Cinta Yang Paling Mahal - Bab 71 Yutta Marah
“Kamu mengatakan ingin memohon untukku, apakah kamu sudah memohonnya? Kamu ingin menunjukkan kebaikanmu? Yutta, yang paling tidak baik itu kamu!”
Begitu Lea masuk, ia langsung melampiaskan kemarahannya.
“Kamu memiliki hubungan dengan boss besar, kan? Kamu sudah memiliki hubungan dengan boss besar, kenapa masih menggoda Ridwan dan pria bule tadi juga.”
Lihatlah tenggorokanku, dengar, kalau kamu memohon padaku, akankah tenggorokanku tersedak dan tersumbat?
Dokter mengatakan, tenggorokanku membutuhkan waktu lama untuk disembuhkan, meskipun sembuh, juga tidak akan seperti sebelumnya!
Bukankah kamu mengatakan ingin membantuku memohon?
Aku memohon padamu, bahkan menundukkan kepalaku mengakui kesalahan, kamu di depanku mengatakan ingin memohon untukku, pada kenyatannya kamu sama sekali tidak melakukannya!
“Yutta, aku belum pernah bertemu wanita munafik sepertimu! Menjijikkan dan pura-pura!”
Yutta tidak menyela Lea, ekspresinya tidak sedih atau senang, dan juga tidak marah atau dendam, dahinya masih panas. Dia perlahan menyentuh dahinya, dan tiba-tiba mengangkat matanya menatap Lea yang marah, lalu berkata dengan kasar:
“Bukankah kamu masih hidup?”
“Apa maksudmu?”Lea tertegun sejenak, dan tiba-tiba membuka matanya lebar-lebar, menatap Yutta dengan tidak percaya: “Yutta! Kamu menantikan kematianku!”
Dengan jeritan tajam di telinganya, Yutta tersenyum lembut:
“Lea, apakah kamu merasa, kamu mengalami semua ini karena aku yang mencelakaimu?”
“Bukan kamu, akankah aku berubah seperti ini? Akankah aku diusir dari Hamilton?Kamu tahu tidak, kesulitan seorang mahasiswa yang tinggal di negeri asing untuk sekolah, melakukan pekerjaan serabutan untuk mendapatkan biaya hidup dan biaya kuliah! Kamu tahu tidak, tidak mudah untuk hidup?”
Yutta ingin tertawa dari dalam hati:
“Ternyata kamu juga tahu, hidup itu tidak mudah. Lea, hidup itu tidak mudah, kenapa kamu masih merusaknya?”
“Kamu bisa tidak membantuku, tetapi kamu berjanji akan membantuku memohon, kenyatannya tidak ada, Yutta, kalau kamu tidak bersedia membantuku memohon, kenapa berjanji di depanku? Kamu ingin menjadi orang baik dan pura-pura baik. Ingin mendapatkan rasa terima kasihku, tetapi tidak bersedia memohon untukku. Yutta, kamu benar-benar sangat menakutkan!”
Yutta memejamkan matanya, dia sangat lelah, di depan ada Tuan Zarco yang sengaja menyentuh lukanya yang tidak ingin disentuh terlepas dari keinginannya……ciuman itu pasti bukan hanya menyentuh luka itu.
Di belakang ada Lea bersikap tidak masuk akal. Kalau diganti lain waktu, Yutta tetap akan menjadi satu-satunya yang berjanji, tetapi sekarang, tidak mungkin.
Dia sangat membutuhkan ruang terpisah untuk menyembunyikan dirinya, tidak memikirkan apa-apa, dan tidak melakukan apa-apa.
“Kalau secara logika, kamu mencelakaiku lebih dulu, aku bisa sepenuhnya mengabaikan hidup dan matimu.”Yutta perlahan berkata: “Kalau kamu ada pendapat padaku, bisa menjadi alasanmu untuk mencelakaiku sesuka hati. Kalau begitu, aku pikir, bukankah aku juga bisa mengembalikan semua yang kamu lakukan padaku.”
Lagipula, Lea, menurutmu mengapa kamu bisa berdiri di depanku sekarang?”
Suara terkekeh: “Atau, kamu bisa sekali lagi menyinggung boss besar, kamu lihat, bagaimana dia memperlakukanmu.”
Tidak perlu terlalu banyak bicara.
Kalau Lea masih tidak mengerti, itu artinnya dia benar tidak mengerti atau Lea sendiri yang tidak ingin mengerti.
“A-aku tidak tahu apa yang kamu katakan. Yutta, kamu aneh sekali, mengatakan hal-hal tidak jelas, ya sudah kalau tidak ingin membantuku, tidak perlu mengatakan hal-hal tidak jelas untuk menghilangkan kecurigaanmu sendiri.”
Kalau kata “Curiga” ini, bagi orang awam, itu hanyalah makna yang dipelajari di buku teks bahasa Mandarin dan tidak memiliki terlalu banyak arti, tetapi bagi Yutta, dia takut dan muak dengan kata “Curiga”.
Wajahnya dengan cepat berubah putih pucat, menarik nafas dalam-dalam, menatap Lea, bahkan suaranya menjadi sangat kasar dan tajam. Meski suaranya sangat kasar, itu hanya membuat orang merasa aneh.
“Curiga? Lea.”Yutta mendekati Lea dengan marah saat ini, “Tahukah kamu arti dari kata ‘Curiga’ ini?
Curiga?
Curiga apa?
Kecurigaan apa yang harus aku hilangkan?
Apakah aku yang mencelakaimu?
Apakah aku yang melaporkanmu?
Lea, kamu tahu malu tidak?
Kamu mencelakai orang lain, meninggalkan jejak dan diketahui oleh perusahaan, kamu malah balik menyalahkanku tidak memohon untukmu? Lea, sebenarnya siapa yang memberikan keberanian bodoh dan tidak kenal takut padamu?
“Sebenarnya siapa yang memberikannya padamu, sekali demi sekali bersikap keterlaluan?”
“Ka-ka……kamu……”Lea tercengang, setiap kata-kata Yutta memaksanya mundur selangkah, Yutta bergerak maju selangkah demi selangkah dan Lea mundur selangkah demi selangkah, Yutta yang berada di depannya……Kenapa berbeda dengan Yutta yang dulu?
“Ah!!!! Yutta! Aku tahu! Aku tahu! Kamu pura-pura! Tampangmu yang menyedihkan itu hanya pura-pura!
Di sini tidak ada laki-laki, tidak ada Tuan Ridwan, tidak ada boss besar dan aku diusir keluar dari Hamilton, bukankah kamu berpikir tidak perlu lagi berpura-pura di depanku, karena tidak ada siapa pun yang bisa menguak sifat aslimu?
Yutta tertegun, menatap wanita yang ada di depannya……Tidak, dia masih seorang gadis, setelah menatap gadis ini cukup lama. Tiba-tiba ia tertawa, yang berbeda dari tawa diam sebelumnya, suara itu sangat jelek hingga Lea menutupi telinganya.
“Apa yang Lucu? Sudah terkuak olehku, kan?”
Yutta memiringkan kepala menatap Lea, lalu menggelengkan kepala, berkata sekata demi sekata: “Aku ingin istirahat, pulanglah.”
“Kamu mengusirku? Mimpi saja! Kamu membuat tenggorokanku seperti ini, dokter mengatakan, butuh waktu lama untuk sembuh, kalaupun sembuh, juga tidak akan seperti dulu. Sekarang kamu ingin mengusirku?”
Mendengar Lea kembali mengungkit masalah tenggorokannya, suara Yutta menjadi serak……Dulu dia juga pernah memiliki suara bagus, “Terkadang ada beberapa masalah, tidak perlu ada alasan untuk dijelaskan. Suaramu hanya rusak sementara, seharusnya kamu senang, kerusakan ini tidak bersifat permanen.”
Setelah dia selesai mengatakan kata-kata tidak jelas ini, ia tidak memberikan kesempatan kepada Lea untuk berbicara, dan kembali berkata: “Kamu benar tidak pergi?”
“Jangan pikir bisa mengusirku.”
Yutta menganggukkan kepala, mengambil hp, menelepon Suming, berkata: “Kak Suming, aku ingin merepotkanmu membantuku menyampaikan pesan kepada boss besar, aku menarik kembali permintaan awalku kepada boss besar untuk mengampuni Lea. Selain itu, aku bersedia mengorbankan segalanya.”
Lea yang mendengar ini, wajahnya menjadi putih pucat, “Yutta, jangan!”
Yutta yang belum menutup telepon, melirik Lea, lalu berkata kepada Suming di telepon: “Kak Suming, tunggu sebentar.”
Dia menatap Lea kembali dan bertanya:
“Apakah sekarang kamu sudah mengerti apa yang aku katakan sebelumnya?”
Wajah Lea putih pucat dan gugup menatap hp yang ada di tangan Yutta, meskipun masih ada keengganan di matanya, tetapi dia tetap menganggukkan kepala.
Yutta berkata kepada Suming yang ada di telepon: “Kak Suming, maaf, apa yang aku katakan padamu barusan belum aku pikirkan dengan baik, untuk sementara jangan sampaikan kepada boss besar dulu.”
Yutta mengatakannya dengan pelan, tetapi kesempatan Lea untuk menyela tidak ada, kecepatan berbicara Yutta tidak cepat, tetapi tidak membiarkan orang lain untuk menyela:
“Lea, aku dan kamu hanya sebatas teman kerja dan teman sekamar, aku tidak berhutang padamu. Pernahkah kamu memikirkan ini? Membantumu atau tidak, itu tergantung dari keinginanku sendiri.”
Novel Terkait
Cinta Yang Paling Mahal×
- Bab 1 Penjarakan Dia
- Bab 2 Semuanya Ini Adalah Maksud Dari Tuan Cassio
- Bab 3 Keluar Dari Penjara
- Bab 4 Kebetulan Melihat Pasangan Yang Kencan Diam-Diam
- Bab 5 Mencari Masalah Untuk Diri Sendiri
- Bab 6 Kamu Tidak Bermaksud Menyapa Aku?
- Bab 7 Cium Dia
- Bab 8 Penyelaan Oleh Ridwan
- Bab 9 Amarah Dan Hinaannya
- Bab 10 Ditangkap Setelah Melarikan Diri
- Bab 11 Dia Datang
- Bab 12 Yutta Yang Tidak Percaya Diri
- Bab 13 Memindahkan Dia Ke Departemen Hubungan Masyarakat
- Bab 14 Penghinaan Dan Penyiksaan
- Bab 15 Mempermalukan
- Bab 16 Bukan Yang Paling Memalukan
- Bab 17 Hanya Lebih Memalukan
- Bab 18 Tubuhmu Dingin Atau Panas
- Bab 19 Tersebar Dengan Luas
- Bab 20 Kritikan Lea
- Bab 21 Eldric, Dengar
- Bab 22 Dia Menghindari Eldric
- Bab 23 Eldric Menciumnya
- Bab 24 Apakah Kamu Meremehkan Yutta
- Bab 25 Kamu Kira Dirimu Lebih Mulia Dari Yutta
- Bab 26 Jangan Terburu-Buru Satu Persatu
- Bab 27 Membantu Dia Melampiaskan Amarah
- Bab 28 Tuan Lucas
- Bab 29 Wanita Gila
- Bab 30 Gadis Malang
- Bab 31 Kak Lucas...
- Bab 32 Terakhir Kali Tanya padamu
- Bab 33 Ridwan Kamil VS Yutta Aloysia
- Bab 34 Awal Permasalahan
- Bab 35 Mempersulit
- Bab 36 Tidak Tahu Malu
- Bab 37 Penipuan Untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 38 Apakah Yang Dia Inginkan Terlalu Banyak?
- Bab 39 Bagaimana Merendahkan Diri Bisa Interpretasikan Kesombongan
- Bab 40 Perburuan Berdarah Dimulai
- Bab 41 Aku Ingin Kamu Menemaniku Malam Ini
- Bab 42 Apakah Yang Dia Inginkan Hanya Sebuah Ciuman?
- Bab 43 Alasan Eldric Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 44 Orang Yang Tidak Tahu Malu
- Bab 45 Ridwan Memberi Pelajaran Kepada Lea Si Hati Jahat
- Bab 46 Lea Trisa Demi Menjaga Diri Mendorong Yukka Aloysia untuk Menghalang
- Bab 47 Eldric Cassio Emosi
- BAB 48 Tidak Boleh Mati
- BAB 49 Yutta Aloysia Ikut Aku
- BAB 50 Dengan Kuat Menghentikan Mulut yang Mengganggunya
- Bab 51 Malam Ini Temani Aku Tidur
- Bab 52 Perhatian Di Balik Penampilan Dingin Yang Sengaja Diperlihatkan
- Bab 53 Apakah Kamu Tahu Siapa yang Menyelamatkan Yutta
- Bab 54 Memeriksa
- Bab 55 Bawa Aku Menemuinya
- Bab 56 Aku Akan Mengabulkanmu
- Bab 57 Kekurangan Ginjal
- Bab 58 Kesakitan
- Bab 59 Kelembutan Eldric
- Bab 60 Malah Menuangkan Garam
- Bab 61 Kelembutan Yang Canggung
- Bab 62 Sesuatu Yang Tidak Aku Inginkan
- Bab 63 Tidak Tahu Malu, Menggoda Tuan Kamil
- Bab 64 Apa Yang Dilakukannya Dengan Ridwan
- Bab 65 Keputusannya
- Bab 66 Kalau Sakit, Gigitlah
- Bab 67 Ciuman Melanda
- Bab 68 Kebencian Lea
- Bab 69 Bertemu Larut Malam Di Pinggir Jalan
- Bab 70 Ingat, Namaku Zarco Rius
- Bab 71 Yutta Marah
- Bab 72 Sangat Acuh Tidak Acuh
- Bab 73 Dengarkan Nasihat Kak Ming, Menjauhlah Dari Pria Itu
- Bab 74 Jadilah Pacarku Saja
- Bab 75 Yutta Aloysia Yang Menggila, Eldric Cassio Yang Menggila
- Bab 76 Yutta Aloysia, Yutta Aloysia
- Bab 77 Rayon Lucas Dan Karim Heng
- Bab 78 Jangan Sentuh Tempat Itu Lagi
- Bab 79 Tuan Karim Heng Aku Butuh Sepuluh Miliar
- Bab 80 Perburuan Ini Berubah Menjadi Tidak Menarik
- Bab 81 Hanya Ingin Berburu, Tidak Memiliki Perasaan
- Bab 82 Perubahan Yutta Aloysia
- Bab 83 Mendorong Masuk Ke Dalam Neraka
- Bab 84 Kemana Saja Kamu Adikku?
- Bab 85 keras Kepala dan Tetap Tegar
- Bab 86 Bukankah Ini Adalah Nona Aloysia?
- Bab 87 Kamu Bisa Berlutut Sekarang
- Bab 88 Biarkan Aku Pergi
- Bab 89 Livin Bukan Tidak Bersalah
- Bab 90 Bos! Tolong!
- Bab 91 Menghancurkan Harapan Dengan Tangan Sendiri
- Bab 92 Penyesalan Terakhir Dalam Hidup ini Adalah Bertemu Denganmu
- Bab 93 Akulah Yang Telah Buta Mata Dan Buta Hati
- Bab 94 Masing-Masing Semuanya Bukanlah Orang Yang Mudah Ditangani
- Bab 95 Telah Membayar Yang Harus Dibayar
- Bab 96 Sudah Gila Sejak Lama
- Bab 97 Eldric Tidak Menyadari Perasaannya Sendiri
- Bab 98 Saudara
- Bab 99 Siapa Kamu?
- Bab 100 Menghancurkan Impiannya dan Kak Lucas
- Bab 101 Kebenaran Tentang Ginjal Kiri Diangkat
- Bab 102 Eldric, Kamu Sudah Gila!
- Bab 103 Yang Bisa Menahannya Bukanlah Pria
- Bab 104 Ridwan Kamil, Ridwan Kamil Membuat Orang Sakit Hati
- Bab 105 Kamu Berdiri Di Sana Saja Aku Akan Berjalan Mendekatimu
- Bab 106 Pikiran Yang Tersembunyi Di Buku Catatan Harian
- Bab 107 Jebakan Yang Terlalu Dalam
- Bab 108 Apakah Bagaimanapun Juga Boleh?
- Bab 109 Lakukan Apa Yang Tuhan Minta Anda Lakukan
- Bab 110 Berpapasan
- Bab 111 Eldric VS Ridwan
- Bab 112 Kamu Boss Besar, Jadi Tidak Perlu Membayar?
- Bab 113 Sudah Bergerak
- Bab 114 Menemani Sampai Akhir
- Bab 115 Tekanan Tak Terbatas
- Bab 116 Menemani Adalah Pengakuan Cinta Terdalam
- Bab 117 Kegembiraan Kecil Ridwan
- Bab 118 Karim Mempersulit Segalanya
- Bab 119 Ketenangan Sebelum Badai
- Bab 120 Seolah Melihat Yutta Yang Dulu
- Bab 121 Ini Adalah Sebuah Permainan
- Bab 122 Melihat, Mendengar Dan Mengetahui
- Bab 123 Mereka Tidak Pantas Melihatnya
- Bab 124 Kamu Lihat, Aku Tidak Menangis
- Bab 125 Boss Yutta Aloysia Menghilang
- Bab 126 Dia Mencari Wanita Itu Dengan Menggila
- Bab 127 Kelabilan dan Sakit Hati Ridwan Kamil
- Bab 128 Kelembutan Eldric Di Bawah Sikap Dingin
- Bab 129 Tunggu Aku Di Atas Ranjang