Cinta Yang Paling Mahal - Bab 65 Keputusannya

Mereka berpacu di sepanjang jalan. Bahkan Gitta pun merasa kecepatan bosnya agak gila.

Segerombolan orang berhenti di International Club Hamilton.

"Bos ..." Baru saja Gitta bersuara, bosnya langsung melewati sisinya dengan kecepatan kilat. Eldric melangkah ke lobi International Club Hamilton dan berjalan menuju lift tanpa berhenti.

Gitta segera mengikuti langkahnya.

Eldric terlihat sangat cuek. Kaki panjang mengambil langkah ke depan dengan frekuensi yang sangat tinggi. Kantor Suming ada di depan. Pintu tepat di hadapan. Eldric masuk dengan tergesa-gesa tanpa mengetuk pintu.

Begitu Suming mendongak, dia langsung melihat Eldric berjalan ke sofa dengan penuh emosi.

“Direktur Eldric, Yutta belum bangun.” Melihat Eldric sedang marah, Suming segera mengingatkannya. Implikasi kata-katanya adalah: Direktur Eldric, apa pun yang ingin kamu katakan, tunggu sampai Yutta bangun. Sekarang dia adalah orang yang sakit.

Eldric sama sekali tidak melihat Suming. Gitta menyusul.

Eldric membungkuk dan menggendong wanita yang sedang diinfus di sofa. Dia memberi isyarat mata pada Gitta. Gitta segera melangkah maju dan mengambil kantong infus dari penggantung besi di sisi sofa.

“Direktur Eldric, anda mau bawa Yutta ke mana!” Melihat situasi tidak benar, Suming tidak sempat memedulikan hal lain lagi. Dia bergegas maju, menghalang di pintu sebelum Eldric keluar, merentangkan tangan, memblokir jalan Eldric.

Pria di depan bertubuh tinggi dan berpostur tegak. Pada saat ini, wajah yang sangat tampan dilapisi kedinginan. Dihalang oleh Suming, Eldric menurunkan kelopak dan sekilas melihat Suming.

Hati Suming amat gelisah, sekarang dia sangat gugup. Tatapan mata Eldric membuatnya semakin panik "Direktur Eldric ..." Dia berbicara, lalu sekilas melirik ke arah Yutta, mengertakkan gigi dan berkata:

"Direktur Eldric, Yutta belum bangun, dia mau dibawa ke mana?"

Sejak masuk, ekspresi Eldric sudah sangat aneh.

Suming teringat kesengsaraan yang diderita Yutta hari ini ... Dia mengakui bahwa dia seharusnya tidak banyak urus masalah orang lain, tapi ... tapi jika bahkan dia pun tidak peduli dengan si bodoh ini, si bodoh ini hanya bisa hidup dalam kehidupan kelam dan tidak pernah bisa keluar!

"Direktur Eldric, sekarang anda tidak bisa membawanya pergi."

Suming memberanikan diri untuk mengatakan pendapatnya, hanya dia yang tahu bahwa baju di punggungnya sudah basah.

“Suming, minggir, maka bos pun tidak akan mempermasalahkan apa yang terjadi barusan.” Mata Gitta bergerak, berkata pada Suming.

Suming tahu bahwa Gitta sedang mencoba membantunya, tapi ... dia tiba-tiba mengepalkan tinjunya "Tubuh Yutta ..."

“Suming, aku cuman bilang sekali.” Tatapan dingin Eldric tertuju pada Suming, bibir tipis bergerak, memperingatkan Suming dengan acuh tak acuh "Minggir."

Saat ini dia sangat kesal. Jika Suming ingin mati, dia akan membulatkan keinginannya dengan senang hati.

Suming, aku cuman bilang sekali, minggir.... Melihat tatapan dingin Eldric, hati Suming bergidik, keringat dingin bercucuran di keningnya. Dia melihat ke arah Yutta lagi. Saat ini waktu berjalan dengan sangat lambat baginya.

Pada akhirnya, dia menundukkan kepala dan minggir ke samping ... Maaf, Yutta.

Dia juga takut pada Eldric. Dia pernah menyaksikan betapa kejam dan dinginnya pria ini dalam bertindak.

Eldric tidak akan mentolerir bawahan yang tidak patuh.

Eldric membawa Yutta pergi, meninggalkan Suming sendirian. Suming berdiri di tempat semula dengan diam tanpa bergerak.

Setelah sekian lama, barulah dia mengangkat kepalanya dan berkata dengan ringan di ruangan yang sudah kosong "Yutta, aku tetap lebih mencintai diriku sendiri, maaf."

Dia merasa kasihan pada si bodoh itu. Dari si bodoh itu, dia menemukan dia yang dulunya juga bodoh. Itu adalah masa lalu yang tidak ingin dikenangnya.

Tapi, dibandingkan dengan merasa kasihan pada si bodoh itu ... Suming tahu bahwa dia mewarisi sifat egois manusia - dia lebih mencintai dirinya.

Suming tidak melakukan kesalahan apa pun. Bahkan dari sudut pandang Suming sendiri pun dia tahu orang seperti apa bosnya itu. Hari ini dia telah memberanikan diri untuk menghalangi jalan bos dan memohon untuk Yutta ... Dia telah berusaha.

...

Di lantai 28 International Club Hamilton. Rumah Eldric bukan di sini, ini hanya tempat berpijaknya sesekali.

Gitta tidak berbicara di sepanjang jalan, dia seperti bayangan yang mengikuti pria di depannya yang penuh amarah, memegang kantong infus di tangan.

TING!

Gitta mengikuti Eldric keluar dari lift dan berjalan ke kamar tidur di lantai 28.

Tidak ada penggantung besi untuk kantong infus. Setelah menempatkan wanita di pelukan ke atas ranjang besar, pria memindahkan gantungan pakaian di pintu dan mengambil kantong infus dari tangan Gitta tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Sambil menggantung kantong infus, dia berkata dengan nada tawar "Kamu sudah boleh pergi."

"... Bo" Gitta awalnya ingin mengatakan sesuatu, tapi begitu dia bersuara, dia langsung terdiam. Dia berpikir sejenak, ragu-ragu, akhirnya berkata "Baik, bos."

Eldric tidak melihat wanita di ranjang, melainkan berjalan ke depan jendela dan duduk di sofa dekat jendela.

Dia sangat ingin membangunkan wanita di ranjang, menanyakan apa yang terjadi padanya dan Ridwan.

Namun, dia menahan keinginannya itu.

Dia duduk di sofa satu dudukan yang terbuat dari kulit anak sapi, siku ditopang di lengan sofa, satu tangan menopang kepala, diam-diam melihat ke arah ranjang besar.

Di luar, tiba-tiba ada badai petir.

Petir dan guntur bergantian.

Di bawah suara yang menggelegar itu, wanita di ranjang terbaring dengan diam seperti mayat tanpa jiwa.

Jika bukan karena dia masih bernapas, jika bukan karena dadanya masih bergerak naik turun secara teratur, dia ... benar-benar terlihat seperti mayat yang terbaring dengan diam di ranjang.

Di kamar tidur, lampu utama tidak dinyalakan, hanya lampu dinding di atas ranjang yang dinyalakan. Melalui cahaya lampu tersebut dapat terlihat apakah masih ada air di dalam kantong infus. Tapi lampu tersebut tidak bisa berfungsi seperti lampu utama, tidak bisa menerangi area di dekat jendela.

Area jendela tampak redup, kilatan petir menyambar tepat di belakang jendela tempat pria duduk, bersinar di langit dan seketika menerangi area jendela. Di bawah cahaya biru itu, wajah tampan pria terlihat semakin dingin.

"Uhm ~" Orang di ranjang tiba-tiba mengerang kesakitan, sementara pria di sofa masih duduk dan tidak bergerak.

"Hiss ~" Suara itu terdengar semakin sengsara.

Pria di sofa merapatkan tulang rahang, tapi tetap tidak bergerak.

"Uh … uh ... uhuh ..." Suara terdengar semakin menderita. Orang di ranjang perlahan meringkuk dan memeluk dirinya.

Tiba-tiba!

Pria bergerak!

Eldric tiba-tiba berdiri, tatapan dingin menyembunyikan emosi yang tidak bisa diketahui. Satu langkah, satu langkah ... TAKTAKTAK, berjalan ke ranjang.

Lengannya perlahan terentang, telapak tangan yang ramping menjulur ke arah wajah orang di ranjang.

Seketika!

Lima jari mencuat, mencekik tenggorokan orang di ranjang!

"Jika suatu hari nanti ada seseorang di dunia ini yang dapat menggoyahkan pikiranku." Eldric yang muda pernah berkata kepada Anton "Maka aku akan merenggut nyawanya."

Novel Terkait

The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu