Cinta Yang Paling Mahal - Bab 104 Ridwan Kamil, Ridwan Kamil Membuat Orang Sakit Hati

Musim panas tahun ketiga, dia berkata: “Eldric, kita pacaran saja, kamu yang menjagaku.”

Pemuda berkemeja putih menoleh, menggunakan sepasang mata indah yang jernih itu, menatapnya, tidak mengatakan apa pun. Berbalik dan langsung pergi, dia mengejar ke sana, memegang tangannya dari belakang: “Pelit, aku sangat mudah dihidupi. Apakah kamu tidak sanggup menghidupi?”

Jawaban pemuda itu, sampai sekarang Yutta masih mengingatnya.

Dia berkata: “Bukannya tidak bisa menghidupimu, melainkan, kamu bukanlah orang yang tepat.” Selesai bicara langsung berbalik, membiarkan dia memegang tangannya, menggandengnya berjalan keluar pintu sekolah.

Yutta ingat, pada saat itu dia melirik telapak tangan mereka berdua yang terjerat bersama, saat itu dia masih memikirkan apa itu?

Oh……aku ingat.

Saat itu dia berpikir: jika aku bukan orang yang tepat, Eldric, kenapa kamu tidak mau melepaskan tanganku?

Dia merangkul lengannya dari belakang dengan mesra, menempel ke sana, tersenyum tanpa rasa malu: “Eldric, aku bukan orang yang tepat, maka di dunia ini tidak ada orang yang tepat lagi.”

……

“Yutta? Yutta?” Ridwan memanggilnya, sedikit tidak puas karena dia tidak fokus……ada kekecewaan dalam matanya, hati wanita ini, tampaknya berada pada pria lain, dan orang ini, lebih awal dari dia muncul dalam dunianya.

Tapi, detik berikutnya, cahaya di matanya kembali lagi, menutupi kedua tangannya dengan telapak tangan:

“Coba, coba dulu, boleh tidak. Percaya padaku, aku tidak akan membiarkanmu meneteskan air mata lagi.”

Bahu Yutta bergetar sejenak, ada jejak harapan di matanya, begitu mengangkat kepala, lalu melihat wajah Ridwan yang penuh ketulusan itu, mendadak dia merasa sakit terbakar di telapak tangannya, langsung menyingkirkan tangan Ridwan, meletakkan kedua telapak tangannya ke belakang, lalu bergegas mundur beberapa langkah, menjaga jarak dengan Ridwan. menatap Ridwan dengan mata hitamnya.

“Kamu katakan sesuatu. ……Yutta, kamu tidak boleh menghindar.”

Dia mendesak maju ke depan, Yutta mundur beberapa langkah lagi.

Mata Ridwan bersinar, lalu mendekat.

Yutta tetap mundur ke belakang.

Ridwan tidak tahan lagi, mengulurkan lengan panjangnya, menarik orangnya ke hadapan dia, kedua tangan segera memeluk pinggangnya, mengurung dia di depannya: “Yutta, kamu jangan berharap bisa melarikan diri, aku tidak akan memberimu kesempatan untuk melarikan diri.”

Dia tidak lari……seperti apa yang dikatakan Eldric saat itu, bukan orang yang tepat, untuk apa melarikan diri?

Mendadak, ada secercah pemahaman dalam benak Yutta……ternyata, pada waktu itu, orang itu tidak menyingkirkan telapak tangannya, membiarkan dia memegang tangannya, hanya karena dirinya bukanlah orang yang tepat itu, jadi, untuk apa peduli banyak, untuk apa melakukan sesuatu yang tidak perlu.

Berpikir seperti ini, selama bertahun-tahun ini dirinya semakin menghadapi kegagalan semakin berjuang keras……semua itu hanyalah sebuag lelucon saja.

Ridwan mengerutkan kening……wanita ini sudah tiga kali melamun hari ini.

Tidak bisa mengungkapkan bagaimana perasaanku saat ini, Ridwan membungkuk, mengecup bibir Yutta sejenak.

“Orang itu adalah Eldric, benar tidak?”

Mendadak dia bertanya.

Tubuh Yutta bergetar sejenak.

Ridwan tersenyum, senyuman ini, malah sedikit tidak nyaman: “Yutta, lupakan dia, tidak peduli kamu dan dia memiliki masa lalu seperti apa, semua itu adalah penderitaan.”

Yutta sama seperti sensitif saraf, mengangkat kepala bertanya: “Bagaimana kamu begitu yakin kalau itu adalah penderitaan?”

Ridwan menatap wanita yang dipeluknya erat-erat dalam pelukan……wanita ini kemungkinan sama sekali tidak tahu, saat ini ekspresi di wajahnya sangat tidak bersahabat, sudut mulutnya perlahan dinaikan……tidak apa-apa, dia akan membuat Yutta melupakan bajingan bermarga Cassio itu.

“Apakah ada hal-hal bahagia dimasa lalu kalian? Jika ada, kenapa di wajahmu hanya terlihat keputusasaan?”

“……” Terdiam, tidak tahu harus mengatakan apa.

“Yutta, setidaknya kamu coba dulu. Walaupun sekarang kamu tidak langsung setuju menjadi pacarku, setidaknya kamu memberi kesempatan pada dirimu sendiri, menerima dan merangkul kebahagiaan.

Kamu tidak boleh selamanya hanya hidup dalam ingatan, hidup dalam masa lalu, hidup dalam dunia kecilmu sendiri.

Yutta, lupakan dia, tidak peduli diantara kallian ada kenangan seperti apa, ada masa lalu seperti apa, aku percaya, semua masa lalu dan ingatan yang tidak menyenangkan itu, pasti akan digantikan dan dipenuhi oleh kebahagiaan antara kamu dan aku.”

Ada sesaat, hati Yutta merasa tergerak……kebahagiaan, siapa yang bisa menolaknya? Yutta juga tergoda oleh kata indah ini.

“Baik……” Barusan, saat dia ingin mengatakan “baik”, seketika langsung tersadar, “Tidak bisa.”

Siapa yang tidak ingin mendapatkan kebahagiaan.

Tetapi, apakah dia pantas mendapatkannya?

Dia yang sekarang, apakah masih layak mendapatkan apa yang diinginkan oleh semua orang di dunia ini?

“Yutta?” Ridwan tidak bisa mempercayainya dan memanggil nama Yutta dengan pelan: “Kenapa?”

Kenapa wanita ini bahkan tidak memberinya kesempatan?

“Apakah dalam hatimu si marga Cassio begitu penting?”

Dia menatap wanita yang ada di depan ini.

Wanita menundukkan kepala, melihat ujung kakinya sendiri, sedikit kepahitan mulai menyebar……Ridwan, apakah kamu benar-benar tahu aku orang seperti apa?

Apakah kamu benar-benar mengerti aku yang berdiri di depanmu saat ini, orang yang kamu nyatakan perasaan ini, apakah benar-benar orang hidup yang memiliki tubuh dan hati yang hidup di bawah sinar matahari dunia ini, atau orang mati yang hidup dalam kegelapan, hanya memiliki tubuh sedangkan jiwa sudah tidak ada lagi?

Kamu benar-benar tahu siapa aku, apa yang pernah aku lakukan, apa juga yang harus aku pikul?

Apakah kamu benar-benar berpikir bahwa orang seperti diriku masih benar-benar bisa mengharapkan kebahagiaan?

“……Maaf.”

Ridwan merasa sumpek, merasa tidak menyerah dan membungkuk, bibir yang lembut, menutupi bibir yang pucat itu, dia memperdalam lagi ciuman ini.

Yutta tidak menghindar, membiarkan pria yang ada di depan ini menciumnya.

Setelah ciuman ini, Ridwan mengangkat kepala: “Kamu lihat, kamu tidak menolaknya.” Keseriusan dan keras kepala yang ada di dalam matanya, membuat Yutta tidak berani langsung menatapnya.

Merasa bersalah menundukkan mata, tidak bisa menutupi perasaan di dalam matanya, wanita berkata dengan lembut dan lambat:

“Tuan Kamil, apakah kamu lupa apa profesiku? Meskipun aku belum lama terjun dalam bidang ini, tapi tetap tahu prinsip pada pelanggan. Aku belum pernah dengar masalah pelacur menolak bercinta dengan pelanggan, tuan Kamil, apakah kamu pernah mendengarnya?”

Ekspresi wajah Ridwan memucat.

Lalu membantah dengan tidak puas: “Barusan kamu berjalan dari sebelah sana ke sini, saat pandangan pertama melihatku, ada apa dengan ekspresi matamu itu?

Yutta, apakah pelacur akan menggunakan tatapan yang begitu menyentuh untuk melihat pelanggannya?”

Yutta mengangkat kelopak matanya, menatap Ridwan dengan serius, tatapan ini, fokus tapi mengumpulkan jejak hal-hal yang tak terlukiskan, hati Ridwan tergerak karena hal ini, bahkan detak jantungnya juga bertambah cepat.

Dia juga menundukkan kepala, tatapan mata fokus tertuju ke wajah wanita yang ada dalam pelukannya, tampaknya sedang menunggu jawaban dari Yutta.

Setelah agak lama, Yutta menghela nafas, menatap Ridwan dengan datar, lalu mengatakan:

“Pada waktu itu, pemuda yang aku sukai, berdiri di bawah pohon beringin, kebetulan mengenakan kemeja warna putih, sejak saat itu aku jatuh cinta pada kemeja putih.

Hari ini, kamu mengenakan kemeja putih, kebetulan berdiri di bawah pohon beringin, aku tersesat dan jatuh ke masa lalu.”

Jadi, semua itu tidak ada hubungannya denganmu.

Di wajah tampan Ridwan, ada kesepian yang melintas, waktu dan kesempatan bisa menghilang dengan cepat, bisa dalam sekejap mata saja, dia tersenyum dengan wajah mencemooh lagi, matanya bersinar terang, begitu lengan bertenaga, dengan mudah sudah menarik wanita dalam pelukan lebih mendekat ke hadapannya, menundukkan kepala langsung mengecup bibirnya sejenak:

“Kalau begitu kamu anggap aku sebagai pelangganan saja, Yutta.”

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu