Cinta Yang Paling Mahal - Bab 5 Mencari Masalah Untuk Diri Sendiri
Yutta pun lega. Belum sempat merayakan kebahagiaan, dia malah merasakan kalau dia sedang dirangkul oleh seorang pria asing.
“Huwwaaaaahhhhhhh...” Yutta panik dan bingung harus berbuat apa. Dari kecil hingga sebesar ini, dia belum pernah dirangkul atau dipeluk oleh seorang pria seintim dan sedekat ini kecuali oleh kakak kandungnya.
Termasuk dia juga tidak pernah.
Wajah Ridwan Kamil menggelap, dia mengulurkan tangannya yang lain dan segera membungkam mulut Yutta “Diam! Berteriak apa kamu ini! Kamu ini benar-benar wanita aneh ya! orang normal biasannya akan berteriak ketika mereka akan jatuh, kamu malah berteriak sekarang saat tidak jadi jatuh!”
“Kamu kamu, kamu, cepat lepaskan aku.”
Melihat penampilannya yang gagap dan mencurigakan, pikiran Ridwan melintas terpikirkan sesuatu “Hei, apa jangan-jangan kamu berteriak seperti ini karena aku merangkul pinggangmu ya?” Ridwan memandangi wanita di pelukannya, sejenak tampak ekspresinya tidak terlalu normal. Tanpa sadar sudut bibirnya tertarik.
“… Sepertinya begitu.” Saat matanya berputar, Ridwan tersenyum aneh “Hei, cewek, jangan bilang kamu tidak pernah dirangkul seperti ini oleh seorang pria?”
Ridwan berpikir kalau reaksi wanita itu sangat menarik. Dia melihat telinga wanita di pelukannya itu memerah, pikirannya bergerak nakal dan tangan yang memeluk pinggang Yutta dengan sengaja semakin dikencangkannya.
Srieeett!
Ridwan melihat wajah wanita itu yang sepenuhnya memerah, dia seperti menemukan daratan baru. Di umur segini bisa melihat wanita yang telinganya memerah karena dirangkul dan di peluk seperti ini! benar-benar hal baru! Sungguh sangat menarik!
Dia rasanya seperti menemukan dunia baru, Ridwan sangat bersemangat.
Telapak tangan yang merangkul pinggal Yutta, dengan sengaja mencubit daerah di bawah pinggang. Begitu mencubit, tangannya hanya merasakan kain. Hatinya merasa aneh sekali, Ridwan tidak akan membicarakan mengenai sikap gentleman atau apapun seperti itu. Dia mengulurkan jarinya ke ujung baju Yutta dan dengan cepat meraba ke dalam bajunya. Sentuhan ini membuat hatinya tersentak.
"Apa yang kamu lakukan!"
Yutta berusaha untuk mendorong Ridwan dan menjauh. Tapi, Ridwan memandang Yutta dengan tatapan tertegun yang aneh "Pinggangmu..." Ridwan tidak tahu harus berkata apa. Begitu menyentuhnya tadi, apakah dia benar-benar menyentuh pinggang seorang wanita?
Ridwan adalah pria yang suka sekali tebar pesona dan bercinta. Wanita yang pernah dikencaninya mungkin ada seratus sampai seribuan. Di antaranya adalah banyak supermodel internasional, selebriti nasional. Namun pinggang wanita di depannya sekarang jika dibandingkan dengan wanita-wanita yang pernah dikencaninya. Ini adalah pinggangnya yang paling ramping, bisa dibilang bukan ramping tapi kurus, sangat kurus sekali sampai bisa menyentuh sebagian besar pinggangnya hanya dengan satu telapak tangan yang dilingkarkan!
“Kamu…” Ucap Ridwan beberapa kali, dia ingin mengatakan “Ternyata kamu memakai begitu banyak pakaian di hari yang panas karena ini.” Namun, melihat wanita asing di depannya itu tampak jelas tatapan rasa sakit di hatinya namun dia malah berpura-pura tidak peduli. Melihat kedua tatapan mata yang ingin mengeluh, namun juga begitu merendahkan diri. Ridwan tak bisa berkata apa-apa.
Bertahun-tahun kemudian, Ridwan tidak bisa melupakan tatapan mata Yutta saat ini. Dia masih tidak bisa memahami bagaimana mata seseorang bisa menjadi tampak sangat mengeluh namun juga begitu merendahkan diri, seperti percampuran emosi dan perasaan yang berlawanan dalam satu tatapan mata.
Mengeluh tapi juga merendahkan diri, Ridwan sampai tidak bisa melupakan tatapan mata itu. Sampai sekarang dia masih tidak bisa mengerti, kenapa tatapan mata seseorang bisa begitu bangga dengan mengeluh, tapi juga tampak rendah diri. Dua perasaan dan emosi yang sangat bertolak belakang digabungkan jadi satu.
Sebenarnya apa yang telah dialami, sampai bisa membuat seseorang punya kualitas hati yang berisikan dua emosi yang sangat bertolak belakang?
Yutta mendorong Ridwan lalu lari dan meninggalkannya. Dia tidak bisa berlari cepat sama sekali dan akhirnya jatuh setelah dua langkah. Dia tidak peduli sama sekali, dia berusaha memaksakan tubuhnya bangkit sambil memegang dinding dan segera secepat mungkin menjauh dari Ridwan.
Pikirannya sangat kacau... seperti hal yang paling tak tertahankan dalam dirinya, ditemukan oleh seseorang.
Setelah dibebaskan dari penjara, dia ingin menjalani kehidupan yang damai, bisa makan, punya tempat untuk tidur, cukup dan puas dengan dirinya, bisa menabung lalu dia akan pergi ke Danau Erhai, lalu menggunakan kedua matanya ini untuk melihat kejernihan dan pemandangan biru yang tidak pernah dia lihat di penjara.
Dia tidak bisa menerima bencana badai lagi.
Ridwan ingin membantunya. Tapi Yutta ingin lari darinya dengan sangat cepat. Wanita itu seperti diikejar hantu saja. Dia berpegangan di dinding dengan menyeret setengah tubuhnya, sangat menyedihkan.
Ridwan tidak punya pilihan selain memperlambat langkah kakinya.
Ruang 606.
Yutta mengetuk pintu dan masuk. Ke dalamnya.
Begitu dia masuk, dia menyadari suasana aneh di ruangan ini. Dalam cahaya redup, beberapa pelanggan sedang duduk di sofa dan di samping mereka ada beberapa model wanita.
Yang sangat berbeda, ada seorang gadis polos berdiri di depan meja kristal di ruangan itu.
Yutta mengenal gadis ini, dia adalah pelayan baru bernama Lea Trisa. Dia berada di mess yang sama dengan Yutta. Dia adalah pelajar dari universitas S.
"Kakak Yutta..." Lea memanggilnya tiba-tiba dengan suara rintihan seperti mau menangis. Yutta terkejut dan seluruh tubuhnya menjadi sesak.
Tujuh atau delapan pasang mata di dalam ruangan itu langsung teralih melihatnya. Yutta pun harus menggigit bibirnya dan memaksa diri berkata dengan tidak malunya "Aku cleaning service lantai bawah yang baru saja dipanggil untuk membersihkan tempat ini.” Ketika dia berbicara, dia memperlihatkan kekasaran dari suaranya.
Beberapa orang di dalam ruangan itu langsung mengerutkan kening karena tidak puas.
Yutta telah bekerja di Hamilton selama tiga bulan, dia tahu teori lebih sedikit bicara dan lebih banyak bekerja. Dia hanya seorang cleaning service. Bahkan jika seseorang tidak puas dan tidak senang dengan suaranya, tidak ada yang akan benar-benar menjadikannya target. Tapi masalah Lea, walaupun dia tidak mengerti situasi apa sekarang, tapi jika dia ikut campur tangan mungkin dia tidak akan baik-baik saja.
Sepanjang jalan, dia menundukkan kepalanya, melewati Lea dan berjalan ke kamar mandi di dalam ruangan itu. Ruang VIP dilengkapi dengan kamar mandi. Dan ada alat cleaning service di kamar mandi yang sudah sangat lengkap. Alat-alat tersebut ditempatkan di lemari khusus dan tidak akan mempengaruhi penampilan cantik kamar mandi.
Yutta keluar dengan kain pel di satu tangan dan ember di tangan lainnya.
Dia hanya menundukkan kepalanya lalu menyapu. Tapi, Lea memandangnya dengan tatapan minta tolong. Yang terus diabaikan olehnya.
Tiga tahun kehidupan penjara telah mengajarinya untuk tidak bertindak membabi buta dan memaksakan kekuatan diri. Dia tidak boleh melupakan siapa dirinya. Kalau tidak, orang lain akan seenaknya menggerakkan jari mereka padanya dan bisa membuatnya menderita hingga merasa lebih baik memilih mati daripada hidup.
Dia bukanlah Lea. Meskipun keluarganya miskin, tapi dia masih memiliki orang tua dan merupakan murid dari universitas S. Sedangkan dia Yutta sekarang hanyalah seorang mantan narapidana yang pernah di penjara!
Bukan siapa-siapa, dia tidak sanggup melewati masalah besar bagai badai besar. Dia tidak akan sanggup lagi melewati masalah kecil apapun. Apalagi untuk membantu orang lain, dia tidak mampu.
“Nyanyikanlah lagu ini, lalu kamu bisa pergi.” Kata seorang pria kepada Lea.
Yutta diam-diam mengangkat kepalanya dan melihat Lea yang menggigit bibirnya, seolah dia sedang dipermalukan oleh langit "Aku tidak..."
Pel Yutta tiba-tiba goyah dan pel itu dia seret sampai ke atas sepatu Lea. Lea terkejut dan lupa apa yang akan dia katakan dan melihat ke arah Yutta.
Yutta mengangkat kepalanya untuk meminta maaf "Maaf sekali, sepatumu kena pel."
Adegan yang tampaknya tidak disengaja ini menarik perhatian beberapa pria di dalam ruangan itu.
Telinga Yutta hanya mendengar Lea berkata dengan marahnya "Aku bukan model wanita atau pun wanita penghibur di ruangan ini. Aku tidak akan menyanyi, aku hanya seorang pelayan yang menyajikan teh dan air saja!"
Yutta menyesal dia ingin menembak dirinya sampai mati... Ada beberapa orang bisa dibantu namun ternyata ada beberapa orang yang tidak bisa dibantu.
Lea kenapa memilih yang tidak diketahui oleh Yutta, tapi jika itu Yutta. Dia tidak akan sepenuhnya menyinggung para pria kaya raya ini hanya karena sebuah lagu. Di ruang VIP Hamilton, status mereka ini tidak rendah, bagaimana mereka bisa mengizinkan pelayan kecil tidak mematuhi dan menurut pada mereka?
Jika Lea tidak menghormati para pria ini, maka mana mungkin para pria ini membiarkan Lea pergi begitu saja?
Wanita seperti apa yang belum pernah mereka lihat sebelumnya? Melihat Lea yang polos dan cantik dan hanya menyuruhnya menyanyikan sebuah lagu, itu sudah cukup menghormatinya. Jika Lea menyanyikan lagu itu dengan patuh dan kemudian pergi, mungkin para pria ini tidak akan menyulitkannya lagi.
Sepertinya Yutta telah sia-sia membantu Lea, apalagi dia juga menarik beberapa mata para pelanggan di dalam ruangan ini.
Yutta berkata dalam hati “Cepat bersihkan dan segera pergi. Jika tinggal lebih lama lagi di tempat ini, maka tidak ada yang tahu perubahan mengerikan apa yang terjadi di sini. Barusan tadi dia membantu Lea, jika karena hal ini, dia telah menyinggung para tamu di dalam ruangan ini, maka dia pun akan ditarik masuk ke dalam masalah ini. Dia berpikir, yang terbaik adalah segera pergi dan meninggalkan ruangan ini.
"Yo? Cukup sombong juga ya?” Kali ini, suara berubah menjadi suara menggoda yang main-main “Tidak mau bernyanyi? Oke, kalau begitu minum dulu bir di botol itu sampai habis, baru kamu boleh pergi.
“Aku tidak akan meminumnya! Aku bukanlah gadis yang bertugas menemani para tamu minum alkohol ataupun bir!”
“Hehe, tidak mau minum?” Senyum menggoda itu berubah jadi tawa “Aku khawatir, hal ini bukanlah hal yang mana kamu bisa bilang tidak. Bekerja di Hamilton, tidak usah pelayan biasa, bahkan bibi cleaning service saja juga akan mengikuti apa yang diperintahkan dengan baik selama itu adalah permintaan dari pelanggan, iya kan?”
Ketika Yutta mendengar suara sinis yang menyebut kata "Bibi cleaning service.” Ada perasaan dan firasat tidak enak di hatinya tanpa alasan. Detik berikutnya, firasat itu menjadi kenyataan.
"Hei, kamu yang di sana, iya, kamu. Bibi cleaning service, bukankah begitu?"
Novel Terkait
I'm Rich Man
HartantoHis Second Chance
Derick HoKing Of Red Sea
Hideo TakashiDon't say goodbye
Dessy PutriLove And Pain, Me And Her
Judika DenadaRahasia Istriku
MahardikaCinta Yang Paling Mahal×
- Bab 1 Penjarakan Dia
- Bab 2 Semuanya Ini Adalah Maksud Dari Tuan Cassio
- Bab 3 Keluar Dari Penjara
- Bab 4 Kebetulan Melihat Pasangan Yang Kencan Diam-Diam
- Bab 5 Mencari Masalah Untuk Diri Sendiri
- Bab 6 Kamu Tidak Bermaksud Menyapa Aku?
- Bab 7 Cium Dia
- Bab 8 Penyelaan Oleh Ridwan
- Bab 9 Amarah Dan Hinaannya
- Bab 10 Ditangkap Setelah Melarikan Diri
- Bab 11 Dia Datang
- Bab 12 Yutta Yang Tidak Percaya Diri
- Bab 13 Memindahkan Dia Ke Departemen Hubungan Masyarakat
- Bab 14 Penghinaan Dan Penyiksaan
- Bab 15 Mempermalukan
- Bab 16 Bukan Yang Paling Memalukan
- Bab 17 Hanya Lebih Memalukan
- Bab 18 Tubuhmu Dingin Atau Panas
- Bab 19 Tersebar Dengan Luas
- Bab 20 Kritikan Lea
- Bab 21 Eldric, Dengar
- Bab 22 Dia Menghindari Eldric
- Bab 23 Eldric Menciumnya
- Bab 24 Apakah Kamu Meremehkan Yutta
- Bab 25 Kamu Kira Dirimu Lebih Mulia Dari Yutta
- Bab 26 Jangan Terburu-Buru Satu Persatu
- Bab 27 Membantu Dia Melampiaskan Amarah
- Bab 28 Tuan Lucas
- Bab 29 Wanita Gila
- Bab 30 Gadis Malang
- Bab 31 Kak Lucas...
- Bab 32 Terakhir Kali Tanya padamu
- Bab 33 Ridwan Kamil VS Yutta Aloysia
- Bab 34 Awal Permasalahan
- Bab 35 Mempersulit
- Bab 36 Tidak Tahu Malu
- Bab 37 Penipuan Untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 38 Apakah Yang Dia Inginkan Terlalu Banyak?
- Bab 39 Bagaimana Merendahkan Diri Bisa Interpretasikan Kesombongan
- Bab 40 Perburuan Berdarah Dimulai
- Bab 41 Aku Ingin Kamu Menemaniku Malam Ini
- Bab 42 Apakah Yang Dia Inginkan Hanya Sebuah Ciuman?
- Bab 43 Alasan Eldric Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 44 Orang Yang Tidak Tahu Malu
- Bab 45 Ridwan Memberi Pelajaran Kepada Lea Si Hati Jahat
- Bab 46 Lea Trisa Demi Menjaga Diri Mendorong Yukka Aloysia untuk Menghalang
- Bab 47 Eldric Cassio Emosi
- BAB 48 Tidak Boleh Mati
- BAB 49 Yutta Aloysia Ikut Aku
- BAB 50 Dengan Kuat Menghentikan Mulut yang Mengganggunya
- Bab 51 Malam Ini Temani Aku Tidur
- Bab 52 Perhatian Di Balik Penampilan Dingin Yang Sengaja Diperlihatkan
- Bab 53 Apakah Kamu Tahu Siapa yang Menyelamatkan Yutta
- Bab 54 Memeriksa
- Bab 55 Bawa Aku Menemuinya
- Bab 56 Aku Akan Mengabulkanmu
- Bab 57 Kekurangan Ginjal
- Bab 58 Kesakitan
- Bab 59 Kelembutan Eldric
- Bab 60 Malah Menuangkan Garam
- Bab 61 Kelembutan Yang Canggung
- Bab 62 Sesuatu Yang Tidak Aku Inginkan
- Bab 63 Tidak Tahu Malu, Menggoda Tuan Kamil
- Bab 64 Apa Yang Dilakukannya Dengan Ridwan
- Bab 65 Keputusannya
- Bab 66 Kalau Sakit, Gigitlah
- Bab 67 Ciuman Melanda
- Bab 68 Kebencian Lea
- Bab 69 Bertemu Larut Malam Di Pinggir Jalan
- Bab 70 Ingat, Namaku Zarco Rius
- Bab 71 Yutta Marah
- Bab 72 Sangat Acuh Tidak Acuh
- Bab 73 Dengarkan Nasihat Kak Ming, Menjauhlah Dari Pria Itu
- Bab 74 Jadilah Pacarku Saja
- Bab 75 Yutta Aloysia Yang Menggila, Eldric Cassio Yang Menggila
- Bab 76 Yutta Aloysia, Yutta Aloysia
- Bab 77 Rayon Lucas Dan Karim Heng
- Bab 78 Jangan Sentuh Tempat Itu Lagi
- Bab 79 Tuan Karim Heng Aku Butuh Sepuluh Miliar
- Bab 80 Perburuan Ini Berubah Menjadi Tidak Menarik
- Bab 81 Hanya Ingin Berburu, Tidak Memiliki Perasaan
- Bab 82 Perubahan Yutta Aloysia
- Bab 83 Mendorong Masuk Ke Dalam Neraka
- Bab 84 Kemana Saja Kamu Adikku?
- Bab 85 keras Kepala dan Tetap Tegar
- Bab 86 Bukankah Ini Adalah Nona Aloysia?
- Bab 87 Kamu Bisa Berlutut Sekarang
- Bab 88 Biarkan Aku Pergi
- Bab 89 Livin Bukan Tidak Bersalah
- Bab 90 Bos! Tolong!
- Bab 91 Menghancurkan Harapan Dengan Tangan Sendiri
- Bab 92 Penyesalan Terakhir Dalam Hidup ini Adalah Bertemu Denganmu
- Bab 93 Akulah Yang Telah Buta Mata Dan Buta Hati
- Bab 94 Masing-Masing Semuanya Bukanlah Orang Yang Mudah Ditangani
- Bab 95 Telah Membayar Yang Harus Dibayar
- Bab 96 Sudah Gila Sejak Lama
- Bab 97 Eldric Tidak Menyadari Perasaannya Sendiri
- Bab 98 Saudara
- Bab 99 Siapa Kamu?
- Bab 100 Menghancurkan Impiannya dan Kak Lucas
- Bab 101 Kebenaran Tentang Ginjal Kiri Diangkat
- Bab 102 Eldric, Kamu Sudah Gila!
- Bab 103 Yang Bisa Menahannya Bukanlah Pria
- Bab 104 Ridwan Kamil, Ridwan Kamil Membuat Orang Sakit Hati
- Bab 105 Kamu Berdiri Di Sana Saja Aku Akan Berjalan Mendekatimu
- Bab 106 Pikiran Yang Tersembunyi Di Buku Catatan Harian
- Bab 107 Jebakan Yang Terlalu Dalam
- Bab 108 Apakah Bagaimanapun Juga Boleh?
- Bab 109 Lakukan Apa Yang Tuhan Minta Anda Lakukan
- Bab 110 Berpapasan
- Bab 111 Eldric VS Ridwan
- Bab 112 Kamu Boss Besar, Jadi Tidak Perlu Membayar?
- Bab 113 Sudah Bergerak
- Bab 114 Menemani Sampai Akhir
- Bab 115 Tekanan Tak Terbatas
- Bab 116 Menemani Adalah Pengakuan Cinta Terdalam
- Bab 117 Kegembiraan Kecil Ridwan
- Bab 118 Karim Mempersulit Segalanya
- Bab 119 Ketenangan Sebelum Badai
- Bab 120 Seolah Melihat Yutta Yang Dulu
- Bab 121 Ini Adalah Sebuah Permainan
- Bab 122 Melihat, Mendengar Dan Mengetahui
- Bab 123 Mereka Tidak Pantas Melihatnya
- Bab 124 Kamu Lihat, Aku Tidak Menangis
- Bab 125 Boss Yutta Aloysia Menghilang
- Bab 126 Dia Mencari Wanita Itu Dengan Menggila
- Bab 127 Kelabilan dan Sakit Hati Ridwan Kamil
- Bab 128 Kelembutan Eldric Di Bawah Sikap Dingin
- Bab 129 Tunggu Aku Di Atas Ranjang