Cinta Yang Paling Mahal - Bab 1 Penjarakan Dia
“Bukan aku, percayalah padaku.” Yutta Aloysia dengan keras kepalanya menatap tajam ke orang yang ada di dalam mobil. Hujan deras terus mengguyur dan jendela mobil sudah basah karena hujan. Lewat jendela yang basah penuh butiran air itu, terlihat samar-samar wajah tampan yang dingin di dalam mobil. Yutta berdiri dengan tubuh gemetaran di luar mobil, dengan dipisahkan jendela mobil, dia berteriak dengan keras " Eldric Cassio! Setidaknya dengarkan dulu!"
Ketika pintu mobil tiba-tiba terbuka, Yutta tidak sempat berbahagia. Dia tiba-tiba ditarik oleh kekuatan yang besar ke dalam mobil itu, dia pun langsung terjatuh di atas tubuh pria itu. Kemeja putih kering putih itu langsung ikut basah.
" Eldric, para bajingan yang melukai Livin itu bukan aku yang menyuruhnya...” Baru saja Yutta bicara, jemari yang ramping dan kuat tiba-tiba meremas dagunya tanpa ampun, lalu terdengar suara mempesona yang unik dan berat dari atas kepalanya "Kamu ini, apakah begitu sangat menyukaiku?"
Suara dingin yang diikuti dengan sedikit bau tembakau, itu aroma pria tersebut.
“Apa?” Yutta sedikit bingung. Dia memang menyukai pria ini dan seluruh dunia tahu, tapi kenapa pria ini malah tiba-tiba menanyakan ini sekarang?
Pria itu meremas dagu Yutta dan tangannya yang lain yang ramping dan kuat, mengulur ke arahnya, jemari tangannya yang hangat jatuh ke pipi Yutta yang basah karena hujan. Yutta melembut karena tatapan sepasang mata pria itu yang begitu hangat. Dia terlena dan seperti mendengar sebuah kalimat selanjutnya yang ditanyakan oleh pria itu “Apakah kedinginan?”
Pria itu tiba-tiba mengeluarkan nafas sedingin es dan berkata dengan dinginnya " Yutta, apakah kamu memang begitu sangat menyukaiku? Kamu sangat menyukainya sehingga kamu sampai tidak ragu sama sekali untuk membunuh Livin?"
Rasa dingin datang dari lubuk hati langsung menyebar ke seluruh anggota tubuh dalam sejenak. Yutta langsung tersadar dari lamunannya dan dia pun tersenyum pahit dan berkata pada dirinya sendiri, kelembutan pria ini mana mungkin diberikan kepadanya. Ternyata ini bukan sebuah kelembutan, melainkan hanya senyuman dari setan.
"Aku tidak ada niat apapun untuk membunuh Livin..." Dia ingin menjelaskan untuk membela dirinya sendiri.
“Benar, kamu tidak berniat untuk membunuh Livin, kamu hanya menghabiskan beberapa uangmu saja untuk menyewa beberapa preman untuk memperkosa Livin.” Mata pria itu berangsur-angsur menjadi kesal dan penuh amarah. Dia tidak memberi Yutta kesempatan untuk menjelaskan sama sekali dan tangan besarnya sriet menarik baju Yutta dan langsung merobek baju itu begitu saja.
“Awww!!”
Bersamaan dengan teriakan Yutta, Yutta didorong keluar dari mobil tanpa ampun dan langsung jatuh ke guyuran hujan dengan sangat menyedihkan. Suara dingin pria itu terdengar lagi di telinganya dengan sangat jelas dalam hujan,
" Yutta, Nona Aloysia, apa yang kamu lakukan pada Livin, maka aku juga akan memperlakukanmu seperti itu juga. Bagaimana enaknya berpakaian dengan tak karuan seolah telanjang seperti itu?”
Bruaaakk!
Yutta tiba-tiba mengangkat kepalanya dan melihat ke pintu mobil yang ditutup dengan tatapan tidak percaya. Pria itu duduk di dalam mobil, memberinya pandangan merendahkan, lalu dia mengambil sapu tangan dan perlahan menyeka jarinya "Nona Aloysia, aku sangat lelah sekarang, jadi tolong kamu pulang saja.”
" Eldric! Dengarkan aku! Aku benar-benar..."
“Bukan tidak boleh bagiku untuk mendengarkan Nona Aloysia bicara.” Pria itu mengangkat kelopak matanya dengan santai, lalu melirik ke arah Yutta “Nona Aloysia Jika kamu bersedia berlutut di depan kediaman rumah keluarga Cassio dalam semalam, mungkin saja suasana hatiku membaik dan bersedia memberi Nona Aloysia waktu sepuluh menit untuk menjelaskan.”
Pintu mobil ditutup tiba-tiba, sebuah sapu tangan dilempar keluar dari mobil dan langsung jatuh di depan Yutta hingga jatuh dan kotor karena hujan.
Yutta menunduk, mengambil sapu tangan itu dari air hujan dan meremasnya dengan kuat di telapak tangannya.
Mobil itu melaju ke dalam kediaman rumah keluarga Cassio, gerbang besi halaman rumah keluarga Cassio pun ditutup dengan keras di depan Yutta tanpa ampun
Di tengah hujan, wajah Yutta tampak sangat pucat. Dia berdiri sejenak, lalu tiba-tiba mengangkat kepala berjalan tepat di gerbang besi halaman rumah keluarga Cassio. Dia menggigit bibirnya dengan erat dan kemudian menurunkan lututnya ke tanah.
Dia berlutut!
Bukan karena merasa berdosa atau mengakui dia bersalah!
Dia berlutut hanya karena Livin Mahdi adalah sahabat baiknya! Sahabatnya meninggal, dia tentu saja harus berlutut dan bersujud mendoakan. Dia melakukan ini, bukan karena semua orang mengira dia membunuh Livin!
Dia berlutut!
Ini dilakukan juga untuk memohon pada pria itu untuk memberinya waktu sepuluh menit hanya untuk mendengarkannya!
Pakaian di tubuhnya robek compang-camping tidak karuan, nyaris tidak bisa menutupi bagian penting di dadanya. Dia menutupi tubuhnya dengan tangan, tapi pinggangnya tegak lurus. Dia bangga, dia berlutut seperti ini dengan bangga dan dengan tidak pantang menyerah! Harga dirinya, martabatnya. Dia ini adalah Yutta dari Shanghai!
Dia memaksa dirinya untuk berlutut, hanya untuk mendapatkan kesempatan menjelaskan semua dengan sejelas-jelasnya. Dia tidak akan pernah mengakui apapun hal yang tidak pernah dia lakukan!
Tapi, apakah benar-benar ada kesempatan ini?
Apakah dia benar-benar bisa menjelaskan ini dengan sejelas-jelasnya?
Dan benar-benar apakah ada orang yang akan mempercayai ucapannya?
Hujan turun semakin deras, dari awal sampai akhir hujan tidak berhenti sama sekali.
***
Semalam pun berlalu,
Di tengah hujan lebat, Yutta masih berlutut di luar kediaman rumah keluarga Cassio.
Hujan membasahi bajunya dan dia telah berlutut di tengah hujan sepanjang malam.
Pagi akhirnya tiba, rumah yang tadinya sunyi semalaman, akhirnya tampak ada napas manusia di dalamnya. Kepala pelayan berambut putih berjalan dari pekarangan rumah sambil membawa payung hitam yang bermodel tua.
Gerbang besi yang menyegel rumah itu sepanjang malam tiba-tiba berderit, lalu terbuka ke dua arah di sampingnya. Yutta akhirnya bergerak, mengangkat kepalanya yang terkulai dan melihat kepala pelayan yang berdiri di tengah gerbang besi sambil tersenyum pucat.
“Nona Aloysia, Tuan Cassio meminta anda untuk pergi dari sini.” Pelayan rumah tangga yang sudah tua itu rambutnya tampak disisir dengan rapi. Bahkan jikapun hujan, tidak akan mungkin tampak ada rambut yang berantakan. Dia seperti pohon dan tanaman yang berdiri keras di kediaman rumah keluarga Cassio yang tidak akan bisa dipangkas oleh siapapun. Pelayan rumah itu melemparkan satu set pakaian untuk Yutta.
Yutta mengulurkan tangannya yang basah penuh air di sepanjang malam, lalu segera memakai pakaian itu dengan gemetaran. Dia membuka bibirnya yang pucat dan tak ada warna darah, dengan suaranya yang serak dan tegas "Aku mau bertemu dengannya."
Kepala pelayan yang tua itu tidak mengangkat kelopak matanya sama sekali dan langsung menyampaikan kata-kata tuan dari pemilik rumah itu "Tuan Cassio bilang kalau keberadaan Nona Aloysia ini telah mencemari lingkungan rumah ini, sehingga Nona Aloysia benar-benar merusak pemandangannya.”
Dari saat kejadian itu terjadi hingga saat ini, Yutta tidak pernah menunjukkan kelemahan sedikitpun. Pada saat ini, dia berpura-pura menjadi kuat, tidak peduli seberapa keras untuk mempertahankan kepura-puraannya yang mencoba kuat ini,pundaknya bergetar mengungkapkan hatinya yang sedih dan terluka.
Yutta memejamkan mata, wajahnya basah penuh air hujan. Semua itu membuat orang bingung dan tak bisa melihat jelas yang ada di sudut matanya itu air hujan atau air mata. Pelayan rumah yang tua itu menatapnya dengan tatapan kosong. Yutta membuka matanya lagi, mengangkat kepalanya dan berkata kepada pelayan rumah yang sudah tua itu "Pak Mahdi, tidak peduli apa yang kamu pikirkan. Aku tetap akan bilang kalau aku tidak pernah menyewa preman atau gengster manapun untuk menghancurkan kesucian Livin. Bagaimanapun mengenai kebencianmu, aku tak punya cara untuk menerima semua keluhan dan kebencian itu.”
Meskipun Yutta kelelahan, tapi dia mengatakan setiap kata dari mulutnya dengan sangat jelas sambil menggertakkan giginya. Dia ini seorang wanita yang memang sejenak mau menundukkan kepalanya, namun dia tetap saja penuh kebanggaan.
Pelayan tua akhirnya bereaksi selain mengabaikannya, dua alis putihnya naik ke atas dan matanya memandang Yutta dengan tatapan jijik "Livin adalah putriku. Dia berperilaku sangat baik dan bijaksana sejak dia masih kecil. Dia tidak pernah menginjakkan kaki di tempat yang kacau dan kotor seperti bar di kejadian malam itu. Tapi dia diperkosa sampai mati oleh sekelompok preman di tempat dimana penuh dengan preman itu.
Nona Aloysia, kami telah memeriksa riwayat panggilan dan semua pesan di ponselnya. Sebelum kejadian itu, dia menelepon anda dan mengirimi anda sebuah pesan singkat. Isi pesan singkatnya adalah Aku sudah sampai di bar ‘Matcha’ kamu dimana."
Kepala pelayan tua itu menatapnya penuh kebencian “Nona Aloysia, yang kamu bunuh bukanlah kucing, ataupun anjing kecil, tapi kamu membunuh orang hidup! Orangnya saja sudah mati, tapi kamu masih membantahnya. Semua orang tahu anda Nona Aloysia terobsesi dengan Tuan Cassio dan Tuan Cassio hanya memiliki dan menyukai putriku Livin di dalam hatinya. Tapi dia sangat jijik dan membenci anda dalam hatinya. Jelas sekali kami iru pada Livin dan kamu tidak bisa meminta dan mendapatkan Tuan Cassio, jadi kamu ingin merusak kesucian Livin. Kekejaman menjijikan Nona Aloysia ini sungguh membuat orang tidak berani menghormati anda sedikitpun!”
Yutta tidak bisa berkata-kata. Livin adalah putri dari Pak Mahdi. Dia adalah cintanya Eldric. Sedangkan Yutta adalah wanita pemeran pendukung yang cintanya tak berbalas oleh Eldric. Dan sekarang, Livin sudah mati.Dia Yutta bukan lagi hanya seorang wanita pemeran pendukung saja, tapi juga wanita pemeran pendukung yang sangat kejam dan menjijikan.
"Nona Aloysia tolong pergilah." Kata kepala pelayan tua itu, lalu berkata lagi "Oh iya, Tuan Cassio memintaku untuk menyampaikan sepatah kata lagi kepada Nona Aloysia."
Yutta tiba-tiba melihat langsung ke pelayan tua itu.
"Tuan Cassio bilang, kenapa orang yang mati itu bukan kamu?"
Tubuh Yutta yang berlutut di tanah gemetaran tak tertahankan, terasa rasa sakit yang begitu perih dan tajam muncul dari hatinya.
Kepala pelayan tua itu berbalik dan sudut mulutnya yang keriput dengan dingin ditarik membentuk lengkungan yang kaku, membuat wajah tua itu terlihat dingin dan kejam.
Livin dibunuh oleh Yutta, dia tidak senang dan dia sangat membenci kekejaman Yutta ini.
Yutta menopang tubuhnya yang kedinginan, yang mana dinginnya merasuk sampai ke tulang. Dia berdiri dengan terhuyung-huyung. Baru saja berdiri sejenak, kakinya kesemutan dan langsung menurunkan pantatnya ke aspal keras dan menertawakan dirinya sendiri. Kenapa orang yang mati itu bukan kamu?
Benar-benar seperti orang itu yang mengatakan. Yutta memberikan senyuman yang bahkan lebih jelek dari pada menangis “Livin, Livin, kematianmu ini, membuatku jadi pelampiasan kemarahan dan kebencian semua orang.
Di lantai dua kediaman rumah keluarga Cassio, pria bertubuh kurus namun tegap dengan pundak lebar dan pinggul yang ramping. Eldric dengan santai menutupi tubuhnya dengan piyama warna hitam, kakinya yang telanjang dan tubuh jangkungnya yang seksi berdiri diam di depan jendela gaya prancis. Dia melihat ke luar rumahnya dengan santai, memperhatikan punggung seseorang di hujan itu.
“Tuan Cassio, apa yang telah anda minta sampaikan, saya telah menyampaikannya kepada Nona Aloysia tanpa kurag sepatah kata pun.” Setelah kepala pelayan tua mengusir Yutta, dia pun diam-diam berdiri di depan pintu kamar utama dan melaporkan tugasnya.
Eldric menggoyangkan gelas anggur merah di tangannya. Mendengar kata-kata pelayan tua itu, dia dengan santai menarik pandangan matanya dari Yutta. Dia pun memerintahkan sesuatu dengan santai “Beri tahu anggota keluarga Aloysia. Jika mereka menginginkan Yutta, maka tidak ada orang keluarga Aloysia. Jika ingin orang keluarga Aloysia, maka mulai sekarang tidak ada Yutta di orang keluarga Aloysia."
"Baik."
“Kedua, umumkan ke sekolah S, kalau tidak ada dokumen Yutta di sekolah S. Aku diberitahu kalau Yutta dikeluarkan karena pergaulan bebas dan berkelahi selama di kampus. Pendidikan tertingginya adalah SMP.
"Iya."
"Yang terakhir." Eldric menggerakkan bibir tipisnya yang dingin "Penjarakan dia."
Pelayan tua tiba-tiba mengangkat kepalanya setelah mendengar ini dan tertegun "Tuan Cassio?"
“Pembunuhan harus dibayar dengan seumur hidupnya, orang-orang yang disewa olehnya yang diminta dengan sengaja mengambil nyawa orang. Membuatnya masuk penjara selama tiga tahun. Kenapa? Apa menurut Pak Mahdi, apa yang aku lakukan ini tidak benar?” Batas waktu tiga tahun ditetapkan oleh Eldric untuk Yutta. Bukti yang ada memang tidak cukup, tapi Eldric telah memutuskan dengan emosinya.
"Tidak, Tuan Cassio telah melakukan hal yang benar.... Terima kasih Tuan Cassio, hiks hiks hiks." kepala pelayan tua menangis dan mulai menyeka air matanya "Jika bukan karena tuan, Yutta yang melakukan kesalahan pada Livin, tidak akan mungkin mendapatkan hukuman apapun. Yutta sebagai anggota keluarga Aloysia, aku sama sekali tidak bisa mengutak atiknya karena dia adalah anggota keluarga Aloysia. Terima kasih tuan, terima kasih tuan, hiks hiks hiks.”
Eldric berbalik dan berdiri di depan jendela, melihat ke punggung seseorang yang telah menghilang ke sudut jalan beraspal di bawah. Dengan tatapan samar di bawah matanya, jari rampingnya memegang erat gelas anggur, lalu mengangkat kepalanya dan langsung meneguk anggur merah itu sampai habis dan menelannya masuk ke perut.
“Pak Mahdi, aku memberi pelajaran kepada Yutta, bukan karena Livin adalah putrimu. Tapi karena Livin adalah wanita yang aku sukai.” Kata Eldric pelan.
***
Yutta menyeret tubuhnya yang kelelahan dan kembali ke rumah keluarga Aloysia.
Dia tidak bisa lagi masuk melangkahkan kaki ke pintu rumah keluarga Aloysia. Kepala pelayan keluarga Cassio yang telah melayani orang keluarga Aloysia sepanjang hidupnya menyampaikan ucapan Eldric dan Yutta pun dengan jelas diusir dari rumah keluarga Aloysia. Dia bahkan tidak melihat sosok ayah dan ibu kandungnya dari awal hingga akhir.
Apakah mereka begitu takut pada Eldric ? Yutta menggerakkan sudut mulutnya, menarik kembali pandanga matanya. Gerbang besi rumah itu telah menghapus dengan bersih hubungan antara dia dan orang keluarga Aloysia. Membersihkan semua hal yang merupakan miliknya di masa lalu.
Yutta tidak bisa mengatakan dengan jelas perasaannya saat ini. Begitu berbalik, dua pria berseragam polisi menghentikannya “Nona Aloysia, karena anda telah menghabiskan uang untuk menyuruh orang lain menghancurkan kesucian nona Livin, sehingga menyebabkan nona Livin meninggal dalam kejadian itu. Sekarang silahkan anda ikut bersama kami.”
Sebelum dibawa ke penjara, Yutta melihat Eldric, pria yang berdiri di dekat jendela dengan aura yang kuat.
Yutta menggelengkan kepalanya dan berkata dengan tegas "Aku tidak membunuh Livin."
Tubuh kurus Eldric berjalan ke depan Yutta tanpa terburu-buru. Yutta berkata pada dirinya sendiri untuk tidak takut, dia tidak bersalah dan dia tidak melakukan kejahatan apapun.
Wajah kecil yang halus itu terangkat tanpa rasa takut, bersikeras untuk mempertahankan ketenangannya, tetapi pundaknya yang gemetaran masih saja menunjukkan ketegangannya. Semua ini tertangkap oleh sepasang mata yang tajam.
Novel Terkait
Air Mata Cinta
Bella CiaoAwesome Husband
EdisonUntouchable Love
Devil BuddyKing Of Red Sea
Hideo TakashiThe True Identity of My Hubby
Sweety GirlMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaKembali Dari Kematian
Yeon KyeongJalan Kembali Hidupku
Devan HardiCinta Yang Paling Mahal×
- Bab 1 Penjarakan Dia
- Bab 2 Semuanya Ini Adalah Maksud Dari Tuan Cassio
- Bab 3 Keluar Dari Penjara
- Bab 4 Kebetulan Melihat Pasangan Yang Kencan Diam-Diam
- Bab 5 Mencari Masalah Untuk Diri Sendiri
- Bab 6 Kamu Tidak Bermaksud Menyapa Aku?
- Bab 7 Cium Dia
- Bab 8 Penyelaan Oleh Ridwan
- Bab 9 Amarah Dan Hinaannya
- Bab 10 Ditangkap Setelah Melarikan Diri
- Bab 11 Dia Datang
- Bab 12 Yutta Yang Tidak Percaya Diri
- Bab 13 Memindahkan Dia Ke Departemen Hubungan Masyarakat
- Bab 14 Penghinaan Dan Penyiksaan
- Bab 15 Mempermalukan
- Bab 16 Bukan Yang Paling Memalukan
- Bab 17 Hanya Lebih Memalukan
- Bab 18 Tubuhmu Dingin Atau Panas
- Bab 19 Tersebar Dengan Luas
- Bab 20 Kritikan Lea
- Bab 21 Eldric, Dengar
- Bab 22 Dia Menghindari Eldric
- Bab 23 Eldric Menciumnya
- Bab 24 Apakah Kamu Meremehkan Yutta
- Bab 25 Kamu Kira Dirimu Lebih Mulia Dari Yutta
- Bab 26 Jangan Terburu-Buru Satu Persatu
- Bab 27 Membantu Dia Melampiaskan Amarah
- Bab 28 Tuan Lucas
- Bab 29 Wanita Gila
- Bab 30 Gadis Malang
- Bab 31 Kak Lucas...
- Bab 32 Terakhir Kali Tanya padamu
- Bab 33 Ridwan Kamil VS Yutta Aloysia
- Bab 34 Awal Permasalahan
- Bab 35 Mempersulit
- Bab 36 Tidak Tahu Malu
- Bab 37 Penipuan Untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 38 Apakah Yang Dia Inginkan Terlalu Banyak?
- Bab 39 Bagaimana Merendahkan Diri Bisa Interpretasikan Kesombongan
- Bab 40 Perburuan Berdarah Dimulai
- Bab 41 Aku Ingin Kamu Menemaniku Malam Ini
- Bab 42 Apakah Yang Dia Inginkan Hanya Sebuah Ciuman?
- Bab 43 Alasan Eldric Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 44 Orang Yang Tidak Tahu Malu
- Bab 45 Ridwan Memberi Pelajaran Kepada Lea Si Hati Jahat
- Bab 46 Lea Trisa Demi Menjaga Diri Mendorong Yukka Aloysia untuk Menghalang
- Bab 47 Eldric Cassio Emosi
- BAB 48 Tidak Boleh Mati
- BAB 49 Yutta Aloysia Ikut Aku
- BAB 50 Dengan Kuat Menghentikan Mulut yang Mengganggunya
- Bab 51 Malam Ini Temani Aku Tidur
- Bab 52 Perhatian Di Balik Penampilan Dingin Yang Sengaja Diperlihatkan
- Bab 53 Apakah Kamu Tahu Siapa yang Menyelamatkan Yutta
- Bab 54 Memeriksa
- Bab 55 Bawa Aku Menemuinya
- Bab 56 Aku Akan Mengabulkanmu
- Bab 57 Kekurangan Ginjal
- Bab 58 Kesakitan
- Bab 59 Kelembutan Eldric
- Bab 60 Malah Menuangkan Garam
- Bab 61 Kelembutan Yang Canggung
- Bab 62 Sesuatu Yang Tidak Aku Inginkan
- Bab 63 Tidak Tahu Malu, Menggoda Tuan Kamil
- Bab 64 Apa Yang Dilakukannya Dengan Ridwan
- Bab 65 Keputusannya
- Bab 66 Kalau Sakit, Gigitlah
- Bab 67 Ciuman Melanda
- Bab 68 Kebencian Lea
- Bab 69 Bertemu Larut Malam Di Pinggir Jalan
- Bab 70 Ingat, Namaku Zarco Rius
- Bab 71 Yutta Marah
- Bab 72 Sangat Acuh Tidak Acuh
- Bab 73 Dengarkan Nasihat Kak Ming, Menjauhlah Dari Pria Itu
- Bab 74 Jadilah Pacarku Saja
- Bab 75 Yutta Aloysia Yang Menggila, Eldric Cassio Yang Menggila
- Bab 76 Yutta Aloysia, Yutta Aloysia
- Bab 77 Rayon Lucas Dan Karim Heng
- Bab 78 Jangan Sentuh Tempat Itu Lagi
- Bab 79 Tuan Karim Heng Aku Butuh Sepuluh Miliar
- Bab 80 Perburuan Ini Berubah Menjadi Tidak Menarik
- Bab 81 Hanya Ingin Berburu, Tidak Memiliki Perasaan
- Bab 82 Perubahan Yutta Aloysia
- Bab 83 Mendorong Masuk Ke Dalam Neraka
- Bab 84 Kemana Saja Kamu Adikku?
- Bab 85 keras Kepala dan Tetap Tegar
- Bab 86 Bukankah Ini Adalah Nona Aloysia?
- Bab 87 Kamu Bisa Berlutut Sekarang
- Bab 88 Biarkan Aku Pergi
- Bab 89 Livin Bukan Tidak Bersalah
- Bab 90 Bos! Tolong!
- Bab 91 Menghancurkan Harapan Dengan Tangan Sendiri
- Bab 92 Penyesalan Terakhir Dalam Hidup ini Adalah Bertemu Denganmu
- Bab 93 Akulah Yang Telah Buta Mata Dan Buta Hati
- Bab 94 Masing-Masing Semuanya Bukanlah Orang Yang Mudah Ditangani
- Bab 95 Telah Membayar Yang Harus Dibayar
- Bab 96 Sudah Gila Sejak Lama
- Bab 97 Eldric Tidak Menyadari Perasaannya Sendiri
- Bab 98 Saudara
- Bab 99 Siapa Kamu?
- Bab 100 Menghancurkan Impiannya dan Kak Lucas
- Bab 101 Kebenaran Tentang Ginjal Kiri Diangkat
- Bab 102 Eldric, Kamu Sudah Gila!
- Bab 103 Yang Bisa Menahannya Bukanlah Pria
- Bab 104 Ridwan Kamil, Ridwan Kamil Membuat Orang Sakit Hati
- Bab 105 Kamu Berdiri Di Sana Saja Aku Akan Berjalan Mendekatimu
- Bab 106 Pikiran Yang Tersembunyi Di Buku Catatan Harian
- Bab 107 Jebakan Yang Terlalu Dalam
- Bab 108 Apakah Bagaimanapun Juga Boleh?
- Bab 109 Lakukan Apa Yang Tuhan Minta Anda Lakukan
- Bab 110 Berpapasan
- Bab 111 Eldric VS Ridwan
- Bab 112 Kamu Boss Besar, Jadi Tidak Perlu Membayar?
- Bab 113 Sudah Bergerak
- Bab 114 Menemani Sampai Akhir
- Bab 115 Tekanan Tak Terbatas
- Bab 116 Menemani Adalah Pengakuan Cinta Terdalam
- Bab 117 Kegembiraan Kecil Ridwan
- Bab 118 Karim Mempersulit Segalanya
- Bab 119 Ketenangan Sebelum Badai
- Bab 120 Seolah Melihat Yutta Yang Dulu
- Bab 121 Ini Adalah Sebuah Permainan
- Bab 122 Melihat, Mendengar Dan Mengetahui
- Bab 123 Mereka Tidak Pantas Melihatnya
- Bab 124 Kamu Lihat, Aku Tidak Menangis
- Bab 125 Boss Yutta Aloysia Menghilang
- Bab 126 Dia Mencari Wanita Itu Dengan Menggila
- Bab 127 Kelabilan dan Sakit Hati Ridwan Kamil
- Bab 128 Kelembutan Eldric Di Bawah Sikap Dingin
- Bab 129 Tunggu Aku Di Atas Ranjang