Cinta Yang Paling Mahal - Bab 103 Yang Bisa Menahannya Bukanlah Pria
Langit cerah dan sinar matahari sangat terik, Yutta membungkus mantelnya dengan erat lagi, jalan taman yang diapit deretan perpohonan di kedua sisinya kurang ramai hari ini, tetapi setiap kali seseorang melewatinya, mereka akan menatapnya dengan tatapan aneh.
"Ini ... apakah otak orang ini bermasalah?"
Sepasang suami istri muda lewat di belakangnya, mereka menoleh untuk menatapnya lagi, dan berbicara dengan suara pelan, meskipun mereka tidak berbicara di depan Yutta, tetapi mereka juga tidak merendahkan suara.
Suara bisikan terdengar di belakang Yutta, dia sudah terbiasa dengan itu, dan dia juga sudah terbiasa dengan ekspresi terkejut dari mereka yang sesekali lewat.
Yutta mendongak dan melihat matahari yang tepat di tengah langit, dia mengerti betapa aneh pakaiannya saat ini di mata orang lain.
Saat semua orang mengenakan celana pendek dan baju berlengan pendek, dia membungkus tubuhnya dengan erat tanpa menunjukkan apapun.
Yutta melihat kemeja panjang di tubuhnya, dia sedikit menyesal, dia seharusnya memakai mantel yang lebih tebal.
Tulangnya sangat sakit, di sampingnya adalah pasangan muda yang mengendarai sepeda dan melewatinya dengan santai.
Gadis tersebut mengenakan rok putih, anak laki-laki mengenakan kemeja putih, dan gadis itu sangat ceria, dari kejauhan sudah bisa mendengar suara obrolannya: "Hei, ayo kita pergi ke taman hiburan, cuaca hari ini sangat bagus, sayang sekali jika kita tidak pergi."
"Oke oke, terserah kamu, ayo kita pergi ke taman hiburan."
"Bagaimana jika kita berkemah di malam hari? Aku sudah membeli tenda."
Saat mereka sedang berbicara dan mengobrol, sepeda melewati Yutta.
"Hei! Tunggu sebentar."
“Apa?” Pasangan muda itu terkejut, anak laki-laki itu menginjakkan kakinya di tanah dan berhenti: “Apakah kamu panggil kami?…” Kemudian dia melihat Yutta dari atas ke bawah lagi. Anak laki-laki itu sangat tampan, dia mengerutkan kening, “Ada apa?” Wajahnya penuh dengan curiga ... ini, ini, jangan-jangan wanita ini adalah orang gila?
Yutta tercengang, dia tidak bermaksud untuk menghentikan pasangan itu, tapi dia tanpa sadar memanggil mereka.
“Apakah kamu ... baik-baik saja?” Gadis yang duduk di kursi belakang, rambutnya berwarna cokelat kemerahan, dia memiringkan kepala, mengulurkan tangan, dan melambaikannya di depan Yutta.
Yutta tertegun, "Aku ..." Apa yang harus aku katakan?
Mengapa aku tiba-tiba menghentikan mereka yang tidak dikenal?
"Kamu ingin menanyakan arah, benar? Kamu tanyakan saja, pacarku tahu semua ruas jalan di sini."
Suara gadis itu sangat muda dan energik, Yutta dengan cepat menundukkan kepalanya, dia mengedipkan mata, dan mengangkat tangannya seolah-olah sedang menyeka kesedihan di sudut matanya, kemudian dia berkata dengan lembut: "Aku, aku ... hari ini akan hujan, aku telah melihat ramalan cuaca."
Setelah Yutta selesai berbicara, dia berbalik dan pergi, kakinya tidak nyaman, sehingga dia berjalan pincang, tetapi langkah kakinya terlihat seperti terburu-buru.
Suara percakapan pasangan muda di telinga semakin jauh.
Samar-samar dia masih bisa mendengar: "Hah? Apakah ramalan cuaca mengatakan hari ini akan hujan?"
Anak laki-laki itu juga tampak bingung: "Mungkin ... dia salah melihat? Tapi dia benar-benar orang yang baik ..."
Suara itu menjauh, Yutta tersenyum pahit ... orang yang baik?
Jika mereka tahu dia pernah dipenjarakan, apakah mereka akan tetap mengatakan dia orang yang baik?
Yutta berjalan maju tanpa tujuan.
Ketika Yutta mengangkat kepalanya lagi, dia tertegun ...
Di bawah pohon beringin, pria berkemeja putih dan celana panjang khaki masuk ke pandangannya.
Pria itu berdiri di bawah naungan pohon, tangannya dimasukkan ke dalam saku celana, dan tersenyum padanya dengan ekspresi yang jahat, menunjukkan giginya yang putih, dan bahkan udara di sekitarnya juga penuh dengan gelembung berwarna pink.
Dalam keadaan linglung, dia sepertinya melihat musim panas tahun itu.
Di bawah pohon beringin yang lebih besar dari ini, anak laki-laki yang mengenakan kemeja putih, celana khaki, dan sepatu putih, berdiri di bawah naungan pohon, dirinya sendiri berlari dengan cepat, dan anak laki-laki itu terlihat tidak sabar dan sedikit mendesaknya: "Lambat sekali, gadis sungguh merepotkan, cepatlah, kalau kamu tidak cepat, aku akan pergi."
Anak laki-laki itu bilang mau pergi, tetapi masih berdiri di bawah pohon beringin dan menunggunya dengan tenang.
Kapan itu terjadi?
Oh ... saat SMP kelas 9...
Sejak kapan hubungannya dengan pria itu menjadi tegang, menjadi tidak bisa diperbaiki, menjadi asing dan berjarak?
Dan, Yutta sudah tidak ingat lagi...
"Eld ..." Pandangannya kabur, dan dia memanggil pria di bawah naungan pohon.
Tiba-tiba, pria di bawah pohon memanggilnya dengan suara yang jernih: "Yutta, aku tahu, aku pasti bisa bertemu denganmu di sini."
Suara ini membuat Yutta bergetar, dan dia sadar kembali, dia menatap pria di bawah pohon beringin tersebut, sudut mulutnya menunjukkan senyum pahit yang tidak bisa dijelaskan ...
Bukan pria itu ...
"Halo Tuan Kamil."
Dia dengan sopan menyapa pria di bawah pohon.
Ridwan tersenyum dan menunjukkan giginya yang putih, dia memiringkan kepala dan berkata kepadanya: "Ayo kemari, mengapa kamu berdiri begitu jauh dariku? Ayo datang ke sini."
Dia melambaikan tangan pada Yutta lagi.
Yutta perlahan melangkah maju: "Tuan Kamil, apakah kamu sedang menungguku?"
Jika dia tidak salah mendengar, Ridwan baru saja berkata seperti itu.
“Ya, aku sedang menunggumu.” Ridwan berkata dengan cepat: “Yutta, kamu belum memberiku jawaban, apakah kamu mau menjadi pacarku?”
Yutta tampak terkejut.
"Aku pergi ke Italy beberapa waktu lalu, ada proyek yang mendesak, begitu pesawat tiba di Kota S pagi ini, aku segera datang ke sini dan aku tahu aku pasti bisa bertemumu di sini.
Yutta, bolehkah kamu menjadi pacarku? "
Detak jantung Yutta berdetak dengan cepat, dan ketika dia mendongak, dia bertemu dengan sepasang mata yang bersinar, mata ini benar-benar berbeda dari mata pria itu, dia bereaksi dengan lambat, dan dia menatap wajah tampan yang ada di depannya dengan tercengang.
Pikirannya kacau, dengan kata-kata yang populer sekarang, mesin otaknya lumpuh.
Yutta menatap wajah itu dengan linglung.
"Hei, jika kamu menatapku seperti ini lagi, aku akan bertindak tidak sopan."
Suara Ridwan tiba-tiba terdengar di telinganya.
Yutta terkejut, dia mengangkat kepalanya dengan bingung dan mengedipkan matanya: "Apa?"
Melihat Yutta seperti ini, Ridwan tidak bisa menahan senyum: “Seperti ini.” Ketika Ridwan selesai berbicara, ada sebuah bayangan hitam mendekat, dan Yutta merasakan kehangatan di bibirnya.
"Jangan salahkan aku, kamu menatapku seperti ini, yang bisa menahannya bukanlah pria."
Ridwan sambil berkata, matanya langsung bersinar, dia menatap Yutta: "Telingamu merah."
Begitu dia berkata seperti ini, telinga Yutta semakin memerah.
"Yutta," Ridwan tiba-tiba mengulurkan tangannya, membungkus tangan Yutta ke dalam telapak tangannya yang besar, dan meletakkannya di depan dada, "Mari kita berpacaran."
Dia sudah lama berada di Italy, dan dia telah memikirkan semua hal ini. Pada akhirnya, dia cukup yakin bahwa dia menginginkan wanita ini, dan tidak ada alasan, penampilan telinga Yutta yang memerah sudah cukup membuat hatinya bergerak.
Lembutnya bibir Yutta membuatnya tidak bisa berhenti.
Menyukai hal-hal indah, itu adalah sifat alami dari manusia, siapa bilang harus jatuh cinta dengan penampilan wanita?
Setiap kali dia mengganggu Yutta, itu akan membuatnya merasa sangat nyaman dan bahagia.
"Yutta, ayo kita berpacaran." Dia berkata, "Aku akan menjagamu."
Novel Terkait
Unperfect Wedding
Agnes YuIstri ke-7
Sweety GirlMenunggumu Kembali
NovanThe True Identity of My Hubby
Sweety GirlCinta Yang Paling Mahal×
- Bab 1 Penjarakan Dia
- Bab 2 Semuanya Ini Adalah Maksud Dari Tuan Cassio
- Bab 3 Keluar Dari Penjara
- Bab 4 Kebetulan Melihat Pasangan Yang Kencan Diam-Diam
- Bab 5 Mencari Masalah Untuk Diri Sendiri
- Bab 6 Kamu Tidak Bermaksud Menyapa Aku?
- Bab 7 Cium Dia
- Bab 8 Penyelaan Oleh Ridwan
- Bab 9 Amarah Dan Hinaannya
- Bab 10 Ditangkap Setelah Melarikan Diri
- Bab 11 Dia Datang
- Bab 12 Yutta Yang Tidak Percaya Diri
- Bab 13 Memindahkan Dia Ke Departemen Hubungan Masyarakat
- Bab 14 Penghinaan Dan Penyiksaan
- Bab 15 Mempermalukan
- Bab 16 Bukan Yang Paling Memalukan
- Bab 17 Hanya Lebih Memalukan
- Bab 18 Tubuhmu Dingin Atau Panas
- Bab 19 Tersebar Dengan Luas
- Bab 20 Kritikan Lea
- Bab 21 Eldric, Dengar
- Bab 22 Dia Menghindari Eldric
- Bab 23 Eldric Menciumnya
- Bab 24 Apakah Kamu Meremehkan Yutta
- Bab 25 Kamu Kira Dirimu Lebih Mulia Dari Yutta
- Bab 26 Jangan Terburu-Buru Satu Persatu
- Bab 27 Membantu Dia Melampiaskan Amarah
- Bab 28 Tuan Lucas
- Bab 29 Wanita Gila
- Bab 30 Gadis Malang
- Bab 31 Kak Lucas...
- Bab 32 Terakhir Kali Tanya padamu
- Bab 33 Ridwan Kamil VS Yutta Aloysia
- Bab 34 Awal Permasalahan
- Bab 35 Mempersulit
- Bab 36 Tidak Tahu Malu
- Bab 37 Penipuan Untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 38 Apakah Yang Dia Inginkan Terlalu Banyak?
- Bab 39 Bagaimana Merendahkan Diri Bisa Interpretasikan Kesombongan
- Bab 40 Perburuan Berdarah Dimulai
- Bab 41 Aku Ingin Kamu Menemaniku Malam Ini
- Bab 42 Apakah Yang Dia Inginkan Hanya Sebuah Ciuman?
- Bab 43 Alasan Eldric Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 44 Orang Yang Tidak Tahu Malu
- Bab 45 Ridwan Memberi Pelajaran Kepada Lea Si Hati Jahat
- Bab 46 Lea Trisa Demi Menjaga Diri Mendorong Yukka Aloysia untuk Menghalang
- Bab 47 Eldric Cassio Emosi
- BAB 48 Tidak Boleh Mati
- BAB 49 Yutta Aloysia Ikut Aku
- BAB 50 Dengan Kuat Menghentikan Mulut yang Mengganggunya
- Bab 51 Malam Ini Temani Aku Tidur
- Bab 52 Perhatian Di Balik Penampilan Dingin Yang Sengaja Diperlihatkan
- Bab 53 Apakah Kamu Tahu Siapa yang Menyelamatkan Yutta
- Bab 54 Memeriksa
- Bab 55 Bawa Aku Menemuinya
- Bab 56 Aku Akan Mengabulkanmu
- Bab 57 Kekurangan Ginjal
- Bab 58 Kesakitan
- Bab 59 Kelembutan Eldric
- Bab 60 Malah Menuangkan Garam
- Bab 61 Kelembutan Yang Canggung
- Bab 62 Sesuatu Yang Tidak Aku Inginkan
- Bab 63 Tidak Tahu Malu, Menggoda Tuan Kamil
- Bab 64 Apa Yang Dilakukannya Dengan Ridwan
- Bab 65 Keputusannya
- Bab 66 Kalau Sakit, Gigitlah
- Bab 67 Ciuman Melanda
- Bab 68 Kebencian Lea
- Bab 69 Bertemu Larut Malam Di Pinggir Jalan
- Bab 70 Ingat, Namaku Zarco Rius
- Bab 71 Yutta Marah
- Bab 72 Sangat Acuh Tidak Acuh
- Bab 73 Dengarkan Nasihat Kak Ming, Menjauhlah Dari Pria Itu
- Bab 74 Jadilah Pacarku Saja
- Bab 75 Yutta Aloysia Yang Menggila, Eldric Cassio Yang Menggila
- Bab 76 Yutta Aloysia, Yutta Aloysia
- Bab 77 Rayon Lucas Dan Karim Heng
- Bab 78 Jangan Sentuh Tempat Itu Lagi
- Bab 79 Tuan Karim Heng Aku Butuh Sepuluh Miliar
- Bab 80 Perburuan Ini Berubah Menjadi Tidak Menarik
- Bab 81 Hanya Ingin Berburu, Tidak Memiliki Perasaan
- Bab 82 Perubahan Yutta Aloysia
- Bab 83 Mendorong Masuk Ke Dalam Neraka
- Bab 84 Kemana Saja Kamu Adikku?
- Bab 85 keras Kepala dan Tetap Tegar
- Bab 86 Bukankah Ini Adalah Nona Aloysia?
- Bab 87 Kamu Bisa Berlutut Sekarang
- Bab 88 Biarkan Aku Pergi
- Bab 89 Livin Bukan Tidak Bersalah
- Bab 90 Bos! Tolong!
- Bab 91 Menghancurkan Harapan Dengan Tangan Sendiri
- Bab 92 Penyesalan Terakhir Dalam Hidup ini Adalah Bertemu Denganmu
- Bab 93 Akulah Yang Telah Buta Mata Dan Buta Hati
- Bab 94 Masing-Masing Semuanya Bukanlah Orang Yang Mudah Ditangani
- Bab 95 Telah Membayar Yang Harus Dibayar
- Bab 96 Sudah Gila Sejak Lama
- Bab 97 Eldric Tidak Menyadari Perasaannya Sendiri
- Bab 98 Saudara
- Bab 99 Siapa Kamu?
- Bab 100 Menghancurkan Impiannya dan Kak Lucas
- Bab 101 Kebenaran Tentang Ginjal Kiri Diangkat
- Bab 102 Eldric, Kamu Sudah Gila!
- Bab 103 Yang Bisa Menahannya Bukanlah Pria
- Bab 104 Ridwan Kamil, Ridwan Kamil Membuat Orang Sakit Hati
- Bab 105 Kamu Berdiri Di Sana Saja Aku Akan Berjalan Mendekatimu
- Bab 106 Pikiran Yang Tersembunyi Di Buku Catatan Harian
- Bab 107 Jebakan Yang Terlalu Dalam
- Bab 108 Apakah Bagaimanapun Juga Boleh?
- Bab 109 Lakukan Apa Yang Tuhan Minta Anda Lakukan
- Bab 110 Berpapasan
- Bab 111 Eldric VS Ridwan
- Bab 112 Kamu Boss Besar, Jadi Tidak Perlu Membayar?
- Bab 113 Sudah Bergerak
- Bab 114 Menemani Sampai Akhir
- Bab 115 Tekanan Tak Terbatas
- Bab 116 Menemani Adalah Pengakuan Cinta Terdalam
- Bab 117 Kegembiraan Kecil Ridwan
- Bab 118 Karim Mempersulit Segalanya
- Bab 119 Ketenangan Sebelum Badai
- Bab 120 Seolah Melihat Yutta Yang Dulu
- Bab 121 Ini Adalah Sebuah Permainan
- Bab 122 Melihat, Mendengar Dan Mengetahui
- Bab 123 Mereka Tidak Pantas Melihatnya
- Bab 124 Kamu Lihat, Aku Tidak Menangis
- Bab 125 Boss Yutta Aloysia Menghilang
- Bab 126 Dia Mencari Wanita Itu Dengan Menggila
- Bab 127 Kelabilan dan Sakit Hati Ridwan Kamil
- Bab 128 Kelembutan Eldric Di Bawah Sikap Dingin
- Bab 129 Tunggu Aku Di Atas Ranjang