bab 53 Apakah Kamu Tahu Siapa yang Menyelamatkan Yutta
- Bab 54 Memeriksa
- Bab 55 Bawa Aku Menemuinya
- Bab 56 Aku Akan Mengabulkanmu
- Bab 57 Kekurangan Ginjal
- Bab 58 Kesakitan
- Bab 59 Kelembutan Eldric
- Bab 60 Malah Menuangkan Garam
- Bab 61 Kelembutan Yang Canggung
- Bab 62 Sesuatu Yang Tidak Aku Inginkan
- Bab 63 Tidak Tahu Malu, Menggoda Tuan Kamil
- Bab 64 Apa Yang Dilakukannya Dengan Ridwan
- Bab 65 Keputusannya
- Bab 66 Kalau Sakit, Gigitlah
- Bab 67 Ciuman Melanda
- Bab 68 Kebencian Lea
- Bab 69 Bertemu Larut Malam Di Pinggir Jalan
- Bab 70 Ingat, Namaku Zarco Rius
- Bab 71 Yutta Marah
- Bab 72 Sangat Acuh Tidak Acuh
- Bab 73 Dengarkan Nasihat Kak Ming, Menjauhlah Dari Pria Itu
- Bab 74 Jadilah Pacarku Saja
- Bab 75 Yutta Aloysia Yang Menggila, Eldric Cassio Yang Menggila
- Bab 76 Yutta Aloysia, Yutta Aloysia
- Bab 77 Rayon Lucas Dan Karim Heng
- Bab 78 Jangan Sentuh Tempat Itu Lagi
- Bab 79 Tuan Karim Heng Aku Butuh Sepuluh Miliar
- Bab 80 Perburuan Ini Berubah Menjadi Tidak Menarik
- Bab 81 Hanya Ingin Berburu, Tidak Memiliki Perasaan
- Bab 82 Perubahan Yutta Aloysia
- Bab 83 Mendorong Masuk Ke Dalam Neraka
- Bab 84 Kemana Saja Kamu Adikku?
- Bab 85 keras Kepala dan Tetap Tegar
- Bab 86 Bukankah Ini Adalah Nona Aloysia?
- Bab 87 Kamu Bisa Berlutut Sekarang
- Bab 88 Biarkan Aku Pergi
- Bab 89 Livin Bukan Tidak Bersalah
- Bab 90 Bos! Tolong!
- Bab 91 Menghancurkan Harapan Dengan Tangan Sendiri
- Bab 92 Penyesalan Terakhir Dalam Hidup ini Adalah Bertemu Denganmu
- Bab 93 Akulah Yang Telah Buta Mata Dan Buta Hati
- Bab 94 Masing-Masing Semuanya Bukanlah Orang Yang Mudah Ditangani
- Bab 95 Telah Membayar Yang Harus Dibayar
- Bab 96 Sudah Gila Sejak Lama
- Bab 97 Eldric Tidak Menyadari Perasaannya Sendiri
- Bab 98 Saudara
- Bab 99 Siapa Kamu?
- Bab 100 Menghancurkan Impiannya dan Kak Lucas
- Bab 101 Kebenaran Tentang Ginjal Kiri Diangkat
- Bab 102 Eldric, Kamu Sudah Gila!
- Bab 103 Yang Bisa Menahannya Bukanlah Pria
- Bab 104 Ridwan Kamil, Ridwan Kamil Membuat Orang Sakit Hati
- Bab 105 Kamu Berdiri Di Sana Saja Aku Akan Berjalan Mendekatimu
- Bab 106 Pikiran Yang Tersembunyi Di Buku Catatan Harian
- Bab 107 Jebakan Yang Terlalu Dalam
- Bab 108 Apakah Bagaimanapun Juga Boleh?
- Bab 109 Lakukan Apa Yang Tuhan Minta Anda Lakukan
- Bab 110 Berpapasan
- Bab 111 Eldric VS Ridwan
- Bab 112 Kamu Boss Besar, Jadi Tidak Perlu Membayar?
- Bab 113 Sudah Bergerak
- Bab 114 Menemani Sampai Akhir
- Bab 115 Tekanan Tak Terbatas
- Bab 116 Menemani Adalah Pengakuan Cinta Terdalam
- Bab 117 Kegembiraan Kecil Ridwan
- Bab 118 Karim Mempersulit Segalanya
- Bab 119 Ketenangan Sebelum Badai
- Bab 120 Seolah Melihat Yutta Yang Dulu
- Bab 121 Ini Adalah Sebuah Permainan
- Bab 122 Melihat, Mendengar Dan Mengetahui
- Bab 123 Mereka Tidak Pantas Melihatnya
- Bab 124 Kamu Lihat, Aku Tidak Menangis
- Bab 125 Boss Yutta Aloysia Menghilang
- Bab 126 Dia Mencari Wanita Itu Dengan Menggila
- Bab 127 Kelabilan dan Sakit Hati Ridwan Kamil
- Bab 128 Kelembutan Eldric Di Bawah Sikap Dingin
- Bab 129 Tunggu Aku Di Atas Ranjang