Cinta Yang Paling Mahal - Bab 68 Kebencian Lea

Saat ini, kondisi Lea tidak lebih baik.

Orang di depannya adalah orang yang disukainya.

Tapi, sepertinya, orang ini berbeda dengan orang yang ada di pikirannya.

Sudut bibir Ridwan memasang senyuman ringan. Dia menarik kursi sederhana bergaya Eropa dan duduk di depan Lea, “Duduk.” Dia menunjuk ke sisi lain.

Raut muka Lea tidak terlalu bagus. Tersedak selama empat menit membuatnya merasakan seperti apa kematian itu.

"Tuan Kamil, aku ..."

"Shhh ~" Pria di kursi tiba-tiba mengangkat jari dan meletakkannya di depan mulut: "Jangan bicara, biarkan aku melihat kamu."

Suara Ridwan sangat mempesona, bahkan senyuman di sudut mulutnya pun amat menggoda Lea. Lea langsung tersipu, jantungnya berdebar kencang... Apa maksud Tuan Kamil?

Dia bilang, dia bilang dia mau melihat dirinya ... Apa maksud dari perkataan ini?

Sebuah jawaban melintasi benak Lea dengan kecepatan kilat. Lea mengangkat kepala dengan gugup, memandang Ridwan yang ada di depannya.

Begitu dia mendongak, dia langsung bertemu dengan sepasang mata yang tampak fokus - Tuan Kamil sedang menatap dirinya dengan fokus!

Hampir pada saat bersamaan, kalimat ini muncul di benak Lea.

Rambut panjang gadis basah kuyup. Dia duduk di lantai kayu hitam yang mengkilap. Rambutnya yang basah meneteskan air dari ujung rambut, menetes ke bawah, membasahi pakaiannya.

Di balik pakaian yang basah kuyup, samar-samar terlihat lekukan tubuh. Dia tampak polos dan lugu, menimbulkan rasa iba pada orang.

Ridwan tiba-tiba bergerak!

Dia tiba-tiba mendekatkan wajahnya di depan mata Lea. Lea terkejut. Ketika dia mengangkat kelopak dan bertatapan dengan mata Ridwan yang fokus, dia merasa jantungnya seolah akan melompat keluar.

"Tuan Kamil ..."

Wajah merona dan telinga memerah. Lea berseru dengan malu-malu. Detik berikutnya!

"Heh ~ Aku benar-benar tidak menduga ada hati hitam yang berfermentasi di lubang selokan tersembunyi di balik tampang polos ini."

Ekspresi Lea tiba-tiba membeku, kemerahan di pipinya belum pudar.

Bibirnya bergemetaran karena marah: "Keterlaluan. Tuan Kamil, kamu keterlaluan."

"Jangan menangis, aku paling kesal dengan wanita yang menangis."

Lea berdengus, menggigit bibir, memelototi Ridwan dengan kesal.

Ridwan berdiri: "Menurutmu haruskah aku menghukum kamu?"

Hukuman lagi!

“Kenapa? Aku tidak berurusan dengan Tuan Kamil!” Lea kesal.

Ridwan merespons “Yih". Dia memberi Lea tatapan yang menyiratkan maksud "Kenapa kamu begitu bodoh, persoalan seperti ini harus ditanyakan lagi?". Ridwan memandang Lea, "Kamu mencelakai Yutta, itu sama saja berurusan dengan aku."

Yutta lagi!

Mengapa semua orang terus menyebut "Yutta, Yutta, Yutta". Tidak ada habisnya!

Apa yang baik dengan Yutta? Baik Tuan Kamil maupun bos, mereka semua pada mendukung Yutta!

Lea tiba-tiba mendongak, kecemburuan menyembul di matanya: "Yutta sama sekali bukan wanita yang baik! Tuan Kamil, kamu tertipu olehnya!

Tuan Kamil, jangan lihat dia bertampang polos dan baik, sebenarnya dia sangat jahat. Dia hanya berpura-pura malang!"

Ridwan berdiri tanpa mengatakan sepatah kata pun, memasukkan tangan ke dalam saku, menurunkan kelopak untuk melihat Lea yang berada di bawah kakinya, berkata dengan tawar:

"Aku sudah tahu bagaimana cara menghukum kamu."

Jika malang bisa dipalsukan, maka Yutta tidak akan bersikap tegang saat menghadapinya. Yutta juga tidak akan menjadi semakin tegang setelah dia mengetahui rahasianya.

Kalau Yutta berpura-pura malang, dia seharusnya membuka pakaiannya dan memberi tahu dunia: Datang dan lihat, aku kehilangan satu ginjal. Aku sangat malang, kalian harus mengasihani aku.

Yutta tidak berbuat seperti itu. Dia menyembunyikan rahasianya segitu dalam dan tidak membiarkan siapa pun tahu.

Jika bukan karena kebetulan, Ridwan merasa Yutta bisa menyembunyikan rahasianya seumur hidup.

Ridwan mengangkat tangan, melakukan panggilan telepon. Setelah beberapa saat, dua pria kekar dengan wajah tanpa ekspresi berjalan masuk.

Ridwan menunjuk orang di lantai, "Nona Trisa bilang dia mau belajar menyelam. Kalian berdua bantu dia. Bawa dia ke kolam renang di taman belakang."

Menyelam, artinya: Masuk ke dalam air.

Kedua pria kekar segera tanggap, bagaimana mungkin kamu bisa menyelam di kolam renang?

Kemudian mereka berdua bergerak seperti robot, mengangkat Lea dari dua sisi tanpa memedulikan seberapa kuat usaha Lea dalam meronta, lalu menyeret Lea ke kolam renang di taman belakang.

"Tuan Kamil! Tuan Kamil! Kamu tidak boleh melakukan ini padaku! Kamu tidak boleh! Aku akan menuntutmu, aku akan menuntutmu, aku pasti akan menuntutmu!"

Lea melihat Tuan Kamil yang disukainya memasukkan kedua tangan ke dalam saku, mengangkat kepala dan berkata kepada kedua pria kekar: "Jangan sampai dia mati. Nantinya aku malah harus membuang-buang waktu untuk menyelesaikan masalah yang tidak perlu."

"Siap, tuan."

"Nona Trisa, apakah aku pernah memberi tahu kamu bahwa kamu benar-benar ..." kata Ridwan dengan lirih, "Menjijikkan."

Ridwan memahami Eldric. Setelah Eldric memberi hukuman ringan pada Lea, dia langsung pergi. Saat itu, Ridwan berpikir: Langit bakal turun hujan merah, Eldric berubah status menjadi "orang baik selama sehari". Bisa-bisanya Eldric melemparkan Lea padanya dan pergi begitu saja.

Ridwan dan Eldric bersahabat dan bermusuhan sejak kecil. Ada pepatah yang mengatakan bahwa orang yang paling mengenalmu bukanlah kerabatmu, tapi musuhmu.

Kali ini tingkah Eldric terlalu abnormal. Ridwan tidak tahu alasannya, tapi ... musuh tidak bergerak, dia pun tidak bergerak.

Eldric pergi begitu saja setelah memberi hukuman ringan pada Lea, maka Ridwan pun tidak punya alasan untuk membunuh Lea.

Harus diakui bahwa Ridwan benar-benar mengenal Eldric lebih baik daripada kebanyakan orang di dunia ini.

Yutta tidak mengizinkan Eldric membunuh Lea, sehingga Eldric membawa Lea kepada Ridwan: Nah, perbuatanmu meninggalkan celah. Aku telah membawanya ke sini. Ridwan, kamu urus sendiri.

Karena tidak bisa membunuh Lea, Eldric pun membiarkan Ridwan yang membunuh Lea.

Meski Ridwan tidak tahu mengapa kali ini Eldric bertindak secara abnormal, tetapi dia tetap memegang prinsip tidak bergerak ketika musuh tidak bergerak. Eldric bisa melakukan hal ini tapi malah tidak melakukannya, maka Ridwan pun tidak akan melakukannya.

Kedua orang ini bukanlah orang yang mudah dilawan.

Ridwan duduk di ruang tamu. Dia tidak pergi ke kolam renang di taman belakang. Dia menyesap cerutu di tangan, menonton televisi yang tidak jelas di ruang tamu.

Setengah jam kemudian.

Kedua pria kekar kembali: "Tuan, sesuai dengan perintah kamu, kami telah membantu nona itu belajar menyelam, tapi nona itu terlalu bodoh sehingga tersedak terlalu banyak air, sekarang kondisi fisiknya tidak memungkinkan dia untuk lanjut belajar menyelam."

“Di mana dia?” Tanya Ridwan tanpa mengalihkan pandangan dari televisi.

"Di taman belakang."

Ridwan merespons "oh", kemudian mengangkat pergelangan tangan untuk melihat arloji: "Waktu sudah larut, biarkan Nona Trisa pulang."

"Siap, tuan."

...

Langit pada malam hari gelap gulita. Seorang wanita dilempar keluar dari gerbang besi vila.

Seluruh tubuh Lea terasa sakit, terutama tenggorokannya yang terbatuk-batuk.

Tubuhnya basah. Begitu ditiup angin malam, Lea yang berjalan di tepi jalan menggigil kedinginan.

Matanya dipenuhi kebencian. Kebencian ini tampak mengerikan dan menakutkan, seperti monster yang akan menelan segalanya: Yutta! Semua ini karena Yutta!

Semua ini karena dia! Tanpa dia, dirinya tidak akan segitu menderita!

Yutta bilang dia akan memohon untuk dirinya, dasar pembohong! Munafik!

Wanita itu sama sekali tidak memohon untuk dirinya!

Novel Terkait

Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu