Cinta Yang Paling Mahal - Bab 79 Tuan Karim Heng Aku Butuh Sepuluh Miliar
Di saat cek yang diberikan Yutta muncul di hadapan Suming lagi, dia hanya sekilas melihat Yutta, lalu menyimpan cek itu: “Seharusnya kamu tahu, orang yang bernama Karim ini tujuannya tidaklah sederhana.”
“Ya.”
Ya?
Suming mengerutkan kening: “Kamu tahu tapi masih berani mengambil uangnya.”
Yutta tidak bicara.
Suming juga tidak membicarakan hal ini lagi, tidak ada orang yang lebih mengerti darinya, Yutta buru-buru membutuhkan sejumlah besar uang.
“Beberapa hari lagi.” Suming mengingatkan.
“Aku……tetap harus mencobanya.”
“Kamu mau coba apa? Yutta, menyerah saja.”
“Tidak.”
“……kamu begitu benci dengan Tuan Cassio?” Sebenarnya Suming ingin mengatakan, Tuan Cassio juga tidak sejahat itu padamu. Ketika kamu sakit, Tuan Cassio yang menggendongmu ke rumah sakit, kamu sakit tapi tetap bersikeras mau bekerja dan pingsan, Tuan Cassio yang memanggilkan dokter pribadinya untuk mengobatimu, dia juga memintaku untuk tidak memberitahu kamu.
Suming tidak tahu apa yang telah terjadi antara Yutta dan Eldric, hanya saja, melihat semua ini, dia merasa mungkin Yutta sungguh tidak perlu begitu takut dengan Tuan Cassio.
Yutta juga tidak tahu bagaimana menjelaskannya……di antara dia dan Eldric, sejak lama sudah bukan hanya sekedar masalah “jijik” atau tidak “jijik lagi.
“Kamu beritahu aku, kamu mau bagaimana mencobanya? Hanya sisa satu minggu saja, aku sudah bantu kamu hitung, sekarang yang bisa kamu dapatkan tidak sampai dua miliar, aku tanya kamu, sisa delapan miliarnya, apakah kamu bisa mendapatkannya dalam waktu tujuh hari ini?”
Suming merasa tidak berdaya mengusap alisnya, tidak mungkin dia langsung memberitahu Yutta: kamu jangan bermimpi lagi, sejak awal Tuan Cassio sudah berpesan, tidak boleh memberi pekerjaan untukmu. Kalau tidak, kenapa selama beberapa waktu ini, kamu tidak bisa mendapatkan satu pekerjaan pun?
“Aku……pasti harus mencobanya. Masih belum sampai akhir.”
“Cari siapa untuk mencoba? Hanya berdasarkan orang yang namanya Karim itu, sesekali pergi ke rumahmu untuk makan malam, kemudian memberimu selembar cek bernilai sepuluh miliar?
Walaupun dia setiap hari ke rumahmu untuk makan malam, paling banyak kamu hanya bisa mengumpulkan satu miliar empat ratus juta.”
Suming berharap bisa membantu Yutta, dan yang bisa dia lakukan adalah membantu Yutta menyembunyikan keberadaan sejumlah uang ini dari Eldric untuk sementara waktu.
Tetapi, Suming juga lihat dengan jelas, dalam waktu tersisa ini Yutta ingin mencapai target dari Eldric, kecuali muncul keajaiban.
Dan dia juga berharap bisa muncul keajaiban.
“Yutta, apalagi Karim sangatlah berbahaya.”
Yutta tertawa: “Bagiku, orang yang paling berbahaya adalah Tuan Cassio.”
“Kak Ming, aku keluar dulu, mungkin lagi beruntung dan mendapatkan pekerjaan.”
Suming tidak menghentikan Yutta, hanya melihat sosok wanita yang sedang berjalan kakinya agak aneh itu, di mata Suming muncul rasa kasihan……bodoh, kamu tidak ada pekerjaan bukan karena kamu tidak beruntung.
……
Di ruang Departemen Hubungan Masyarakat, Yutta bersiap pulang kerja dengan kecewa……ternyata benar, hari ini sama seperti sebelumnya, satu pekerjaan pun tidak ada.
Dia tidak bodoh, satu dua hari seperti ini, tiga empat hari seperti ini, mungkin itu benar-benar karena dia tidak beruntung.
Hampir satu bulan seperti ini……dibalik semua ini, tentu dalam hatinya samar-samar mengetahui sesuatu.
Keluar dari Hamilton, sepanjang jalan kembali ke asrama sendiri.
Di depan pintu rumahnya, masih sama seperti kemarin, pria tampan berdarah campuran itu sedang berada di sana.
Kali ini, Yutta tidak menanyakan apapun, hanya mengeluarkan kunci di depan pria ini, krakk sekali pintu langsung terbuka: “Masuk saja, Tuan Karim.”
Suara kasar perlahan mengatakan: “Aku pergi buatkan makan malam untukmu.”
Karim memandang sosok punggung Yutta yang sedang berada di dapur, sudut mulut terangkat, seolah dalam suasana hati bahagia.
Sama seperti sebelumnya, dia memakan semua mie buatannya tanpa sisa, ketika meletakkan peralatan makan, di sudut meja bertambah selembar cek senilai dua ratus juta.
“Makan malam ini, lebih mewah dan mahal dibandingkan restoran Michelin, Tuan Karim, apakah kamu bisa memberitaku alasannya?”
“Alasan apa?”
“Kenapa setiap hari rela mengeluarkan begitu banyak uang, juga mau menunggu di sini untuk makan malam. Aku sangat jelas, makan malamku tidak sepadan dengan harga ini. Kamu……juga jangan merasa sepadan lagi, yang ingin aku ketahui adalah menurutmu makan malam ini sepadan atau ada sesuatu lain yang sepadan?”
Mata Karim semakin menakjubkan……awalnya mengira dia adalah seorang wanita menarik yang suka dengan uang, tidak menyangka, dia malah bisa lihat dengan jelas dan tidak bingung.
“Aku melihat bekas luka di keningmu, sangat merusak pemandangan dan aku adalah orang yang suka dengan tantangan,” Karim juga tidak menyembunyikannya, “Nona Aloysia, biarkan aku yang mengobati luka di keningmu, bagaimana?”
Dia sambil bicara, jari-jari ramping langsung ingin menyentuh kening Yutta, Yutta menghindar sambil mengerutkan kening.
“Sudah larut malam, silahkan pulang saja, Tuan Karim.”
Karim juga tidak berlama-lama, tidak mengucapkan sepatah kata pun, berdiri dan berjalan ke arah pintu, Yutta sangat berhati-hati, meskipun sudah mengantar Karim ke depan pintu, tapi dirinya sungguh berjarak tidak sampai satu meter dari pria berbahaya itu.
“Tuan Karim, sampai……-” Dia masih belum selesai bicara, langsung ditarik oleh pria yang ada di depan, dan dia spontan merasa tidak baik, mengulurkan tangan menutupi keningnya……tetap terlambat, sentuhan yang lembut, mengecup di keningnya, setelah itu langsung menjauh.
Yutta marah, kali ini dia sudah sangat berhati-hati menghindari jangkauannya!
“Apakah sangat menarik!” Dia memarahi!
“Luka tidak diobati akan membusuk.”
Dia mengatakan untuk ketiga kalinya.
Mata Yutta penuh amarah, orang ini, kenapa sekali demi sekali bertentangan dengan keinginannya.
“Kamu juga bisa menyuruhku besok jangan ke sini, aku jamin, jika Nona Aloysia mengucapkan kata ini padaku, aku pasti akan mendengarkan saran dari Nona Aloysia.”
Suara mendesing!
Telapak tangan Yutta berada di kedua sisi pahanya, digenggam menjadi tinju!
Dia kekurangan uang, dia sangat amat kekurangan uang!
Hanya bisa diam tanpa mengucapkan sepatah kata pun, raut wajah tidak terlalu baik.
Sudut mulut Karim sedikit bergerak……dia tahu kelemahannya, titik kelemahannya adalah uang, dan dirinya punya banyak sekali, mungkin yang paling tidak dia inginkan adalah selembar demi selembar kertas ini.
“Jika Nona Aloysia tidak bicara, maka aku anggap Nona Aloysia setuju menyambutku untuk datang makan malam.” Karim tersenyum: “Kalau begitu, Nona Aloysia, aku tidak berani menjamin, ketika aku datang ke sini bisa menahan keinginanku untuk mencium bekas lukamu.”
Yutta menundukkan kepala, raut wajah buruk sekali……jika bisa, dia benar-benar ingin segera mengusir orang ini, selamanya tidak ingin bertemu orang ini lagi.
Tapi saat ini, sumber keuangannya adalah orang yang ada di depan ini.
“Apakah Tuan Karim suka menabur garam pada luka orang lain?”
“Nona Aloysia salah, aku membantumu mengobati luka. Jika dalam proses ini Nona Aloysia merasa ada yang tidak nyaman, itu hanya sementara saja, tunggu setelah pengobatan selesai, keropeng pada luka Nona Aloysia sudah sembuh, semuanya akan baik-baik saja.”
Tak tahu malu!
Bisa sesuka hati menabur garam pada luka orang lain, berbicara hingga begitu luar biasa!
Sungguh sangat tak tahu malu!
Dan pada saat ini, dia malah tidak bisa membuat pilihan lain, siapa yang menyuruh dirinya……hutang sepuluh miliar kepada Eldric.
Di bawah tatapan Karim, perjuangan Yutta, ketidakrelaan Yutta, tertulis jelas di wajahnya itu, mendadak, Yutta mendadak angkat kepala, “Tuan Karim, aku butuh sepuluh miliar.”
Novel Terkait
Si Menantu Dokter
Hendy ZhangMr Huo’s Sweetpie
EllyaHalf a Heart
Romansa UniverseUntouchable Love
Devil BuddyYou're My Savior
Shella NaviYama's Wife
ClarkCinta Yang Paling Mahal×
- Bab 1 Penjarakan Dia
- Bab 2 Semuanya Ini Adalah Maksud Dari Tuan Cassio
- Bab 3 Keluar Dari Penjara
- Bab 4 Kebetulan Melihat Pasangan Yang Kencan Diam-Diam
- Bab 5 Mencari Masalah Untuk Diri Sendiri
- Bab 6 Kamu Tidak Bermaksud Menyapa Aku?
- Bab 7 Cium Dia
- Bab 8 Penyelaan Oleh Ridwan
- Bab 9 Amarah Dan Hinaannya
- Bab 10 Ditangkap Setelah Melarikan Diri
- Bab 11 Dia Datang
- Bab 12 Yutta Yang Tidak Percaya Diri
- Bab 13 Memindahkan Dia Ke Departemen Hubungan Masyarakat
- Bab 14 Penghinaan Dan Penyiksaan
- Bab 15 Mempermalukan
- Bab 16 Bukan Yang Paling Memalukan
- Bab 17 Hanya Lebih Memalukan
- Bab 18 Tubuhmu Dingin Atau Panas
- Bab 19 Tersebar Dengan Luas
- Bab 20 Kritikan Lea
- Bab 21 Eldric, Dengar
- Bab 22 Dia Menghindari Eldric
- Bab 23 Eldric Menciumnya
- Bab 24 Apakah Kamu Meremehkan Yutta
- Bab 25 Kamu Kira Dirimu Lebih Mulia Dari Yutta
- Bab 26 Jangan Terburu-Buru Satu Persatu
- Bab 27 Membantu Dia Melampiaskan Amarah
- Bab 28 Tuan Lucas
- Bab 29 Wanita Gila
- Bab 30 Gadis Malang
- Bab 31 Kak Lucas...
- Bab 32 Terakhir Kali Tanya padamu
- Bab 33 Ridwan Kamil VS Yutta Aloysia
- Bab 34 Awal Permasalahan
- Bab 35 Mempersulit
- Bab 36 Tidak Tahu Malu
- Bab 37 Penipuan Untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 38 Apakah Yang Dia Inginkan Terlalu Banyak?
- Bab 39 Bagaimana Merendahkan Diri Bisa Interpretasikan Kesombongan
- Bab 40 Perburuan Berdarah Dimulai
- Bab 41 Aku Ingin Kamu Menemaniku Malam Ini
- Bab 42 Apakah Yang Dia Inginkan Hanya Sebuah Ciuman?
- Bab 43 Alasan Eldric Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 44 Orang Yang Tidak Tahu Malu
- Bab 45 Ridwan Memberi Pelajaran Kepada Lea Si Hati Jahat
- Bab 46 Lea Trisa Demi Menjaga Diri Mendorong Yukka Aloysia untuk Menghalang
- Bab 47 Eldric Cassio Emosi
- BAB 48 Tidak Boleh Mati
- BAB 49 Yutta Aloysia Ikut Aku
- BAB 50 Dengan Kuat Menghentikan Mulut yang Mengganggunya
- Bab 51 Malam Ini Temani Aku Tidur
- Bab 52 Perhatian Di Balik Penampilan Dingin Yang Sengaja Diperlihatkan
- Bab 53 Apakah Kamu Tahu Siapa yang Menyelamatkan Yutta
- Bab 54 Memeriksa
- Bab 55 Bawa Aku Menemuinya
- Bab 56 Aku Akan Mengabulkanmu
- Bab 57 Kekurangan Ginjal
- Bab 58 Kesakitan
- Bab 59 Kelembutan Eldric
- Bab 60 Malah Menuangkan Garam
- Bab 61 Kelembutan Yang Canggung
- Bab 62 Sesuatu Yang Tidak Aku Inginkan
- Bab 63 Tidak Tahu Malu, Menggoda Tuan Kamil
- Bab 64 Apa Yang Dilakukannya Dengan Ridwan
- Bab 65 Keputusannya
- Bab 66 Kalau Sakit, Gigitlah
- Bab 67 Ciuman Melanda
- Bab 68 Kebencian Lea
- Bab 69 Bertemu Larut Malam Di Pinggir Jalan
- Bab 70 Ingat, Namaku Zarco Rius
- Bab 71 Yutta Marah
- Bab 72 Sangat Acuh Tidak Acuh
- Bab 73 Dengarkan Nasihat Kak Ming, Menjauhlah Dari Pria Itu
- Bab 74 Jadilah Pacarku Saja
- Bab 75 Yutta Aloysia Yang Menggila, Eldric Cassio Yang Menggila
- Bab 76 Yutta Aloysia, Yutta Aloysia
- Bab 77 Rayon Lucas Dan Karim Heng
- Bab 78 Jangan Sentuh Tempat Itu Lagi
- Bab 79 Tuan Karim Heng Aku Butuh Sepuluh Miliar
- Bab 80 Perburuan Ini Berubah Menjadi Tidak Menarik
- Bab 81 Hanya Ingin Berburu, Tidak Memiliki Perasaan
- Bab 82 Perubahan Yutta Aloysia
- Bab 83 Mendorong Masuk Ke Dalam Neraka
- Bab 84 Kemana Saja Kamu Adikku?
- Bab 85 keras Kepala dan Tetap Tegar
- Bab 86 Bukankah Ini Adalah Nona Aloysia?
- Bab 87 Kamu Bisa Berlutut Sekarang
- Bab 88 Biarkan Aku Pergi
- Bab 89 Livin Bukan Tidak Bersalah
- Bab 90 Bos! Tolong!
- Bab 91 Menghancurkan Harapan Dengan Tangan Sendiri
- Bab 92 Penyesalan Terakhir Dalam Hidup ini Adalah Bertemu Denganmu
- Bab 93 Akulah Yang Telah Buta Mata Dan Buta Hati
- Bab 94 Masing-Masing Semuanya Bukanlah Orang Yang Mudah Ditangani
- Bab 95 Telah Membayar Yang Harus Dibayar
- Bab 96 Sudah Gila Sejak Lama
- Bab 97 Eldric Tidak Menyadari Perasaannya Sendiri
- Bab 98 Saudara
- Bab 99 Siapa Kamu?
- Bab 100 Menghancurkan Impiannya dan Kak Lucas
- Bab 101 Kebenaran Tentang Ginjal Kiri Diangkat
- Bab 102 Eldric, Kamu Sudah Gila!
- Bab 103 Yang Bisa Menahannya Bukanlah Pria
- Bab 104 Ridwan Kamil, Ridwan Kamil Membuat Orang Sakit Hati
- Bab 105 Kamu Berdiri Di Sana Saja Aku Akan Berjalan Mendekatimu
- Bab 106 Pikiran Yang Tersembunyi Di Buku Catatan Harian
- Bab 107 Jebakan Yang Terlalu Dalam
- Bab 108 Apakah Bagaimanapun Juga Boleh?
- Bab 109 Lakukan Apa Yang Tuhan Minta Anda Lakukan
- Bab 110 Berpapasan
- Bab 111 Eldric VS Ridwan
- Bab 112 Kamu Boss Besar, Jadi Tidak Perlu Membayar?
- Bab 113 Sudah Bergerak
- Bab 114 Menemani Sampai Akhir
- Bab 115 Tekanan Tak Terbatas
- Bab 116 Menemani Adalah Pengakuan Cinta Terdalam
- Bab 117 Kegembiraan Kecil Ridwan
- Bab 118 Karim Mempersulit Segalanya
- Bab 119 Ketenangan Sebelum Badai
- Bab 120 Seolah Melihat Yutta Yang Dulu
- Bab 121 Ini Adalah Sebuah Permainan
- Bab 122 Melihat, Mendengar Dan Mengetahui
- Bab 123 Mereka Tidak Pantas Melihatnya
- Bab 124 Kamu Lihat, Aku Tidak Menangis
- Bab 125 Boss Yutta Aloysia Menghilang
- Bab 126 Dia Mencari Wanita Itu Dengan Menggila
- Bab 127 Kelabilan dan Sakit Hati Ridwan Kamil
- Bab 128 Kelembutan Eldric Di Bawah Sikap Dingin
- Bab 129 Tunggu Aku Di Atas Ranjang