Cinta Yang Paling Mahal - Bab 43 Alasan Eldric Pergi Ke Luar Negeri
"Yutta, kamu katakan dengan jelas!" Bagaimana bisa orang seperti Suming dengan mudah dibohongi Yutta, dia dengan wajah yang dingin berkata "Apakah kamu bukan beristirahat karena tubuhmu yang kelelahan?“
Setelah mengatakan ini, Suming mengambil ponsel, sambil menatap Yutta "Kamu tidak mengatakannya juga tidak apa-apa, aku bisa langsung menghubungi Tuan Cassio.”
Suming juga sangat panik sehingga mengeluarkan cara ini.
"Kak Ming, Tuan Cassio tidak akan peduli apa yang terjadi padaku.”
Suming terkejut, kali ini apa yang dikatakan oleh Yutta adalah hal yang sesungguhnya.
Suming memikirkan Eldric, dia adalah orang yang memperlakukan Yutta paling kejam.
Dia takut jika menelponnya, memberitahunya Yutta melukai kepalanya karena terbentur, dia hanya acuh tak acuh.
“Baiklah Yutta, aku tidak akan menelponTuan Cassio, aku akan menelpon kepada Manajer PR mu.”
Wajah Yutta pucat "Jangan panggil Manajer Chris." Suming terkejut, apakah Yutta sebegitu takutnya dengan Manajer Chris? Yutta menatap Suming dengan wajah yang pucat dan pandangan yang memohon.
"Kak Ming, jangan panggil Manajer Chris kesini.”
Manajer Chris pada awalnya sudah tidak menyukai dirinya, jika karena masalah ini dan dibenci oleh Manajer Chris, memindahkannya keluar dari departemen PR ini maka…. Dari mana dia bisa mendapatkan uang untuk membayar hutangnya yang sebesar sepuluh miliar kepada pria itu?
"Aku… membentur knop pintu.”
"Bagaimana bisa membentur knop pintu?" Suming sangat cerdas, bagaimana bisa seseorang bisa membentur knop pintu?
"Pada saat aku pulang ke rumah, tiba-tiba turun hujan yang deras dan aku pun basah kuyup dan menjadi pusing, aku merasa kepala berat dan kaki menjadi ringan. "Yutta sejak awal hingga saat ini masih menyembunyikan hal yang dilakukan oleh Lea.
Dia tidak melindungi Lea, bukan juga karena kasihan pada Lea, dia hanya tidak ingin karena hal ini dan dibenci.
Dia benar-benar takut.
Seorang Eldric sudah membuat hidupnya setengah mati.
Perasaan dibenci oleh orang lain adalah perasaan yang tidak mengenakkan.
Pandangan Sumingg yang tajam itu memandang Yutta, seakan sedang mempertimbangkan apakah perkataan yang Yutta katakan adalah fakta atau kebohongan.
Setelah beberapa saat, sikap Suming menjadi lebih lembut dan berkata "Luka di dahimu masih belum sembuh, kamu pulang dan beristirahat saja dulu, setelah sudah sepenuhnya pulih, baru kembali kerja juga tidak terlambat, aku akan mengatakannya langsung kepada manajer kamu disana.”
"Aku tidak mau.”
Selain masalah minum alkohol, Yutta selalu mengikuti apapun yang harus dikerjakan, namun hari ini dia bisa membangkang di hadapan Suming, Suming dengan wajah yang terkejut berkata"Dengarkanlah.”
"Aku tidak mau, aku tidak apa-apa.”
"Tubuhmu masih belum sehat, jahitan di dahimu pun masih belum dilepas.”
"Kak Ming, jika kamu benar-benar kasihan kepadaku, lebih baik berikan lebih banyak pekerjaan padaku.”
Kalimat inilah yang membuat Suming tidak hanya membencinya namun pada saat yang sama juga mengasihani orang di hadapannya,
Mengetahui secara jelas di hadapannya, Yutta yang benang jahit di dahinya pun masih belum di lepas adalah orang yang tidak memiliki wajah dan orang yang keras kepala, Suming mengerutkan kening, "Kamu pergi keluar dulu saja. Bahkan jika dia menghentikan Yutta, anak bodoh ini mungkin akan memikirkan segala cara untuk mencari uang lebih banyak lagi.
Sepuluh miliar, bukanlah uang yang tidak dimiliki Suming, juga bukannya tidak bisa diberikan kepada Yutta. Namun dia tahu, jika masalah ini sampai diketahui oleh bosnya---Jika Eldric mengetahuinya, dia takut hidupnya tidak akan bisa dilewati dengan nyaman lagi,
Yutta meninggalkan ruangan, Suming melihat cek di atas mejanya, tanpa ragu-ragu, langsung mengirimkan uang dua ratus juta ke rekening yang diberikan Eldric kepada Yutta dari rekeningnya.
Bank tentu saja sudah tutup, namun bagi orang sepertinya, selalu ada hubungan yang bisa membantunya mengurus hal yang tidak bisa dilakukan oleh orang biasa lainnya.
Sementara cek ini, Suming pun langsung memasukkannya ke dalam brankas miliknya.
New York.
Perbedaan waktu yang berbeda dengan kota S, disana saat ini siang hari.
Di dalam ruangan rapat dari perusahaan cabang New York yang terletak di lantai 65 gedung pencakar langit, duduk seorang pria di ujung meja ruang rapat, terdengar sebuah getaran dari ponsel yang diletakkan di atas meja. Pria itu mengalihkan pandangan menatap layar ponsel dan dia pun menyipitkan mata nya.
Disana, seorang bawahan berkewarganegaraan amerika sedang membuat laporan, dan di sisi lain, pria ini mengambil ponsel dari atas meja, membuka pesan yang belum dibuka itu.
Ini adalah pesan transfer uang masuk ke dalam rekening dari bank, melihat jumlah uang di atasnya, pandangan mata hitam pria itu pun berkilau menyeramkan.
Dia langsung bangkit berdiri, membuat kaget semua orang yang duduk dan mereka pun duduk dengan lebih tegak, karyawan amerika yang sedang melaporkan laporan pun menjadi lebih takut hingga suaranya berakhir tiba-tiba, khawatir dirinya salah mengatakan sesuatu, menyinggung bos asianya ini.
Pria itu melangkahkan kaki berjalan ke sisi jendela, mengulurkan tangan menelpon sebuah nomor, "Tut..Tut----"Berdering dua kali, pihak sana pun menjawabnya.
"Siapa yang memberinya uang.”
Suara yang dingin melewati mikrofon kepada Suming yang berada di Hamilton.
Wajah Suming dipenuhi kekagetan, namun kemudian dia mengerti uang Yutta dua ratus juta yang dia kirimkan ke rekening yang diberikan Tuan Cassio terhubung dengan nomor telepon Tuan Cassio sendiri.
Sehingga ketika uang itu dikirimkan, setelah beberapa saat, Tuan Cassio pun akan mendapatkan pesan mengenai informasi uang yang masuk itu.
"Seorang pelanggan baru.”
Suming berusaha mengatakan dengan resmi, tidak ada yang disembunyikan.
"Kali ini apa yang dia lakukan?”
Pertanyaan yang dia tanyakan ini agak aneh, namun Suming mengerti maksud lain dari perkataan Eldric, Tuan Cassio bertanya mengapa orang itu memberikan Yutta uang dua ratus juta, apa yang Yutta tukarkan untuk mendapatkannya.
Setelah ragu sejenak, Suming tidak tahu apa yang harus dan tidak harus dikatakan.
Dan di sana, pria ini yang mendengar kebisuan dan keraguannya, terlintas ketidaksabaran pada wajahnya yang tampan" Apa lagi yang kamu bantu sembunyikan untuknya?"
“Bukan… Yutta sama sekali tidak melakukan hal yang berlebihan." Suming tidak bisa menebak apa yang dipikirkan oleh Boss Besar nya ini, pemikiran dari Boss besarnya ini sangatlah dalam, namun dia juga tahu, Eldric jika menjadi kejam, bahkan di seluruh S市 ini tidak ada beberapa orang yang bisa melawannya, sehingga dia hanya bisa mengatakannya dengan diperhalus.
"Yutta hanya mencium orang ini.”
Suming merasa, ini seharusnya bukan hal yang tergolong besar, di dalam Hamilton, sebuah ciuman benar-benar tidak terhitung apa-apa, sehingga dia walaupun agak khawatir, namun tidak merasa hanya dengan ini, Yutta bisa kembali membuat Boss besarnya ini menjadi marah.
Di New York sana, pria itu pun mematikan panggilan dengan dingin.
Rona wajahnya menjadi lebih dingin, menatap ke luar jendela, tidak tahu apa yang dia pikirkan, di dalam ruangan rapat ini semua orang menjadi sangat takut, Boss besar mereka ini memiliki pemikiran yang dalam, tidak ada orang yang bisa mengerti, namun udara yang tertekan membuat orang di dalam ruangan rapat ini menjadi tidak bisa bernafas.
Orang amerika yang berbadan besar, namun mengecilkan bahu, berusaha sekuat tenaga tidak mengeluarkan suara.
Eldric dengan pandangan yang dingin menatap ke luar jendela, wajah yang tampan dan indah seperti giok, juga sama dinginnya seperti giok... Sudut bibirnya pun perlahan-lahan terangkat membentuk sudut yang dingin... bukan hal yang keterlaluan?
He…
Pandangannya dipenuhi ironi, namun dalam ironi ini terdapat kemarahan yang tidak bisa dia control.
Dia melihat ke luar jendela, pada malam sebelum dia pergi ke New York, dia juga berdiri di depan jendela apartemen bergaya hotel lantai 28 di Hamilton, memandang ke kegelapan malam, entah kenapa, dia sangat membenci melihat wajah Yutta yang rendah diri, murahan dan sama sekali tidak memiliki harga diri, dia tidak ingin melihat Yutta yang seperti itu!
Dia lebih mengerti mengapa Yutta tiga tahun yang lalu tidak bisa mempengaruhi emosinya, namun setelah keluar dari penjara tiga tahun kemudian justru bisa membuatnya marah, selama dia melihat Yutta yang seperti ini, dia tidak akan bisa menahan rasa amarah yang keluar, dia tidak ingin melihat.... sehingga dia pun pergi ke New York!
Dia berpikir pergolakan emosinya beberapa saat terakhir hanya karena tidak terbiasa dengan wanita malang yang berbeda sama sekali dengan apa yang dia pikirkan.
Mungkin setelah dia datang ke New York, bisa tidak perlu melihat Yutta yang rendah diri dan malang itu untuk beberapa waktu, perubahan emosinya yang aneh itu akan secara otomatis menghilang.
Namun dia… mencium orang lain?
Apakah dia benar-benar tidak tahu malu hingga bisa melakukan itu?
“Gitta, bersiap kembali." Eldric dengan wajah yang dingin menyampaikan perintah.
Novel Terkait
Cinta Yang Paling Mahal×
- Bab 1 Penjarakan Dia
- Bab 2 Semuanya Ini Adalah Maksud Dari Tuan Cassio
- Bab 3 Keluar Dari Penjara
- Bab 4 Kebetulan Melihat Pasangan Yang Kencan Diam-Diam
- Bab 5 Mencari Masalah Untuk Diri Sendiri
- Bab 6 Kamu Tidak Bermaksud Menyapa Aku?
- Bab 7 Cium Dia
- Bab 8 Penyelaan Oleh Ridwan
- Bab 9 Amarah Dan Hinaannya
- Bab 10 Ditangkap Setelah Melarikan Diri
- Bab 11 Dia Datang
- Bab 12 Yutta Yang Tidak Percaya Diri
- Bab 13 Memindahkan Dia Ke Departemen Hubungan Masyarakat
- Bab 14 Penghinaan Dan Penyiksaan
- Bab 15 Mempermalukan
- Bab 16 Bukan Yang Paling Memalukan
- Bab 17 Hanya Lebih Memalukan
- Bab 18 Tubuhmu Dingin Atau Panas
- Bab 19 Tersebar Dengan Luas
- Bab 20 Kritikan Lea
- Bab 21 Eldric, Dengar
- Bab 22 Dia Menghindari Eldric
- Bab 23 Eldric Menciumnya
- Bab 24 Apakah Kamu Meremehkan Yutta
- Bab 25 Kamu Kira Dirimu Lebih Mulia Dari Yutta
- Bab 26 Jangan Terburu-Buru Satu Persatu
- Bab 27 Membantu Dia Melampiaskan Amarah
- Bab 28 Tuan Lucas
- Bab 29 Wanita Gila
- Bab 30 Gadis Malang
- Bab 31 Kak Lucas...
- Bab 32 Terakhir Kali Tanya padamu
- Bab 33 Ridwan Kamil VS Yutta Aloysia
- Bab 34 Awal Permasalahan
- Bab 35 Mempersulit
- Bab 36 Tidak Tahu Malu
- Bab 37 Penipuan Untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 38 Apakah Yang Dia Inginkan Terlalu Banyak?
- Bab 39 Bagaimana Merendahkan Diri Bisa Interpretasikan Kesombongan
- Bab 40 Perburuan Berdarah Dimulai
- Bab 41 Aku Ingin Kamu Menemaniku Malam Ini
- Bab 42 Apakah Yang Dia Inginkan Hanya Sebuah Ciuman?
- Bab 43 Alasan Eldric Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 44 Orang Yang Tidak Tahu Malu
- Bab 45 Ridwan Memberi Pelajaran Kepada Lea Si Hati Jahat
- Bab 46 Lea Trisa Demi Menjaga Diri Mendorong Yukka Aloysia untuk Menghalang
- Bab 47 Eldric Cassio Emosi
- BAB 48 Tidak Boleh Mati
- BAB 49 Yutta Aloysia Ikut Aku
- BAB 50 Dengan Kuat Menghentikan Mulut yang Mengganggunya
- Bab 51 Malam Ini Temani Aku Tidur
- Bab 52 Perhatian Di Balik Penampilan Dingin Yang Sengaja Diperlihatkan
- Bab 53 Apakah Kamu Tahu Siapa yang Menyelamatkan Yutta
- Bab 54 Memeriksa
- Bab 55 Bawa Aku Menemuinya
- Bab 56 Aku Akan Mengabulkanmu
- Bab 57 Kekurangan Ginjal
- Bab 58 Kesakitan
- Bab 59 Kelembutan Eldric
- Bab 60 Malah Menuangkan Garam
- Bab 61 Kelembutan Yang Canggung
- Bab 62 Sesuatu Yang Tidak Aku Inginkan
- Bab 63 Tidak Tahu Malu, Menggoda Tuan Kamil
- Bab 64 Apa Yang Dilakukannya Dengan Ridwan
- Bab 65 Keputusannya
- Bab 66 Kalau Sakit, Gigitlah
- Bab 67 Ciuman Melanda
- Bab 68 Kebencian Lea
- Bab 69 Bertemu Larut Malam Di Pinggir Jalan
- Bab 70 Ingat, Namaku Zarco Rius
- Bab 71 Yutta Marah
- Bab 72 Sangat Acuh Tidak Acuh
- Bab 73 Dengarkan Nasihat Kak Ming, Menjauhlah Dari Pria Itu
- Bab 74 Jadilah Pacarku Saja
- Bab 75 Yutta Aloysia Yang Menggila, Eldric Cassio Yang Menggila
- Bab 76 Yutta Aloysia, Yutta Aloysia
- Bab 77 Rayon Lucas Dan Karim Heng
- Bab 78 Jangan Sentuh Tempat Itu Lagi
- Bab 79 Tuan Karim Heng Aku Butuh Sepuluh Miliar
- Bab 80 Perburuan Ini Berubah Menjadi Tidak Menarik
- Bab 81 Hanya Ingin Berburu, Tidak Memiliki Perasaan
- Bab 82 Perubahan Yutta Aloysia
- Bab 83 Mendorong Masuk Ke Dalam Neraka
- Bab 84 Kemana Saja Kamu Adikku?
- Bab 85 keras Kepala dan Tetap Tegar
- Bab 86 Bukankah Ini Adalah Nona Aloysia?
- Bab 87 Kamu Bisa Berlutut Sekarang
- Bab 88 Biarkan Aku Pergi
- Bab 89 Livin Bukan Tidak Bersalah
- Bab 90 Bos! Tolong!
- Bab 91 Menghancurkan Harapan Dengan Tangan Sendiri
- Bab 92 Penyesalan Terakhir Dalam Hidup ini Adalah Bertemu Denganmu
- Bab 93 Akulah Yang Telah Buta Mata Dan Buta Hati
- Bab 94 Masing-Masing Semuanya Bukanlah Orang Yang Mudah Ditangani
- Bab 95 Telah Membayar Yang Harus Dibayar
- Bab 96 Sudah Gila Sejak Lama
- Bab 97 Eldric Tidak Menyadari Perasaannya Sendiri
- Bab 98 Saudara
- Bab 99 Siapa Kamu?
- Bab 100 Menghancurkan Impiannya dan Kak Lucas
- Bab 101 Kebenaran Tentang Ginjal Kiri Diangkat
- Bab 102 Eldric, Kamu Sudah Gila!
- Bab 103 Yang Bisa Menahannya Bukanlah Pria
- Bab 104 Ridwan Kamil, Ridwan Kamil Membuat Orang Sakit Hati
- Bab 105 Kamu Berdiri Di Sana Saja Aku Akan Berjalan Mendekatimu
- Bab 106 Pikiran Yang Tersembunyi Di Buku Catatan Harian
- Bab 107 Jebakan Yang Terlalu Dalam
- Bab 108 Apakah Bagaimanapun Juga Boleh?
- Bab 109 Lakukan Apa Yang Tuhan Minta Anda Lakukan
- Bab 110 Berpapasan
- Bab 111 Eldric VS Ridwan
- Bab 112 Kamu Boss Besar, Jadi Tidak Perlu Membayar?
- Bab 113 Sudah Bergerak
- Bab 114 Menemani Sampai Akhir
- Bab 115 Tekanan Tak Terbatas
- Bab 116 Menemani Adalah Pengakuan Cinta Terdalam
- Bab 117 Kegembiraan Kecil Ridwan
- Bab 118 Karim Mempersulit Segalanya
- Bab 119 Ketenangan Sebelum Badai
- Bab 120 Seolah Melihat Yutta Yang Dulu
- Bab 121 Ini Adalah Sebuah Permainan
- Bab 122 Melihat, Mendengar Dan Mengetahui
- Bab 123 Mereka Tidak Pantas Melihatnya
- Bab 124 Kamu Lihat, Aku Tidak Menangis
- Bab 125 Boss Yutta Aloysia Menghilang
- Bab 126 Dia Mencari Wanita Itu Dengan Menggila
- Bab 127 Kelabilan dan Sakit Hati Ridwan Kamil
- Bab 128 Kelembutan Eldric Di Bawah Sikap Dingin
- Bab 129 Tunggu Aku Di Atas Ranjang