Cinta Yang Paling Mahal - Bab 56 Aku Akan Mengabulkanmu
Lorong itu mengarah langsung ke lift. Tidak tahu apakah itu efek psikologis atau sesuatu yang lain. Pada saat ini, hanya merasa lorong ini dipenuhi dengan paku. Setiap langkah yang diambil, seperti menginjak paku-paku itu.
Yutta terdiam, mengikuti di belakang Gitta.
Pintu lift berada di depannya, Gitta berhenti sejenak, lalu mempersilahkan kepada Yutta yang ada di belakangnya, “Nona Aloysia, silahkan.”
“Kamu…” Yutta ragu-ragu sejenak. Dia tidak terlalu suka mengurusi urusan orang lain. Tapi, dia melirik wajah Gitta yang dingin itu, “Tidak ikut ke atas?”
“Bos meminta Nona Aloysia untuk ke atas sendiri.”
Gitta masih menarik lengan Lea di tangannya. Lea memperhatikan pintu lift tertutup, dan buru-buru berteriak, "Yutta Yutta! Kamu harus membantuku! Aku tahu kamu memiliki hati yang paling lembut. Kamu tidak bisa melihatku sengsara, kan?"
Gitta melirik Lea dengan jijik, lalu menoleh ke Yutta di lift dan berkata, "Nona Aloysia, kamu tidak berhutang apapun padanya."
Jadi tidak perlu memohon kepada Bos untuk wanita seperti ini.
Ketika pintu lift ditutup, Yutta berkata dengan serius, "Aku tahu."
Aku tahu, aku tidak berhutang pada Lea. Aku tidak pergi untuk memohon kepada pria yang tidak ingin dia hadapi hanya demi seseorang seperti Lea.
Yutta tidak mau menjelaskan apapun kepada siapapun.
Saat lift terbuka, dia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nafas yang berat. Ketika dia berjalan keluar dari lift, sudut matanya melirik ke arah kaca yang memantul di dalam lift. Dia melihat wajahnya, benar-benar pucat.
Mungkin di mata orang lain, bukan masalah besar datang dan memohon ampun untuk orang lain dengan seseorang yang pernah dikenal.
Namun, bagi Yutta ini lebih menyakitkan daripada berlutut ...
“Tuan Cassio, aku datang kesini.” Entah karena alasan apa. Pada saat ini semua lampu depan di ruang tamu dimatikan, hanya beberapa lampu dinding yang menyala. Cahaya lampu yang berwarna dingin, begitu redup. Pria itu duduk di sofa kulit sapi di samping jendela yang sampai ke lantai. Lengannya disandarkan di pegangan tangan sofa itu dengan posenya yang malas dan santai. Di antara jarinya itu tampak cahaya merah dari rokok yang masih menyala.
Yutta ingin melarikan diri.
Dia tanpa sadar mundur setengah langkah ke belakang.
Pada saat ini, terdengar suara tertawa, “Duduklah.”
“....”
Pria di sofa menunjuk ke satu sofa di seberangnya.
"Bukannya kamu disini untuk memohon ya?”
“...Em.” Yutta perlahan berjalan menghampirinya, lalu duduk di seberang pria itu.
“Apa aku menyuruhmu duduk lalu kamu duduk begitu saja?” lalu, pria di hadapannya bicara seperti itu lagi.
Yang menyuruh Yutta duduk adalah dia. Yang bicara seperti itu juga adalah dia. Jelas sekali, dia ingin mempermainkan Yutta.
“Kamu adalah bos besar. Aku bekerja untukmu, jadi harus patuh.”
Pria itu duduk di sofa itu seperti mendengar lelucon yang besar.... harus patuh?
Siapa?
Apakah dia Yutta, nona Aloysia ini?
Eldric tiba-tiba meletakkan tangannya dan memegang gagang sofa, setelah itu menopang dagunya sendiri dengan malasnya. Dia menopang dagunya dan bersandar di gagang sofa. Dengan wajah tampan di setengah sisi itu, matanya diam-diam jatuh ke wajah wanita di seberangnya.
Waktu perlahan-lahan berlalu. Yutta sudah mulai duduk dengan gelisah.
Sedangkan tatapan mata pria itu masih saja tidak pergi darinya. Cahaya lampu terlalu gelap, Yutta tidak bisa melihat emosi di mata pria itu. Terkadang dia melirik dengan hati-hati ke pria itu, hanya melihat sepasang cahaya redup saja.
Waktu berlalu untuk beberapa menit, dia tidak bisa duduk diam lagi. Dia tidak tahan dan langsung mengangkat kepalanya dan berkata, “Tuan Cassio, aku datang kesini memohon untuk orang lain...”
Dia mengingatkan, dia ingin pria di depannya ini segera membicarakan pembicaraan utamanya.
Pria di sofa itu hanya berkata “Em” lalu dengan malasnya berkata, “Aku sudah tahu kok. Bukannya aku ini sedang menunggumu membuka mulut?”
Yutta tercengang. Pikirannya tidak bisa berputar untuk beberapa saat, dan butuh tiga atau empat detik sebelum dia menyadari semuanya ... Bos besar yang duduk dari tadi di hadapannya ini sedang menunggu dia mulai bicara untuk membantu Lea.
Kesalahpahaman ini....sedikit canggung.
Telinganya merah memanas. Dia tidak tahu bahwa saat ini, tidak hanya telinganya yang memanas, tetapi lehernya juga merah memanas
Dia tidak tahu, tapi pria di sofa seberang melihat semua tindakan dan perubahan di matanya.
Entah kenapa, ada sesuatu yang terbakar di mata phoenix yang sipit dan panjang pria itu.
"Aku ingin memohon untuk Lea."
“Katakan poin pentingnya.”suara yang berat dan rendah itu terdengar agak serak.
“Apa kamu bisa membiarkannya pegi?”
Bibir pria itu terangkat sedikit, dan matanya menunjukkan ejekan, "Yutta, Yutta, minta aku mengatakan apa yang baik darimu? Dia telah mencelakaimu. Kamu malah mau memohon demi dia? Hari ini dia tidak mencelakaimu sampai mati. Tapi kamu masih saja memberinya kesempatan untuk mencelakaimu sekali lagi? apa yang baik untuk dibicarakan? Ada kata-kata yang sangat terkenal di dunia internet, apa itu namanya.... oh.. wanita Maria. Sejak kapan Yutta, nona Aloysia yang begitu bersih dan tegas ini jadi wanita yang munafik seperti ini?”
Yutta menundukkan kepalanya, matanya dipenuhi dengan ketidakpedulian ... nona Aloysia yang bersih dan tegas? Siapa itu? apakah dia?
“Orang yang dimaksud oleh Tuan Cassio ini, aku tidak kenal.”
Pria itu tiba-tiba memicingkan matanya. Menatap Yutta.... dia kenapa bisa menyangkal dirinya yang dulu?
"Yang namanya Lea itu, bisa mencelakaimu seperti itu. Tapi kamu masih saja memohon ampun untuknya. Memohon kepadaku untuk membiarkan dan memaafkannya?”
Suara Eldric tiba-tiba menjadi dingin, “Jika kamu mau jadi wanita Maria, maka itu tidak ada hubungannya denganku. Tapi kamu Yutta. Dengan apa kamu memohon ampun untuknya! Apakah dengan berlutut?”
Dia bertanya dengan suara dingin, lalu tersenyum sinis, "Yutta, berlututmu itu sudah tidak berharga lagi. Lututmu itu sudah tidak berharga lagi.”
"Aku tahu," katanya dengan suara kasar, dia mengangkat kepalanya.
"Dengan diriku sendiri.”
Eldric meragukan dirinya yang mungkin tuli baru saja, “Apa? katakan sekali lagi.”
“Malam ini aku akan menemani tuan Cassio bermalam.”
"Bermalam? Maksudmu adalah kamu mau tidur denganku?”
"……Benar."
Meskipun kata-kata Eldric agak kasar, dan Yutta merasa tidak nyaman. Tapi dia mengangguk.
Dengan kepala ditenggelamkan di dadanya, dia menunggu keputusan dan hukuman dari Eldric.
Di sofa, pria itu menatap wanita di depannya dengan tajam. Meskipun di sudut pandangnya saat ini, dia hanya melihat kepala wanita itu, dia menatap tajam kepala wanita itu dengan kesal, lalu muncul kemarahan yang tidak bisa dijelaskan dari seluruh tubuhnya!
Dia tiba-tiba berdiri!
Dia menghampiri wanita itu dengan cepat. Ketika Yutta baru tersadar, Yutta sudah ditahan oleh Eldric dan dijatuhkan ke sofa.
"Tuan Cassio, lepaskan."
Segera setelah Yutta selesai berbicara, suara kemarahan pria itu terdengar dingin dan begitu gelap,
"Bukannya ini yang kamu maksud. Kamu menggunakan dirimu sendiri untuk memohon kepadaku?” Dengan suara rendah dan beratnya, kemarahannya tersirat, "Sangat murahan! Bagus! Yutta, aku akan mengabulkanmu!"
Ciuman, jatuh dengan keras, kasar dan tanpa kelembutan, ini lebih seperti hukuman.
Setelah berciuman, Eldric tiba-tiba mengangkat lehernya, menyipitkan mata menatap Yutta dan menekan suara rendanya, menggertakkan gigi dan bertanya, “Aku akan bertanya kepadamu untuk terakhir kalinya, apakah kamu benar-benar ingin melecehkan diri sendiri untuk wanita yang begitu jahat itu!" "
"Aku mohon Tuan Cassio."
Eldric tertawa, suara tawanya sangat dingin, "Yutta, kamu tidak pantas memperlakukan siapa pun dengan baik! Kamu tidak memenuhi syarat! Untuk semurah ini!”
Yutta menundukkan kelopak matanya, tapi bulu matanya yang bergetar masih menunjukkan rasa sakitnya yang samar ... Eldric, apa yang kau tahu!
Tahukah kamu bagaimana rasanya berutang nyawa pada orang lain! Tahukah kamu bagaimana Kak Lucas adalah satu-satunya orang yang baik padaku di tempat dingin di penjara itu yang akhirnya karena aku harus kehilangan nyawanya? Apa kamu tahu perasaan ini!
Eldric, apakah kamu benar-benar tahu bagaimana rasanya berhutang nyawa, bagaimana rasanya hidup di dunia yang seperti neraka ini!
Novel Terkait
Istri kontrakku
RasudinMata Superman
BrickDemanding Husband
MarshallThe Richest man
AfradenCantik Terlihat Jelek
SherinCinta Yang Paling Mahal×
- Bab 1 Penjarakan Dia
- Bab 2 Semuanya Ini Adalah Maksud Dari Tuan Cassio
- Bab 3 Keluar Dari Penjara
- Bab 4 Kebetulan Melihat Pasangan Yang Kencan Diam-Diam
- Bab 5 Mencari Masalah Untuk Diri Sendiri
- Bab 6 Kamu Tidak Bermaksud Menyapa Aku?
- Bab 7 Cium Dia
- Bab 8 Penyelaan Oleh Ridwan
- Bab 9 Amarah Dan Hinaannya
- Bab 10 Ditangkap Setelah Melarikan Diri
- Bab 11 Dia Datang
- Bab 12 Yutta Yang Tidak Percaya Diri
- Bab 13 Memindahkan Dia Ke Departemen Hubungan Masyarakat
- Bab 14 Penghinaan Dan Penyiksaan
- Bab 15 Mempermalukan
- Bab 16 Bukan Yang Paling Memalukan
- Bab 17 Hanya Lebih Memalukan
- Bab 18 Tubuhmu Dingin Atau Panas
- Bab 19 Tersebar Dengan Luas
- Bab 20 Kritikan Lea
- Bab 21 Eldric, Dengar
- Bab 22 Dia Menghindari Eldric
- Bab 23 Eldric Menciumnya
- Bab 24 Apakah Kamu Meremehkan Yutta
- Bab 25 Kamu Kira Dirimu Lebih Mulia Dari Yutta
- Bab 26 Jangan Terburu-Buru Satu Persatu
- Bab 27 Membantu Dia Melampiaskan Amarah
- Bab 28 Tuan Lucas
- Bab 29 Wanita Gila
- Bab 30 Gadis Malang
- Bab 31 Kak Lucas...
- Bab 32 Terakhir Kali Tanya padamu
- Bab 33 Ridwan Kamil VS Yutta Aloysia
- Bab 34 Awal Permasalahan
- Bab 35 Mempersulit
- Bab 36 Tidak Tahu Malu
- Bab 37 Penipuan Untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 38 Apakah Yang Dia Inginkan Terlalu Banyak?
- Bab 39 Bagaimana Merendahkan Diri Bisa Interpretasikan Kesombongan
- Bab 40 Perburuan Berdarah Dimulai
- Bab 41 Aku Ingin Kamu Menemaniku Malam Ini
- Bab 42 Apakah Yang Dia Inginkan Hanya Sebuah Ciuman?
- Bab 43 Alasan Eldric Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 44 Orang Yang Tidak Tahu Malu
- Bab 45 Ridwan Memberi Pelajaran Kepada Lea Si Hati Jahat
- Bab 46 Lea Trisa Demi Menjaga Diri Mendorong Yukka Aloysia untuk Menghalang
- Bab 47 Eldric Cassio Emosi
- BAB 48 Tidak Boleh Mati
- BAB 49 Yutta Aloysia Ikut Aku
- BAB 50 Dengan Kuat Menghentikan Mulut yang Mengganggunya
- Bab 51 Malam Ini Temani Aku Tidur
- Bab 52 Perhatian Di Balik Penampilan Dingin Yang Sengaja Diperlihatkan
- Bab 53 Apakah Kamu Tahu Siapa yang Menyelamatkan Yutta
- Bab 54 Memeriksa
- Bab 55 Bawa Aku Menemuinya
- Bab 56 Aku Akan Mengabulkanmu
- Bab 57 Kekurangan Ginjal
- Bab 58 Kesakitan
- Bab 59 Kelembutan Eldric
- Bab 60 Malah Menuangkan Garam
- Bab 61 Kelembutan Yang Canggung
- Bab 62 Sesuatu Yang Tidak Aku Inginkan
- Bab 63 Tidak Tahu Malu, Menggoda Tuan Kamil
- Bab 64 Apa Yang Dilakukannya Dengan Ridwan
- Bab 65 Keputusannya
- Bab 66 Kalau Sakit, Gigitlah
- Bab 67 Ciuman Melanda
- Bab 68 Kebencian Lea
- Bab 69 Bertemu Larut Malam Di Pinggir Jalan
- Bab 70 Ingat, Namaku Zarco Rius
- Bab 71 Yutta Marah
- Bab 72 Sangat Acuh Tidak Acuh
- Bab 73 Dengarkan Nasihat Kak Ming, Menjauhlah Dari Pria Itu
- Bab 74 Jadilah Pacarku Saja
- Bab 75 Yutta Aloysia Yang Menggila, Eldric Cassio Yang Menggila
- Bab 76 Yutta Aloysia, Yutta Aloysia
- Bab 77 Rayon Lucas Dan Karim Heng
- Bab 78 Jangan Sentuh Tempat Itu Lagi
- Bab 79 Tuan Karim Heng Aku Butuh Sepuluh Miliar
- Bab 80 Perburuan Ini Berubah Menjadi Tidak Menarik
- Bab 81 Hanya Ingin Berburu, Tidak Memiliki Perasaan
- Bab 82 Perubahan Yutta Aloysia
- Bab 83 Mendorong Masuk Ke Dalam Neraka
- Bab 84 Kemana Saja Kamu Adikku?
- Bab 85 keras Kepala dan Tetap Tegar
- Bab 86 Bukankah Ini Adalah Nona Aloysia?
- Bab 87 Kamu Bisa Berlutut Sekarang
- Bab 88 Biarkan Aku Pergi
- Bab 89 Livin Bukan Tidak Bersalah
- Bab 90 Bos! Tolong!
- Bab 91 Menghancurkan Harapan Dengan Tangan Sendiri
- Bab 92 Penyesalan Terakhir Dalam Hidup ini Adalah Bertemu Denganmu
- Bab 93 Akulah Yang Telah Buta Mata Dan Buta Hati
- Bab 94 Masing-Masing Semuanya Bukanlah Orang Yang Mudah Ditangani
- Bab 95 Telah Membayar Yang Harus Dibayar
- Bab 96 Sudah Gila Sejak Lama
- Bab 97 Eldric Tidak Menyadari Perasaannya Sendiri
- Bab 98 Saudara
- Bab 99 Siapa Kamu?
- Bab 100 Menghancurkan Impiannya dan Kak Lucas
- Bab 101 Kebenaran Tentang Ginjal Kiri Diangkat
- Bab 102 Eldric, Kamu Sudah Gila!
- Bab 103 Yang Bisa Menahannya Bukanlah Pria
- Bab 104 Ridwan Kamil, Ridwan Kamil Membuat Orang Sakit Hati
- Bab 105 Kamu Berdiri Di Sana Saja Aku Akan Berjalan Mendekatimu
- Bab 106 Pikiran Yang Tersembunyi Di Buku Catatan Harian
- Bab 107 Jebakan Yang Terlalu Dalam
- Bab 108 Apakah Bagaimanapun Juga Boleh?
- Bab 109 Lakukan Apa Yang Tuhan Minta Anda Lakukan
- Bab 110 Berpapasan
- Bab 111 Eldric VS Ridwan
- Bab 112 Kamu Boss Besar, Jadi Tidak Perlu Membayar?
- Bab 113 Sudah Bergerak
- Bab 114 Menemani Sampai Akhir
- Bab 115 Tekanan Tak Terbatas
- Bab 116 Menemani Adalah Pengakuan Cinta Terdalam
- Bab 117 Kegembiraan Kecil Ridwan
- Bab 118 Karim Mempersulit Segalanya
- Bab 119 Ketenangan Sebelum Badai
- Bab 120 Seolah Melihat Yutta Yang Dulu
- Bab 121 Ini Adalah Sebuah Permainan
- Bab 122 Melihat, Mendengar Dan Mengetahui
- Bab 123 Mereka Tidak Pantas Melihatnya
- Bab 124 Kamu Lihat, Aku Tidak Menangis
- Bab 125 Boss Yutta Aloysia Menghilang
- Bab 126 Dia Mencari Wanita Itu Dengan Menggila
- Bab 127 Kelabilan dan Sakit Hati Ridwan Kamil
- Bab 128 Kelembutan Eldric Di Bawah Sikap Dingin
- Bab 129 Tunggu Aku Di Atas Ranjang