Cinta Yang Paling Mahal - Bab 64 Apa Yang Dilakukannya Dengan Ridwan
Begitu Lea mengangkat kepala, dia langsung bertemu dengan sepasang mata yang dalam.
Bahkan saat ini pun wajah Lea masih dilapisi warna merah.
Dia memandang Ridwan dengan gugup "Tuan, Tuan Ridwan."
Dia mengedipkan mata, berharap Ridwan bisa membantunya dan menyelamatkannya.
Ridwan meletakkan botol alkohol di tangan. Dia menatap Lea, kemudian tersenyum. Detak jantung Lea bertambah kencang, agak gelisah… Seperti yang diharapkan, Tuan Ridwan masih ingat dirinya.
"Direktur Eldric, siapa dia?"
Untuk sesaat, Lea meragukan telinganya sendiri. Dia merasa dirinya seolah berada di dalam gudang es.
Eldric melipat kakinya yang panjang dengan anggun, duduk di sofa "Dia, dia bilang dia suka Tuan Ridwan. Aku rasa dia adalah gadis lugu dan polos yang peduli padamu. Sebagai teman yang tumbuh bersama denganmu, bagaimanapun aku harus mengantarkannya padamu, Tuan Ridwan. Aku melakukan ini supaya Tuan Ridwan tidak melewatkan cinta sejati.”
Jika Eldric memang berniat membuat Ridwan merasa jijik, maka Ridwan berekspresi bahwa ... dia benar-benar merasa jijik dengan kata-kata Eldric.
Melewatkan cinta sejati?
Siapa?
"Bagaiamana mungkin barang begituan bisa menjadi cinta sejatiku?"
Bibir Lea bergetar. Dia tidak menyangka bahwa dirinya begitu tak bernilai bagi Ridwan.
"Aku sudah membawanya ke sini. Kamu tidak boleh menyudahi masalah ini begitu saja." Eldric menjentikkan jarinya di udara "Gitta, isi ember terbesar di rumah Tuan Ridwan dengan air dan bawa ke sini."
Ridwan berdiri “Tunggu!” Ekspresinya dingin “Eldric, ini rumahku. Siapa yang mengizinkanmu untuk menyentuh barang-barang di rumahku sesuka hatimu?”.
Eldric menyilangkan jari dengan santai, menatap Ridwan dengan wajah dingin.
“Ini adalah rumahmu, jadi aku tidak boleh menyentuh barang-barang rumahmu sesuka hati aku.” Kata Eldric perlahan, seketika ekspresi kejam terpasang di wajahnya:
"Yutta adalah orangku, siapa yang mengizinkanmu menyentuhnya sesuka hati kamu!"
Biasanya Ridwan selalu bersikap santai. Pada saat ini, kelopak matanya berdenyut. Dia tiba-tiba menyipitkan matanya dan menatap pria di atas sofa:
"Jadi, hari ini kamu datang ke sini karena persoalan Yutta?"
Tanya Ridwan.
Eldric tersenyum formal "Iya, tapi bukan sepenuhnya iya."
Sambil berbicara, Eldric mengangkat dagunya dan menunjuk ke Lea "Kenapa kamu membenci wanita ini, aku tidak peduli. Apkah kamu mau memberi wanita ini pelajaran atau mau membunuh dia, aku tidak bisa atur. Tapi Ridwan, apakah kamu selalu melakukan sesuatu tanpa mengakhirinya dengan benar?"
Tuduhan Eldric terlalu jelas, nadanya bahkan lebih dingin. Ini membuat Ridwan menyadari kejanggalan.
“Apa maksudmu?” Kenapa wanita di lantai terlibat dalam pembicaraan lagi?
“Drian.” Eldric hanya melontarkan tiga patah kata. Pandangannya tertuju pada Ridwan, jarinya menunjuk ke Lea lagi "Paham?"
Berkata sampai sini, apa lagi yang masih belum dipahami Ridwan, apa lagi yang bisa dirahasiakan.
Tapi dia benar-benar tidak tahu mengapa wanita di lantai bisa berhubungan dengan Eldric.
"Aku tahu dia adalah karyawan Internasinal Club Hamilton." Ridwan merenung dan merasa bahwa karena dia menyentuh karyawan Eldric, temperamen Eldric yang mendominasi bisa mendorongnya melakukan apa pun:
"Tapi bukankah dia baik-baik saja? Dia juga tidak mati."
Lea sudah terkapar di lantai.
Jika dia masih tidak mengerti, maka dia benar-benar bodoh.
Ternyata benar. Tuan Ridwan yang dirindukannya benar-benar sengaja mencelakainya. Dalam benaknya terbayang gambaran Yutta meronta dengan sengsara di dalam wadah transparan, berusaha menghancurkan dinding wadah untuk meminta bantuan… Dia bergidik!
Jika bukan karena keberuntungan dia, semua itu seharusnya terjadi pada dirinya!
"Gitta, kasih tahu dia."
Gitta berkata dengan formal, menyampaikan kejadian pada hari itu kepada Ridwan secara singkat dan padat.
Usai itu, Ridwan mengepalkan tinju sambil menatap ke arah Lea yang tergeletak di lantai. Sekarang pikirannya sangat kacau ... Dia tidak menyangka ada begitu banyak hal yang terjadi.
Eldric berkata dengan dingin “Ridwan, aku tidak peduli pada apa yang kamu lakukan pada wanita ini, bahkan jika kamu membunuhnya. Tapi kamu harus mengakhiri semua yang kamu lakukan dengan benar, jangan ceroboh.” Eldric teringat Yutta “Hari itu, kalau bukan karena aku kebetulan pulang, Yutta sudah meninggal."
Ridwan bertanya dengan cemas "Bagaimana kabar Yutta?"
“Dia baik-baik saja, kamu tidak perlu peduli dengan urusannya.” Eldric berkata dengan nada tawar “Kamu ingat, jangan mencoba untuk menyentuhnya lagi di masa depan. Dia adalah milikku. Walau aku tidak mau dia, aku juga tidak mau orang lain peduli tentang dia."
Satu kalimat membuat Ridwan sangat marah!
"Eldric, kamu kira kamu itu siapa? Kamu kira segala sesuatu di dunia ini diatur oleh kamu? Kamu bilang dia adalah milikmu, jadi dia pun menjadi milik kamu?
Kalau dia benar-benar milik kamu, tahukah kamu bahwa tubuhnya berbeda dari orang lain?"
Ridwan sengaja mau membuat Eldric marah, kata-katanya itu tepat mengenai titik pemicu amarah pada Eldric.
Mata Eldric seketika menjadi dingin. Dia tiba-tiba berdiri, berjalan ke depan Ridwan, ekspresi wajah tampak seram, bertanya dengan dingin "Katakan! Apa yang kamu tahu!"
Melihat emosi Eldric melonjak, mata Ridwan terlintas kekagetan. Tapi Ridwan sangat lihai, Eldric tidak pernah mengekspresikan emosinya, sekarang Eldric malah kehilangan ketenangannya karena marah.
Mendengar pertanyaan Eldric dan melihat wajah Eldric dilapisi amarah yang kental, Ridwan langsung paham bahwa Eldric pastinya juga mengetahui perihal cacat fisik pada Yutta.
Ridwan menurunkan kelopak mata, menyembunyikan rencana yang terekspresi di mata, lalu kembali mendongak dengan paras yang lebih tenang “Aku tahu apa pun yang perlu diketahui. Aku tidak hanya tahu perbedaan tubuhnya dari orang lain, aku juga pernah menyentuhnya.” Sambil berkata, bibir Ridwan memasang senyuman mesum. Dia condong ke arah Eldric "Ada di ... pinggang belakang bagian kiri."
Kemarahan di wajah tampan Eldric berangsur-angsur memudar, tetapi di mata hitam pekat itu terdapat ketenangan sebelum terjadinya badai.
Dia memandang Ridwan untuk waktu yang lama. Pada akhirnya, dia perlahan membuka bibir tipisnya "Terakhir kali."
Kata-katanya tidak jelas, tetapi bisa dimengerti oleh Ridwan ... Eldric memperingatkan Ridwan bahwa ini adalah terakhir kalinya dia memberi tahu Ridwan untuk berhenti melakukan apa pun terhadap Yutta.
Jika tidak, pertemuan lain kali agaknya merupakan pertemuan antar senjata.
Eldric tahu betul bahwa dia merampas keperawanan Yutta. Tidak peduli apa yang dikatakan Ridwan hari ini, fakta ini tidak akan berubah.
Tapi tidak peduli berapa banyak kebohongan yang terkandung dalam kata-kata Ridwan, tidak peduli bagaimana Ridwan bisa tahu ada cacat di tubuh wanita itu, sekarang dia sangat ingin meninggalkan semua yang ada di sini dan pulang untuk menemui wanita itu dan bertanya padanya bagaimana Ridwan bisa tahu!
Sudut pandangan menyapu Lea, Gitta datang "Bos, ember sudah diisi air sesuai permintaanmu."
“Gitta, lakukanlah.” Gitta sudah mengikuti Eldric untuk waktu yang lama. Dengan hanya satu perintah dari Eldric, dia langsung tanggap. Dia menarik Lea yang ada di lantai dan menekan kepala Lea ke dalam ember yang berisi air.
"Um! Um!"
Lea meronta.
Eldric mengangkat pergelangan tangan untuk memandang arloji, berdiri di samping dengan acuh tak acuh.
Menghitung "Satu, dua ... empat menit, sudah."
Barulah Gitta menarik kepala Lea keluar dari air. Sebelum ini, seberapa kuatnya Lea meronta hingga tidak punya energi untuk meronta, Gitta tidak pernah melonggarkan kekuatan di tangannya.
Eldric menarik lengan Lea dan mendorongnya ke pelukan Ridwan "Selanjutnya, dia akan ditinggalkan di sini untuk disayangi Tuan Ridwan."
Usai berkata, Eldric berbalik dan memamitkan diri "Ayo kita pergi dari sini."
Dia mau pulang dan bertanya kepada wanita itu apa yang telah dilakukannya dengan Ridwan, mengapa Ridwan tahu tentang cacat fisiknya!
Tidak terlihat perubahan emosi di ekspresi pria. Wajahnya yang tampan terlihat tenang, tetapi itu adalah ketenangan sebelum badai melanda!
Novel Terkait
The Revival of the King
ShintaLove And War
JanePejuang Hati
Marry SuThe Sixth Sense
AlexanderCinta Tak Biasa
SusantiSomeday Unexpected Love
AlexanderCinta Yang Paling Mahal×
- Bab 1 Penjarakan Dia
- Bab 2 Semuanya Ini Adalah Maksud Dari Tuan Cassio
- Bab 3 Keluar Dari Penjara
- Bab 4 Kebetulan Melihat Pasangan Yang Kencan Diam-Diam
- Bab 5 Mencari Masalah Untuk Diri Sendiri
- Bab 6 Kamu Tidak Bermaksud Menyapa Aku?
- Bab 7 Cium Dia
- Bab 8 Penyelaan Oleh Ridwan
- Bab 9 Amarah Dan Hinaannya
- Bab 10 Ditangkap Setelah Melarikan Diri
- Bab 11 Dia Datang
- Bab 12 Yutta Yang Tidak Percaya Diri
- Bab 13 Memindahkan Dia Ke Departemen Hubungan Masyarakat
- Bab 14 Penghinaan Dan Penyiksaan
- Bab 15 Mempermalukan
- Bab 16 Bukan Yang Paling Memalukan
- Bab 17 Hanya Lebih Memalukan
- Bab 18 Tubuhmu Dingin Atau Panas
- Bab 19 Tersebar Dengan Luas
- Bab 20 Kritikan Lea
- Bab 21 Eldric, Dengar
- Bab 22 Dia Menghindari Eldric
- Bab 23 Eldric Menciumnya
- Bab 24 Apakah Kamu Meremehkan Yutta
- Bab 25 Kamu Kira Dirimu Lebih Mulia Dari Yutta
- Bab 26 Jangan Terburu-Buru Satu Persatu
- Bab 27 Membantu Dia Melampiaskan Amarah
- Bab 28 Tuan Lucas
- Bab 29 Wanita Gila
- Bab 30 Gadis Malang
- Bab 31 Kak Lucas...
- Bab 32 Terakhir Kali Tanya padamu
- Bab 33 Ridwan Kamil VS Yutta Aloysia
- Bab 34 Awal Permasalahan
- Bab 35 Mempersulit
- Bab 36 Tidak Tahu Malu
- Bab 37 Penipuan Untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 38 Apakah Yang Dia Inginkan Terlalu Banyak?
- Bab 39 Bagaimana Merendahkan Diri Bisa Interpretasikan Kesombongan
- Bab 40 Perburuan Berdarah Dimulai
- Bab 41 Aku Ingin Kamu Menemaniku Malam Ini
- Bab 42 Apakah Yang Dia Inginkan Hanya Sebuah Ciuman?
- Bab 43 Alasan Eldric Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 44 Orang Yang Tidak Tahu Malu
- Bab 45 Ridwan Memberi Pelajaran Kepada Lea Si Hati Jahat
- Bab 46 Lea Trisa Demi Menjaga Diri Mendorong Yukka Aloysia untuk Menghalang
- Bab 47 Eldric Cassio Emosi
- BAB 48 Tidak Boleh Mati
- BAB 49 Yutta Aloysia Ikut Aku
- BAB 50 Dengan Kuat Menghentikan Mulut yang Mengganggunya
- Bab 51 Malam Ini Temani Aku Tidur
- Bab 52 Perhatian Di Balik Penampilan Dingin Yang Sengaja Diperlihatkan
- Bab 53 Apakah Kamu Tahu Siapa yang Menyelamatkan Yutta
- Bab 54 Memeriksa
- Bab 55 Bawa Aku Menemuinya
- Bab 56 Aku Akan Mengabulkanmu
- Bab 57 Kekurangan Ginjal
- Bab 58 Kesakitan
- Bab 59 Kelembutan Eldric
- Bab 60 Malah Menuangkan Garam
- Bab 61 Kelembutan Yang Canggung
- Bab 62 Sesuatu Yang Tidak Aku Inginkan
- Bab 63 Tidak Tahu Malu, Menggoda Tuan Kamil
- Bab 64 Apa Yang Dilakukannya Dengan Ridwan
- Bab 65 Keputusannya
- Bab 66 Kalau Sakit, Gigitlah
- Bab 67 Ciuman Melanda
- Bab 68 Kebencian Lea
- Bab 69 Bertemu Larut Malam Di Pinggir Jalan
- Bab 70 Ingat, Namaku Zarco Rius
- Bab 71 Yutta Marah
- Bab 72 Sangat Acuh Tidak Acuh
- Bab 73 Dengarkan Nasihat Kak Ming, Menjauhlah Dari Pria Itu
- Bab 74 Jadilah Pacarku Saja
- Bab 75 Yutta Aloysia Yang Menggila, Eldric Cassio Yang Menggila
- Bab 76 Yutta Aloysia, Yutta Aloysia
- Bab 77 Rayon Lucas Dan Karim Heng
- Bab 78 Jangan Sentuh Tempat Itu Lagi
- Bab 79 Tuan Karim Heng Aku Butuh Sepuluh Miliar
- Bab 80 Perburuan Ini Berubah Menjadi Tidak Menarik
- Bab 81 Hanya Ingin Berburu, Tidak Memiliki Perasaan
- Bab 82 Perubahan Yutta Aloysia
- Bab 83 Mendorong Masuk Ke Dalam Neraka
- Bab 84 Kemana Saja Kamu Adikku?
- Bab 85 keras Kepala dan Tetap Tegar
- Bab 86 Bukankah Ini Adalah Nona Aloysia?
- Bab 87 Kamu Bisa Berlutut Sekarang
- Bab 88 Biarkan Aku Pergi
- Bab 89 Livin Bukan Tidak Bersalah
- Bab 90 Bos! Tolong!
- Bab 91 Menghancurkan Harapan Dengan Tangan Sendiri
- Bab 92 Penyesalan Terakhir Dalam Hidup ini Adalah Bertemu Denganmu
- Bab 93 Akulah Yang Telah Buta Mata Dan Buta Hati
- Bab 94 Masing-Masing Semuanya Bukanlah Orang Yang Mudah Ditangani
- Bab 95 Telah Membayar Yang Harus Dibayar
- Bab 96 Sudah Gila Sejak Lama
- Bab 97 Eldric Tidak Menyadari Perasaannya Sendiri
- Bab 98 Saudara
- Bab 99 Siapa Kamu?
- Bab 100 Menghancurkan Impiannya dan Kak Lucas
- Bab 101 Kebenaran Tentang Ginjal Kiri Diangkat
- Bab 102 Eldric, Kamu Sudah Gila!
- Bab 103 Yang Bisa Menahannya Bukanlah Pria
- Bab 104 Ridwan Kamil, Ridwan Kamil Membuat Orang Sakit Hati
- Bab 105 Kamu Berdiri Di Sana Saja Aku Akan Berjalan Mendekatimu
- Bab 106 Pikiran Yang Tersembunyi Di Buku Catatan Harian
- Bab 107 Jebakan Yang Terlalu Dalam
- Bab 108 Apakah Bagaimanapun Juga Boleh?
- Bab 109 Lakukan Apa Yang Tuhan Minta Anda Lakukan
- Bab 110 Berpapasan
- Bab 111 Eldric VS Ridwan
- Bab 112 Kamu Boss Besar, Jadi Tidak Perlu Membayar?
- Bab 113 Sudah Bergerak
- Bab 114 Menemani Sampai Akhir
- Bab 115 Tekanan Tak Terbatas
- Bab 116 Menemani Adalah Pengakuan Cinta Terdalam
- Bab 117 Kegembiraan Kecil Ridwan
- Bab 118 Karim Mempersulit Segalanya
- Bab 119 Ketenangan Sebelum Badai
- Bab 120 Seolah Melihat Yutta Yang Dulu
- Bab 121 Ini Adalah Sebuah Permainan
- Bab 122 Melihat, Mendengar Dan Mengetahui
- Bab 123 Mereka Tidak Pantas Melihatnya
- Bab 124 Kamu Lihat, Aku Tidak Menangis
- Bab 125 Boss Yutta Aloysia Menghilang
- Bab 126 Dia Mencari Wanita Itu Dengan Menggila
- Bab 127 Kelabilan dan Sakit Hati Ridwan Kamil
- Bab 128 Kelembutan Eldric Di Bawah Sikap Dingin
- Bab 129 Tunggu Aku Di Atas Ranjang