Cinta Yang Paling Mahal - Bab 101 Kebenaran Tentang Ginjal Kiri Diangkat
Pintu asrama terbuka, di ruang tamu, wanita itu jatuh ke lantai, dan menatap ubin lantai dengan linglung.
Dia membuka matanya, menatap ubin lantai dengan linglung, dan air matanya perlahan mengalir.
Dia mengingat senyum Monalisa, beberapa orang berkata bahwa Monalisa menangis dengan satu mata dan tertawa dengan mata lainnya, dia pernah berpikir bahwa betapa konyol dan tidak mungkinnya hal tersebut.
Yutta selalu merasa bahwa hal itu kebetulan adalah masalah penggunaan warna pelukis, yang kemudian dipromosikan secara berlebihan oleh generasi selanjutnya.
Bagaimana mungkin di dunia ini bisa ada satu mata menangis dan satu mata lagi tertawa?
Itu konyol!
Tapi hari ini, Yutta merasa terdapat dua jenis suasana hati yang terbagi di dunia ini.
Misalnya, suasana hatinya saat ini.
Kenikmatan balas dendam membuatnya ingin tertawa dengan keras, dan perasaan diperlakukan sebagai sampah oleh kerabat membuatnya ingin menangis, dan akhirnya air mata di wajahnya ini tampak sedikit gila.
Dia tidak tahu apakah dia sedang tertawa dan menangis, atau menangis dan tertawa.
Hari berikutnya
Di rumah Keluarga Cassio, di atas sofa ruang tamu, seorang pria duduk dengan anggun.
Di sisi berlawanan dari sofa, pasangan paruh baya menyanjungnya dengan hati-hati.
Di belakang pria itu berdiri seorang kepala pengurus rumah tangga dengan wajah serius, rambutnya berwarna putih abu-abu dan wajahnya tidak ada senyum sama sekali.
Tatapan Eldric menyapu hadiah di meja kopi di depannya, dan jatuh pada pasangan paruh baya di seberangnya.
Dia sedikit melengkungkan sudut bibirnya, "Aku sudah mengerti apa maksud dari Tuan Aloysia." Ada sedikit arogan di matanya, setelah mengucapkan perkataan ini, dia berdiri dan berkata: "Paman Mahdi, antar Tuan Aloysia dan Nyonya Aloysia."
"Baik, Tuan Cassio."
Pak Mahdi melangkah maju, sedikit membungkuk, dan memberi isyarat "silahkan": "Tuan Cassio sangat sibuk akhir-akhir ini, dan Tuan sudah mengerti maksud dari Tuan Aloysia dan Nyonya Aloysia, aku akan mengantar anda keluar rumah."
"Kalau begitu hadiah ini ..." Hartono sedikit gugup, dia menatap Eldric dengan penuh harapan.
Pria itu sedikit memiringkan kepalanya, kemudian sedikit tersenyum: "Aku terima hadiah Tuan Aloysia."
Setelah mendengar kata ini, Hartono menghela nafas lega, menerima hadiah itu berarti Eldric berjanji untuk tidak melibatkan Lucas Grup dan anggota Keluarga Aloysia lainnya karena anak durhaka itu.
"Tuan Cassio, Anda sibuk, aku pergi dulu."
Suasana hati Hartono menjadi jauh lebih santai, dia berjalan keluar rumah dengan Pak Mahdi yang tidak memiliki ekspresi di wajahnya.
Di samping mobil mereka, Pak Mahdi berhenti, dia berjarak dua meter dari Hartono dan istrinya.
Sebelum Hartono naik mobil, dia tiba-tiba ragu-ragu sejenak, kemudian dia berbalik dan menatap Pak Mahdi: "Pak Mahdi, kami tidak mendidik anak durhaka itu dengan baik, dan menyakiti Lvin yang begitu baik, maaf, Pak Mahdi."
Jika Yutta ada di sana, dia pasti akan merasa sedih ... Dia belum mengaku bersalah, ayah kandungnya sudah mengaku untuknya.
Wajah tak berekspresi Pak Mahdi, seperti biasa, tidak tersenyum, dia berkata dengan acuh tak acuh: "Livin telah meninggal selama tiga tahun, jika ini adalah nasib Livin, aku terima.
Dosa Nona Aloysia akan dibayar sendiri oleh Nona Aloysia, tidak ada hubungannya dengan Tuan Aloysia dan Nyonya Aloysia. Meskipun aku hanya pengurus rumah tangga Keluarga Cassio, tetapi aku masih bisa membedakan antara benar dan salah.
Aku dengar ... Tuan Aloysia telah menerbitkan di surat kabar pagi ini, dan hubungan ayah-anak dengan Nona Aloysia sudah tidak ada lagi? "
"Pak Mahdi begitu bijaksana, dan aku merasa malu, anak durhaka seperti ini tidak bisa diterima lagi, dan Keluarga Aloysia juga tidak dapat menahan badai lagi. Jika surat kabar itu dapat membuat Tuan Cassio dan Pak Mahdi merasa lebih nyaman, aku juga tidak sia-sia melakukannya dengan kejam. "
Pak Mahdi akhirnya menunjukkan senyum di wajahnya yang tua: "Waktu sudah larut, Tuan Aloysia dan Nyonya Aloysia hati-hati di jalan."
Pak Mahdi melihat mobil Hartono melaju keluar dari manor Keluarga Cassio, kemudian berbalik dan berjalan kembali.
Dia berjalan ke lantai dua, "Tuan, orang sudah pergi."
"Ya." Eldric memegang hadiah dari Hartono di tangannya, mengangkatnya ke depan, sepasang matanya yang sempit dan panjang menatapnya, ada jejak ironi melintas di matanya, kemudian dia melempar hadiah tersebut ke kaki Pak Mahdi: "Dibuang saja."
“Ya, Tuan.” Ketika Pak Mahdi membungkuk untuk mengambil hadiah di tanah, dia mendengar Eldric berkata lagi: "Aku minta kamu untuk menyelidiki apa yang wanita itu alami di penjara, apakah sudah dapat kabarnya?"
Tubuh Pak Mahdi yang membungkuk bergetar tanpa sadar, matanya bersinar, kemudian menghilang tanpa jejak, dan dia menjawab dengan tegas: “Tuan sedang berbicara tentang Nona Aloysia, benar?” Pak Mahdi mengambil hadiah di tanah dan berdiri tegak lagi, “Awal-awal Nona Aloysia masuk penjara, sikap arogannya menyebabkan beberapa orang membencinya, sehingga dia pasti mengalami kesulitan. "
Eldric sedikit mengerutkan alisnya: "Apa yang terjadi dengan ginjalnya?"
Orang lain tidak menyukai Yutta, dan Yutta pasti akan dipukul, tapi mengapa ginjalnya bisa diangkat di tempat itu.
“Ada kesalahpahaman di sini.” Pak Mahdi berkata dengan sungguh-sungguh: “Nona Aloysia juga tidak beruntung, salah satu kriminal sedang sakit, untuk tujuan pengobatan, salah satu ginjalnya perlu diangkat. Nona Aloysia biasanya menyinggung banyak orang dan Nona Aloysia dijebak orang, sehingga Nona Aloysia menggantikan kriminal tersebut.
Nona Aloysia benar-benar menderita bencana yang tidak seharusnya dia derita. "
Ketika Pak Mahdi selesai berbicara, dia mendongak dan melihat sepasang mata yang tersenyum sedang menatap dirinya sendiri, Pak Mahdi sangat tenang di permukaan, tetapi hatinya bergetar, "Tuan, Nona Aloysia memang sangat kasihan, meskipun aku sangat membenci Nona Aloysia, tapi Nona Aloysia juga merupakan sahabat Livin di dunia ini.
Tidak peduli betapa aku membenci Nona Aloysia, aku juga tidak akan menyembunyikan hal-hal ini darimu untuk pihak penjara sana. "
Implikasinya adalah ini informasi yang dia dapatkan, untuk apakah ada kebohongan di ujung sana, dia tidak tahu.
Eldric menyipitkan mata, dia sedang berpikir, karakter Yutta tiga tahun lalu memang sangat arogan, dan Yutta tiba-tiba jatuh dari puncak gunung ke lumpur, sehingga tidak bisa menerima untuk sementara waktu, itu juga bukan tidak mungkin
Kemudian dia mengingat apa yang dikatakan Yutta hari itu, jika tanpa sikap dia Eldric, bagaimana mungkin orang-orang itu berani menyentuhnya, bagaimanapun juga, Yutta sekarang menjadi seperti ini, itu tidak terlepas dari hubungannya.
Dia melambaikan tangan pada Pak Mahdi: "Kamu sudah boleh turun."
Pak Mahdi ragu-ragu sejenak.
"Katakan saja."
Pak Mahdi mengangguk: "Tuan ...aku dengar Nona Aloysia bekerja di Hamilton?"
Di atas sofa, tatapan pria itu tertuju pada wajah Pak Mahdi, jantung Pak Mahdi berdebar kencang, dan dahinya berkeringat dingin, dan pada saat ini tatapan pria itu melewati wajah Pak Mahdi.
"Paman Mahdi, kamu telah mendengar banyak hal."
Sebuah pernyataan yang datar membuat Pak Mahdi gugup lagi: "Tidak, Tuan, aku hanya ..."
"Aku mengerti, Paman Mahdi peduli dengan pembunuh yang membunuh putrimu, dan ini bisa dimaafkan. Tapi Paman Mahdi, tanggung jawabmu adalah mengelola vila ini."
Ini adalah peringatan yang ringan, jantung Pak Mahdi berdebar dengan kencang, dia berkata dengan cepat, "Apa yang Tuan katakan benar."
"Baiklah, kamu sudah boleh turun."
Eldric memperingatkan Pak Mahdi untuk jangan ikut campur masalah Yutta setelah Yutta dibebaskan dari penjara. Jika dia tahu, dia tidak akan memaafkannya.
Pak Mahdi berjalan keluar dari pintu kamar tidur, tangannya memegang hadiah yang dibawa Hartono, dan urat biru menonjol di punggung tangannya, dia menggertakkan giginya dengan keras!
Livin sudah mati, dan wanita jalang itu hanya dipenjarakan selama tiga tahun!
Bukankah hanya kehilangan sebuah ginjal?
Livin-nya kehilangan nyawa!
Novel Terkait
Siswi Yang Lembut
Purn. Kenzi KusyadiLove In Sunset
ElinaCinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinMarriage Journey
Hyon SongThis Isn't Love
YuyuInnocent Kid
FellaYama's Wife
ClarkCinta Yang Paling Mahal×
- Bab 1 Penjarakan Dia
- Bab 2 Semuanya Ini Adalah Maksud Dari Tuan Cassio
- Bab 3 Keluar Dari Penjara
- Bab 4 Kebetulan Melihat Pasangan Yang Kencan Diam-Diam
- Bab 5 Mencari Masalah Untuk Diri Sendiri
- Bab 6 Kamu Tidak Bermaksud Menyapa Aku?
- Bab 7 Cium Dia
- Bab 8 Penyelaan Oleh Ridwan
- Bab 9 Amarah Dan Hinaannya
- Bab 10 Ditangkap Setelah Melarikan Diri
- Bab 11 Dia Datang
- Bab 12 Yutta Yang Tidak Percaya Diri
- Bab 13 Memindahkan Dia Ke Departemen Hubungan Masyarakat
- Bab 14 Penghinaan Dan Penyiksaan
- Bab 15 Mempermalukan
- Bab 16 Bukan Yang Paling Memalukan
- Bab 17 Hanya Lebih Memalukan
- Bab 18 Tubuhmu Dingin Atau Panas
- Bab 19 Tersebar Dengan Luas
- Bab 20 Kritikan Lea
- Bab 21 Eldric, Dengar
- Bab 22 Dia Menghindari Eldric
- Bab 23 Eldric Menciumnya
- Bab 24 Apakah Kamu Meremehkan Yutta
- Bab 25 Kamu Kira Dirimu Lebih Mulia Dari Yutta
- Bab 26 Jangan Terburu-Buru Satu Persatu
- Bab 27 Membantu Dia Melampiaskan Amarah
- Bab 28 Tuan Lucas
- Bab 29 Wanita Gila
- Bab 30 Gadis Malang
- Bab 31 Kak Lucas...
- Bab 32 Terakhir Kali Tanya padamu
- Bab 33 Ridwan Kamil VS Yutta Aloysia
- Bab 34 Awal Permasalahan
- Bab 35 Mempersulit
- Bab 36 Tidak Tahu Malu
- Bab 37 Penipuan Untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 38 Apakah Yang Dia Inginkan Terlalu Banyak?
- Bab 39 Bagaimana Merendahkan Diri Bisa Interpretasikan Kesombongan
- Bab 40 Perburuan Berdarah Dimulai
- Bab 41 Aku Ingin Kamu Menemaniku Malam Ini
- Bab 42 Apakah Yang Dia Inginkan Hanya Sebuah Ciuman?
- Bab 43 Alasan Eldric Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 44 Orang Yang Tidak Tahu Malu
- Bab 45 Ridwan Memberi Pelajaran Kepada Lea Si Hati Jahat
- Bab 46 Lea Trisa Demi Menjaga Diri Mendorong Yukka Aloysia untuk Menghalang
- Bab 47 Eldric Cassio Emosi
- BAB 48 Tidak Boleh Mati
- BAB 49 Yutta Aloysia Ikut Aku
- BAB 50 Dengan Kuat Menghentikan Mulut yang Mengganggunya
- Bab 51 Malam Ini Temani Aku Tidur
- Bab 52 Perhatian Di Balik Penampilan Dingin Yang Sengaja Diperlihatkan
- Bab 53 Apakah Kamu Tahu Siapa yang Menyelamatkan Yutta
- Bab 54 Memeriksa
- Bab 55 Bawa Aku Menemuinya
- Bab 56 Aku Akan Mengabulkanmu
- Bab 57 Kekurangan Ginjal
- Bab 58 Kesakitan
- Bab 59 Kelembutan Eldric
- Bab 60 Malah Menuangkan Garam
- Bab 61 Kelembutan Yang Canggung
- Bab 62 Sesuatu Yang Tidak Aku Inginkan
- Bab 63 Tidak Tahu Malu, Menggoda Tuan Kamil
- Bab 64 Apa Yang Dilakukannya Dengan Ridwan
- Bab 65 Keputusannya
- Bab 66 Kalau Sakit, Gigitlah
- Bab 67 Ciuman Melanda
- Bab 68 Kebencian Lea
- Bab 69 Bertemu Larut Malam Di Pinggir Jalan
- Bab 70 Ingat, Namaku Zarco Rius
- Bab 71 Yutta Marah
- Bab 72 Sangat Acuh Tidak Acuh
- Bab 73 Dengarkan Nasihat Kak Ming, Menjauhlah Dari Pria Itu
- Bab 74 Jadilah Pacarku Saja
- Bab 75 Yutta Aloysia Yang Menggila, Eldric Cassio Yang Menggila
- Bab 76 Yutta Aloysia, Yutta Aloysia
- Bab 77 Rayon Lucas Dan Karim Heng
- Bab 78 Jangan Sentuh Tempat Itu Lagi
- Bab 79 Tuan Karim Heng Aku Butuh Sepuluh Miliar
- Bab 80 Perburuan Ini Berubah Menjadi Tidak Menarik
- Bab 81 Hanya Ingin Berburu, Tidak Memiliki Perasaan
- Bab 82 Perubahan Yutta Aloysia
- Bab 83 Mendorong Masuk Ke Dalam Neraka
- Bab 84 Kemana Saja Kamu Adikku?
- Bab 85 keras Kepala dan Tetap Tegar
- Bab 86 Bukankah Ini Adalah Nona Aloysia?
- Bab 87 Kamu Bisa Berlutut Sekarang
- Bab 88 Biarkan Aku Pergi
- Bab 89 Livin Bukan Tidak Bersalah
- Bab 90 Bos! Tolong!
- Bab 91 Menghancurkan Harapan Dengan Tangan Sendiri
- Bab 92 Penyesalan Terakhir Dalam Hidup ini Adalah Bertemu Denganmu
- Bab 93 Akulah Yang Telah Buta Mata Dan Buta Hati
- Bab 94 Masing-Masing Semuanya Bukanlah Orang Yang Mudah Ditangani
- Bab 95 Telah Membayar Yang Harus Dibayar
- Bab 96 Sudah Gila Sejak Lama
- Bab 97 Eldric Tidak Menyadari Perasaannya Sendiri
- Bab 98 Saudara
- Bab 99 Siapa Kamu?
- Bab 100 Menghancurkan Impiannya dan Kak Lucas
- Bab 101 Kebenaran Tentang Ginjal Kiri Diangkat
- Bab 102 Eldric, Kamu Sudah Gila!
- Bab 103 Yang Bisa Menahannya Bukanlah Pria
- Bab 104 Ridwan Kamil, Ridwan Kamil Membuat Orang Sakit Hati
- Bab 105 Kamu Berdiri Di Sana Saja Aku Akan Berjalan Mendekatimu
- Bab 106 Pikiran Yang Tersembunyi Di Buku Catatan Harian
- Bab 107 Jebakan Yang Terlalu Dalam
- Bab 108 Apakah Bagaimanapun Juga Boleh?
- Bab 109 Lakukan Apa Yang Tuhan Minta Anda Lakukan
- Bab 110 Berpapasan
- Bab 111 Eldric VS Ridwan
- Bab 112 Kamu Boss Besar, Jadi Tidak Perlu Membayar?
- Bab 113 Sudah Bergerak
- Bab 114 Menemani Sampai Akhir
- Bab 115 Tekanan Tak Terbatas
- Bab 116 Menemani Adalah Pengakuan Cinta Terdalam
- Bab 117 Kegembiraan Kecil Ridwan
- Bab 118 Karim Mempersulit Segalanya
- Bab 119 Ketenangan Sebelum Badai
- Bab 120 Seolah Melihat Yutta Yang Dulu
- Bab 121 Ini Adalah Sebuah Permainan
- Bab 122 Melihat, Mendengar Dan Mengetahui
- Bab 123 Mereka Tidak Pantas Melihatnya
- Bab 124 Kamu Lihat, Aku Tidak Menangis
- Bab 125 Boss Yutta Aloysia Menghilang
- Bab 126 Dia Mencari Wanita Itu Dengan Menggila
- Bab 127 Kelabilan dan Sakit Hati Ridwan Kamil
- Bab 128 Kelembutan Eldric Di Bawah Sikap Dingin
- Bab 129 Tunggu Aku Di Atas Ranjang