Cinta Yang Paling Mahal - Bab 98 Saudara
Hari-hari tampaknya menjadi tenang.
Disaat bekerja
Suming menyerahkan beberapa cek ke Yutta.
“Kak Ming, terima kasih.” Yutta tidak menolak, dia akan menyimpan uang ini dengan baik, menunggu setelah Eldric bosan dengan permainan yang tak berujung ini, dia akan membawa uang ini, pergi jauh-jauh, dan tidak akan kembali lagi.
Yutta keluar dari kantor Suming, memasukkan kantong yang mengisi cek dan uang tunai ke dalam tas kainnya dengan hati-hati. Yutta menyentuhnya dengan penuh perhatian….... Kak Lucas, ini adalah kunci impian Erald kita, tunggulah aku, kak Lucas, apa yang telah aku janji padamu, aku akan berusaha keras untuk menyelesaikannya.
Dia teringat abu Kak Lucas masih titip di rumah duka…... Kak Lucas, tunggulah aku! Aku pasti akan membawamu menuju Erald, melihat langit biru dan awan putih di sana!
Yutta jarang bersikap boros, hari ini Yutta menaiki taksi setelah pulang bekerja.
Di lantai bawah kompleks asrama, taksi berhenti, Yutta turun dari mobil dan memeluk tas kain di lengannya dengan hati-hati.
Setelah melunasi pembayaran, dia terus berjalan menuju rumah.
Di koridor sangat sepi, dia sudah terbiasa dengan koridor yang sepi ketika pulang ke rumah setiap malam.
Dia berjalan sambil mengeluarkan kunci asrama, begitu mengangkat kepala, dia melihat seseorang berdiri di depan asrama. Lampu koridor yang redup menyinari dua sosok di depan pintu asrama, Yutta terkejut, dan kunci di tangannya jatuh ke bawah.
Melihat dua orang di depan asrama, waktu seolah-olah berhenti.
Dia membuka mulutnya, ingin memanggil gelar kedua orang ini yang hampir terlupakan, akhirnya..... dia menundukkan kepala dan memanggil:
"Tuan Aloysia, Nyonya Aloysia."
Ini adalah ayah dan ibunya!
Tapi dia tidak bisa lagi memanggil mereka ayah dan ibu.
Dia menundukkan kepalanya, tidak ingin mereka melihat penampilannya yang buruk saat ini!
Dia berusaha untuk menunjukkan ketenangan, tetapi panggilan "Tuan Aloysia" dan "Nyonya Aloysia" yang terdengar terisak telah mengkhianati emosi yang bergolak di dalam hatinya.
Nyonya Aloysia tertegun di dalam hatinya, “Yutta, apa kabar?” Nyonya Aloysia sangat cantik, meskipun telah berumur, tapi temperamennya tetap terlihat lembut, seiring kata “Yutta”, mata Nyonya Aloysia memerah.
Koridor sangat sepi, Yutta tidak segera menanggapi pertanyaan Nyonya Aloysia, dia menundukkan kepalanya ke bawah, telapak tangannya tanpa sadar bergetar.
Hartono berwajah suram, tatapannya yang tajam tertuju pada putri di depannya, saat ini dia khawatir akan mengganggu tetangga di koridor ini dan memalukan dirinya, kalau tidak dia benar-benar ingin sekali menamparnya!
Anak durhaka ini juga tahu rasa malu? Dan tidak berani mengangkat kepala menatap mereka?
"Nyonya Aloysia." Yutta berkata dengan suara terisak, matanya terasa sakit, dia tidak menyangka, setelah dibebaskan dari penjara, dia akan bertemu orang tuanya dalam keadaan seperti ini, ibunya bertanya, apa kabarnya? ……"Aku sangat baik."
Yutta menjawab dengan suara terisak.
"Yutta, buka pintu dulu, aku dan ayahmu ingin memberitahumu sesuatu."
Nyonya Aloysia berkata, Yutta tidak tahu bagaimana suasana hatinya saat ini, apakah itu senang atau sakit, dia tidak tahu.
Pikirannya sangat kacau, dia membungkukkan tubuhnya mengambil kunci yang jatuh, perlahan-lahan berjalan ke depan pintu, dan membukanya.
"Silakan masuk."
Sejak dia melihat orang tuanya, Yutta selalu sengaja merendahkan suaranya, dan sengaja melembutkan suaranya….... Dia tidak ingin terlihat terlalu buruk di depan orang tua yang melahirkannya!
Jadi meskipun tenaganya terbatas, tetapi apa yang bisa dia lakukan, dia akan berusaha melakukannya.
Hartono dan Nyonya Aloysia tidak menyadarinya, mereka menyangka Yutta sedang flu, jadi suaranya terdengar kasar.
Setelah memasuki asrama, Yutta menjadi cemas, dia agak panik: "Tuan Aloysia, Nyonya Aloysia, aku….. aku menuangkan air untukmu."
Dalam keadaan panik, dia meletakkan tasnya di atas meja, kemudian segera menuangkan air di dalam dapur.
Dia baru merebus air pagi ini dan menuangkannya dari termos, melihat dua mangkuk porselen putih, dia sangat menyesal saat ini, mengapa dia tidak membeli beberapa gelas sebelumnya.
Dengan mangkuk porselen putih di kedua tangannya, dia berjalan ke ruang tamu: "Tuan Aloysia, Nyonya Aloysia, tidak ada gelas di rumah, tapi tenanglah, mangkuk ini sangat bersih."
Nyonya Aloysia merasa sedih..... Dia tidak berani percaya, apakah ini benar adalah Yutta yang selalu dia manjakan?
Yutta berjalan ke depan meja, hendak meletakkan mangkuk di tangannya, ketika mengangkat kepala, seluruh tubuhnya tertegun, wajahnya menjadi pucat! ——Tas kain yang dia taruh di atas meja terbuka lebar, memperlihatkan beberapa tumpukan uang kertas dan beberapa cek berserakan!
"Yutta, beritahu aku darimana uang itu berasal!"
Suara Hartono mengejutkan Yutta, mangkuk di tangannya bergetar tak terkendali, air panas di dalamnya terus mengalir keluar. Air ini baru saja direbus pagi tadi, dan dimasukkan ke dalam termos, masih terasa sangat panas, tapi Yutta sepertinya tidak menyadarinya, membiarkan air panas tumpah ke tangannya.
"Tuan Aloysia." Dia mencoba menenangkan dirinya, "Minum air dulu…..."
"Plakk!"
Hartono mengibaskan mangkuk di tangan Yutta dengan marah, air panas tumpah dan membasahi lengan Yutta, dan juga mengenai wajah dan lehernya!
Air panas langsung diserap oleh pakaian di tubuhnya, suhu panas membuat Yutta kesakitan dan mengerutkan kening.
“Hartono, apa yang kamu lakukan!” Wajah Nyonya Aloysia menjadi pucat, dan segera memegang lengan Yutta: “Yutta, biarkan ibu melihatnya, airnya begitu panas..…”
"Nyonya! Pergi menjauh! Kamu selalu memanjakannya sehingga menyebabkannya menjadi seperti sekarang ini!" Sebuah lengan menarik Nyonya Aloysia dengan kasar, Nyonya Aloysia tidak bersedia, dia ditarik dan terhuyung-huyung jatuh ke bawah: "Hartono, tenanglah dan dengarkan dulu apa yang dikatakan anak, tidak peduli bagaimanapun, kamu juga tidak boleh bertindak kasar."
Wajah Yutta menjadi pucat, dia segera memapah Nyonya Aloysia, tapi pergelangan tangannya ditarik: "Jangan menyentuh ibumu dengan tangan kotormu!"
Yutta tertegun mendengar kata ini, dia tidak bergerak dan berdiri tegak di tempat seperti patung…... Kemudian perlahan-lahan, dia berkata: "Tuan Aloysia, tolong lepaskan tanganmu, jangan menyentuh diriku yang kotor, ini akan membuatmu menjadi kotor.
Hartono melepaskan lengan Yutta dengan kasar: “Yutta, berikan aku penjelasan tentang uang di atas meja ini!” Dia menunjuk ke tas kain di atas meja, “Bagaimana kamu mendapatkannya?”
Sejak awal, Yutta selalu menundukkan kepalanya, mulai sejak awal Hartono dan Nyonya Aloysia tidak melihat Yutta dengan jelas, hanya keakraban orang tua terhadap anaknya sendiri dan informasi dari agen detektif. Informasi tersebut membuktikan bahwa putrinya Yutta tinggal di rumah ini!
Yutta menundukkan kepalanya, tapi telapak tangannya tidak berhenti bergetar, mendengarkan pertanyaan dari ayah kandungnya, di sudut yang tak terlihat oleh siapa pun, sudut mulutnya terangkat, dan tersenyum…....
“Daripada bertanya bagaimana aku mendapatkan uang ini, Tuan Aloysia lebih baik bertanya, dari pria manakah aku mendapat uang ini. Dan dengan cara apa, aku mendapatkan uang ini.” Yutta tersenyum….. dia telah dibuang sejak lama, bagaimana dia bisa melupakan kenyataan ini?
Novel Terkait
Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku
Rio SaputraLove at First Sight
Laura VanessaMenaklukkan Suami CEO
Red MapleDewa Perang Greget
Budi MaPenyucian Pernikahan
Glen ValoraCutie Mom
AlexiaBaby, You are so cute
Callie WangMbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeCinta Yang Paling Mahal×
- Bab 1 Penjarakan Dia
- Bab 2 Semuanya Ini Adalah Maksud Dari Tuan Cassio
- Bab 3 Keluar Dari Penjara
- Bab 4 Kebetulan Melihat Pasangan Yang Kencan Diam-Diam
- Bab 5 Mencari Masalah Untuk Diri Sendiri
- Bab 6 Kamu Tidak Bermaksud Menyapa Aku?
- Bab 7 Cium Dia
- Bab 8 Penyelaan Oleh Ridwan
- Bab 9 Amarah Dan Hinaannya
- Bab 10 Ditangkap Setelah Melarikan Diri
- Bab 11 Dia Datang
- Bab 12 Yutta Yang Tidak Percaya Diri
- Bab 13 Memindahkan Dia Ke Departemen Hubungan Masyarakat
- Bab 14 Penghinaan Dan Penyiksaan
- Bab 15 Mempermalukan
- Bab 16 Bukan Yang Paling Memalukan
- Bab 17 Hanya Lebih Memalukan
- Bab 18 Tubuhmu Dingin Atau Panas
- Bab 19 Tersebar Dengan Luas
- Bab 20 Kritikan Lea
- Bab 21 Eldric, Dengar
- Bab 22 Dia Menghindari Eldric
- Bab 23 Eldric Menciumnya
- Bab 24 Apakah Kamu Meremehkan Yutta
- Bab 25 Kamu Kira Dirimu Lebih Mulia Dari Yutta
- Bab 26 Jangan Terburu-Buru Satu Persatu
- Bab 27 Membantu Dia Melampiaskan Amarah
- Bab 28 Tuan Lucas
- Bab 29 Wanita Gila
- Bab 30 Gadis Malang
- Bab 31 Kak Lucas...
- Bab 32 Terakhir Kali Tanya padamu
- Bab 33 Ridwan Kamil VS Yutta Aloysia
- Bab 34 Awal Permasalahan
- Bab 35 Mempersulit
- Bab 36 Tidak Tahu Malu
- Bab 37 Penipuan Untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 38 Apakah Yang Dia Inginkan Terlalu Banyak?
- Bab 39 Bagaimana Merendahkan Diri Bisa Interpretasikan Kesombongan
- Bab 40 Perburuan Berdarah Dimulai
- Bab 41 Aku Ingin Kamu Menemaniku Malam Ini
- Bab 42 Apakah Yang Dia Inginkan Hanya Sebuah Ciuman?
- Bab 43 Alasan Eldric Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 44 Orang Yang Tidak Tahu Malu
- Bab 45 Ridwan Memberi Pelajaran Kepada Lea Si Hati Jahat
- Bab 46 Lea Trisa Demi Menjaga Diri Mendorong Yukka Aloysia untuk Menghalang
- Bab 47 Eldric Cassio Emosi
- BAB 48 Tidak Boleh Mati
- BAB 49 Yutta Aloysia Ikut Aku
- BAB 50 Dengan Kuat Menghentikan Mulut yang Mengganggunya
- Bab 51 Malam Ini Temani Aku Tidur
- Bab 52 Perhatian Di Balik Penampilan Dingin Yang Sengaja Diperlihatkan
- Bab 53 Apakah Kamu Tahu Siapa yang Menyelamatkan Yutta
- Bab 54 Memeriksa
- Bab 55 Bawa Aku Menemuinya
- Bab 56 Aku Akan Mengabulkanmu
- Bab 57 Kekurangan Ginjal
- Bab 58 Kesakitan
- Bab 59 Kelembutan Eldric
- Bab 60 Malah Menuangkan Garam
- Bab 61 Kelembutan Yang Canggung
- Bab 62 Sesuatu Yang Tidak Aku Inginkan
- Bab 63 Tidak Tahu Malu, Menggoda Tuan Kamil
- Bab 64 Apa Yang Dilakukannya Dengan Ridwan
- Bab 65 Keputusannya
- Bab 66 Kalau Sakit, Gigitlah
- Bab 67 Ciuman Melanda
- Bab 68 Kebencian Lea
- Bab 69 Bertemu Larut Malam Di Pinggir Jalan
- Bab 70 Ingat, Namaku Zarco Rius
- Bab 71 Yutta Marah
- Bab 72 Sangat Acuh Tidak Acuh
- Bab 73 Dengarkan Nasihat Kak Ming, Menjauhlah Dari Pria Itu
- Bab 74 Jadilah Pacarku Saja
- Bab 75 Yutta Aloysia Yang Menggila, Eldric Cassio Yang Menggila
- Bab 76 Yutta Aloysia, Yutta Aloysia
- Bab 77 Rayon Lucas Dan Karim Heng
- Bab 78 Jangan Sentuh Tempat Itu Lagi
- Bab 79 Tuan Karim Heng Aku Butuh Sepuluh Miliar
- Bab 80 Perburuan Ini Berubah Menjadi Tidak Menarik
- Bab 81 Hanya Ingin Berburu, Tidak Memiliki Perasaan
- Bab 82 Perubahan Yutta Aloysia
- Bab 83 Mendorong Masuk Ke Dalam Neraka
- Bab 84 Kemana Saja Kamu Adikku?
- Bab 85 keras Kepala dan Tetap Tegar
- Bab 86 Bukankah Ini Adalah Nona Aloysia?
- Bab 87 Kamu Bisa Berlutut Sekarang
- Bab 88 Biarkan Aku Pergi
- Bab 89 Livin Bukan Tidak Bersalah
- Bab 90 Bos! Tolong!
- Bab 91 Menghancurkan Harapan Dengan Tangan Sendiri
- Bab 92 Penyesalan Terakhir Dalam Hidup ini Adalah Bertemu Denganmu
- Bab 93 Akulah Yang Telah Buta Mata Dan Buta Hati
- Bab 94 Masing-Masing Semuanya Bukanlah Orang Yang Mudah Ditangani
- Bab 95 Telah Membayar Yang Harus Dibayar
- Bab 96 Sudah Gila Sejak Lama
- Bab 97 Eldric Tidak Menyadari Perasaannya Sendiri
- Bab 98 Saudara
- Bab 99 Siapa Kamu?
- Bab 100 Menghancurkan Impiannya dan Kak Lucas
- Bab 101 Kebenaran Tentang Ginjal Kiri Diangkat
- Bab 102 Eldric, Kamu Sudah Gila!
- Bab 103 Yang Bisa Menahannya Bukanlah Pria
- Bab 104 Ridwan Kamil, Ridwan Kamil Membuat Orang Sakit Hati
- Bab 105 Kamu Berdiri Di Sana Saja Aku Akan Berjalan Mendekatimu
- Bab 106 Pikiran Yang Tersembunyi Di Buku Catatan Harian
- Bab 107 Jebakan Yang Terlalu Dalam
- Bab 108 Apakah Bagaimanapun Juga Boleh?
- Bab 109 Lakukan Apa Yang Tuhan Minta Anda Lakukan
- Bab 110 Berpapasan
- Bab 111 Eldric VS Ridwan
- Bab 112 Kamu Boss Besar, Jadi Tidak Perlu Membayar?
- Bab 113 Sudah Bergerak
- Bab 114 Menemani Sampai Akhir
- Bab 115 Tekanan Tak Terbatas
- Bab 116 Menemani Adalah Pengakuan Cinta Terdalam
- Bab 117 Kegembiraan Kecil Ridwan
- Bab 118 Karim Mempersulit Segalanya
- Bab 119 Ketenangan Sebelum Badai
- Bab 120 Seolah Melihat Yutta Yang Dulu
- Bab 121 Ini Adalah Sebuah Permainan
- Bab 122 Melihat, Mendengar Dan Mengetahui
- Bab 123 Mereka Tidak Pantas Melihatnya
- Bab 124 Kamu Lihat, Aku Tidak Menangis
- Bab 125 Boss Yutta Aloysia Menghilang
- Bab 126 Dia Mencari Wanita Itu Dengan Menggila
- Bab 127 Kelabilan dan Sakit Hati Ridwan Kamil
- Bab 128 Kelembutan Eldric Di Bawah Sikap Dingin
- Bab 129 Tunggu Aku Di Atas Ranjang