Cinta Yang Paling Mahal - Bab 80 Perburuan Ini Berubah Menjadi Tidak Menarik

Wajah Karim yang lebih menawan daripada wanita, tenang dan tidak terlihat ekspresi apa-apa.

Hanya menatap Yutta, dalam hati malah merasa……mungkin perburuan kali ini sudah bisa berakhir.

Yutta bisa menyukai uang, dia menyukai uang Karim baru bisa menangkap kelemahannya, baru bisa terus menerus mendekatinya, baru bisa sedikit demi sedikit memburu mangsa ini.

Di dalam permainan memburu ini, uang adalah umpan dan Yutta adalah mangsa.

Berburu menyenangkan karena mangsa yang berjuang untuk lepas dan proses dalam berburu.

Tetapi, ketika wanita ini membuka mulut minta uang padanya……Karim merasa permainan berburu ini sudah bisa berakhir, karena……terlalu vulgar.

“Sudah malam, aku pergi dulu.” Karim menepuk-nepuk celana panjangnya, berpamitan dengan tenang sekali.

Yutta mengatup erat bibirnya, mengatakan: “Aku antar kamu.”

“Tidak perlu.” Suara yang begitu datar, dalam situasi seperti ini, takutnya siapapun akan merasa sangat memalukan.

Dia terlalu jelas melakukannya.

“Tidak, aku tetap harus mengantarmu.”

Yutta menutup pintu, kali ini berencana mengantar pria ini turun ke bawah, dia sudah datang beberapa kali, dia selalu mengantar sampai depan pintu asrama saja, sedangkan hari ini, membuat pengecualian mengantarnya turun ke bawah.

“Nona Aloysia,” Tiba-tiba Karim tertawa, ekspresi wajahnya sedikit tidak sabaran: “Sepuluh miliar, aku punya. Tapi aku tidak ingin memberinya padamu. ……karena, barusan saja, semangkuk mie daun bawangmu itu sudah tidak bernilai dua ratus juta lagi.”

Sepuluh miliar, bagi Karim, sama sekali tidak termasuk apa-apa, ambil satu contoh paling sederhana saja, salah satu dari beberapa mobil sportnya, harganya sudah jauh lebih mahal dari ini.

Mendadak merasa perutnya mual sekali, barusan semangkuk mie daun bawang itu seketika berubah menjadi tidak enak.

Yutta terdiam, mendadak dia tertawa: “Tuan Karim, aku tidak pernah mengatakan makan malam yang aku buat bernilai dua ratus juta. Kamu bersedia memberikannya, kamu merasa sepadan, sedangkan aku kekurangan uang, sangat-sangat kekurangan, maka aku menerimanya.

Mengapa jelas-jelas aku merasa ini bukanlah pertukaran yang setara tapi aku tetap menerimanya?

Mungkin kamu sudah lupa, aku adalah seorang pelacur yang bisa melakukan hal apapun demi uang.

Aku kekurangan uang, kekurangan sepuluh miliar, seberapa pentingkah uang sepuluh miliar ini?

Saking pentingnya, jika aku tidak bisa mendapatkan uang ini dalam batas waktu yang telah ditentukan, maka aku akan kehilangan sesuatu yang sangat berharga.”

“Itu tidak ada hubungannya denganku.” Wajah Karim tanpa ekspresi……berburu, selesai.

Dia lalu mengangkat tanga melirik jam tangan: “Sudah menghabiskan banyak waktu, Nona Aloysia, sudah lama menggangumu, kelak tidak perlu bertemu lagi.”

“Aku juga berpikir seperti ini, jadi, baru mengantarmu turun ke lantai bawah.” Dia berpikir-pikir, “Tuan Karim, terima kasih, ada lagi, kamu sudah salah bicara dalam satu hal.” Dia berkata dengan datar:

“Kita hanyalah orang asing, jadi tidak ada kata ‘kelak’.”

Kata kelak harus disimpan untuk orang yang paling penting.

Yutta selesai bicara, angin dingin berhembus kemari, membuat pakaian yang ada di tubuhnya semakin bungkus erat, berbalik dan perlahan jalan ke koridor.

Tiba-tiba Karim menariknya: “Apa maksud kata-katamu ini? Apa yang dimaksud, kamu juga berpikir seperti ini, jadi baru mengantarku turun ke bawah?”

Karim semakin pikir semakin merasa ada yang tidak benar, apa maksud dari kata-katanya ini? ……tampaknya, barusan orang yang minta uang sepuluh miliar dengan dirinya bukanlah orang yang sama.

Apakah murni hanya karena harga dirinya, atau……

“Tuan, lepaskan tanganmu, keputusan kita sama, untuk apa terus mempermasalahkan apa maksudku?”

Apakah penting menanyakan apa maksudku?

Lagipula, dia tidak ingin bertemu dengannya lagi, dan Karim juga merasa tidak perlu terus mengganggu dirinya lagi.

Dengan begini, kamu meminta aku bersedia, mencapai kesepakatan yang sama, apanya yang tidak baik?

Mengenai “apa maksudku”, apakah itu penting?

“Sudahlah.” Dalam hati Karim semakin merasa aneh, “Kamu harus mengatakannya hingga jelas, kalau tidak, malam ini kamu juga jangan naik ke atas lagi.”

Penuh amarah dalam hati Yutta, apakah orang ini tidak terlalu berkuasa.

“Tidak apa-apa jika kamu tidak ingin mengatakannya, aku memiliki banyak waktu untuk dihabiskan bersamamu. Kalau tidak, terus menghabiskan waktu hingga besok kamu pergi kerja, jika tiba saat itu kamu masih tidak mau mengatakannya, maka tidak perlu pergi kerja lagi.”

Rasa jijik muncul dalam hatinya, Yutta terdiam sejenak, dalam hati berpikir, jika tidak mengatakannya maka pria ini akan benar-benar melakukannya.

“Bukankah tadi sudah mengatakannya, bagiku sepuluh miliar, jauh lebih penting dibandingkan dengan nyawaku.” Dia perlahan mengatakan: “Tapi walaupun begitu penting, meskipun Tuan Karim bersedia memberi sepuluh miliar yang lebih penting dari nyawaku ini, aku juga tidak ingin membiarkanmu menyentuh lukaku lagi.

Bukan hanya kamu, siapa pun tidak boleh!

Jadi aku rasa aku tidak akan bertemu dengan Tuan Karim lagi, mengantarmu turun ke bawah, karena ingin berpamitan denganmu. Terima kasih atas uangmu, ada lagi……terima kasih sudah makan mie daun bawangku.”

Jika tidak ada Tuan Karim, mungkin mie daun bawang ini, seumur hidup juga tidak akan ada orang yang mencicipinya……dia hanya dianggap menggantikan orang itu, juga sudah ada orang yang mencicipi mie daun bawang yang dipelajari khusus untuk orang itu.

“Terima kasih……setiap kali sudah makan semangkuk mie itu hingga habis tak tersisa. Terima kasih……akhirnya mie itu memiliki jejak keberadaannya.”

Dia menarik telapak tangan besar itu turun dari lengannya, membungkuk sambil memegang pegangan tangan di koridor, berjalan ke atas.

Meninggalkan Karim, ekspresi wajah berubah menjadi tidak pasti.

Dia……mengatakan sepuluh miliar, maksudnya seperti ini?

Tapi diriku malah salah paham?

Jika kata-kata seperti ini diucapkan oleh orang lain, Karim pasti tidak akan mempercayainya, hanya akan merasa orang lain sedang berdalih, tapi jika itu adalah dia, wanita ini……dalam hati Karim ada sebuah perasaan yang tak bisa dilukiskan.

Mendadak, kaki rampingnya diangkat, seperti angin saja, sudah berhasil mengejar Yutta yang sedang menaiki tangga, dia berdiri di bawah satu anak tangga darinya, langsung merangkul leher Yutta dari belakang.

Walaupun Karim berdiri lebih rendah satu anak tangga dari tangga Yutta berdiri, tetapi dia berdiri di belakang Yutta, tetap lebih tinggi sedikit dari Yutta, lengan yang ramping dan kuat, mengikat Yutta dengan sangat erat, mendadak, bahu Yutta terasa berat, tiba-tiba Karim menunduk, mendekatkan kepala ke samping telinga Yutta, sangat berbahaya mengatakan:

“Terlalu banyak bicara pasti akan ada kesalahan, terakhir tidak seharusnya kamu menjawabku, membuat aku semakin tertarik padamu.”

Yutta terdiam, “Tidak ada hubungannya denganku.”

“Nona Aloysia……sebenarnya kamu adalah orang yang sangat dingin.”

Bagaimana dia bisa tidak tahu bahwa dirinya sangat dingin……siapa yang bisa tetap ramah dan penuh cinta setelah tiga tahun tinggal di tempat yang tidak bisa melihat matahari itu?

Berada di tempat itu, terlalu banyak ikut campur hanya akan mencelakai diri sendiri, contohnya……kak Lucas karena terlalu banyak ikut campur masalahnya, baru meninggal di saat usianya masih begitu belia, satu nyawa melayang begitu saja.

“Tuan Karim, jangan bertemu lagi.”

Dia mengulurkan tangan mendorongnya, tapi hanya merasa dipaksa orang untuk berbalik arah, selanjutnya, Karim membekap kedua tangan Yutta ke belakang.

“Apa yang ingin kamu lakukan!”

Saat menjawab Yutta, Karim mengosongkan satu tangan, jari-jari yang ramping menyingkirkan rambut di keningnya.

Jantung Yutta berdebar kencang, membelalakkan kedua matanya: “Hentikan! Hentikan!”

Tapi tidak peduli bagaimana dia berjuang untuk lepas, kedua tangannya tetap dibekap ke belakang oleh Karim, suara merdu Karim, berkata dengan mempermainkan: “Jangan bergerak sembarangan, kamu juga tidak bisa melarikan diri.”

Novel Terkait

Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu