Cinta Yang Paling Mahal - Bab 83 Mendorong Masuk Ke Dalam Neraka
“Yutta, kamu sudah berubah.”
Ekspresi wajah Yutta terlihat sedikit tertegun: “Kakak Suming... …”
“Yutta, apakah kamu tidak menyadari? Ekspresi wajahmu tidak lagi kaku, dulu, pada ekspresi wajahmu, aku hanya melihat kekakuan dan tidak bernyawa di wajahmu.” Suming meratapi Yutta: “Tetapi sekarang, kamu membuatku merasa, kamu seperti manusia yang hidup.”
Yutta membuka mulutnya, sepertinya Yutta ingin mengatakan sesuatu.
“Yutta, siapakah itu, yang membuat kamu terlihat lebih ceria, apakah orang tersebut adalah Karim?” Ekspresi wajah Yutta, sama sekali tidak ada cita rasa restu kepada Yutta, Ekspresi wajah Suming tiba-tiba berubah menjadi serius, menegur Yutta:
“Tetapi dia tidak mempunyai maksud baik!”
Jadi, apakah ini merupakan sebuah hal yang baik?
Perubahan yang terjadi pada Yutta, di dalam pandangan Suming, dapat membuat Yutta terjadi perubahan sejak awal mendekati Yutta, pria tersebut pasti tidak mempunyai maksud baik.
Yutta tidak berkata.
Suming menghembuskan nafas dengan kuat: “Yutta, berjanji dengan Kakak Suming, jangan ketemu dengan dia lagi, hari ini Kakak Suming akan memindahkan kamu ke asrama baru.”
“Tidak mau!” Yutta langsung mendongak, tetapi begitu Yutta berteriak, melihat tatapan mata Suming yang penuh dengan kekecewaan, Yutta mengepalkan tangan dengan kuat, “Kakak Suming, aku tidak ingin mengganti asrama, aku akan berjanji denganmu, setelah aku mengumpulkan uang satu miliar, aku tidak akan bertemu dengan orang itu lagi.”
Suming merasa sangat kesal, menggertakkan gigi: “Yutta, kamu jangan menyesal!” Memelototi Yutta, mendengus, Suming tidak ingin bertemu dengan Yutta lagi, Suming langsung berdiri dan keluar dari ruangan kantor.
Di depan meja kantor, Yutta sendirian berdiri di sana, suara Suming terus bergema di telinga Yutta, mulutnya terasa pahit, tentu saja Yutta mengetahui tujuan Karim mendekatinya, apabila Yutta tidak mengetahui tujuan Karim mendekatinya, Yutta sendiri juga dapat melihat… …
“Tetapi, aku sendiri juga tamak, aku juga ingin merasakan perasaan yang seperti ini.” Karim mempunyai maksud dan tujuan yang berbeda, tentu saja Yutta mengetahui bahwa, harus menjauhi pria yang berbahaya ini… … tetapi kehadiran Karim, membuat Yutta merasakan bahwa dirinya sendiri masih hidup di dunia ini, hidup seperti manusia yang memiliki perasaan.
Bekas luka yang sama sekali tidak boleh disentuh, juga bisa menahan rasa sakit, bekas luka… … yang disentuh, dari bekas luka yang sama sekali tidak boleh disentuh, kini sudah bisa menahan rasa sakit menyentuh bekas luka tersebut.
Apabila begitu, bagaimana dengan orang tersebut? Apakah bisa sedikit demi sedikit memudarkan luka yang di dalam hati, tidak peduli itu adalah cinta benci ataupun… …. Apakah itu bisa, seperti bekas luka yang di dahi, menjadi tidak berbekas lagi?
Karim... … Yutta mengetahui bahwa, manusia ini merupakan obat racun, meskipun itu adalah obat racun, Yutta juga akan meminum obat racun tersebut, bukan karena kebahagiaan ataupun cinta, tetapi karena… … Yutta sudah hidup di neraka gelap, tanpa cahaya mentari, sudah sangat-sangat lama. Sedangkan hatinya, sudah mulai tamak ingin hidup di bawah cahaya mentari seperti orang biasa.
Yutta mengetahui bahwa, akhir-akhir ini, Yutta menjadi seperti manusia yang hidup, bukan lagi seperti sebuah mayat yang hanya bisa bernafas dan berjalan, Yutta mengetahui bahwa, semua perubahan ini, terjadi sejak Karim datang ke pintu asramanya setiap malam, dan setiap ciuman di dahi pada saat Karim pulang.
Batas waktu yang telah disepakati dengan Eldric semakin mendekat, pada saat dua hari terakhir, Karim seperti biasanya, saat Karim hendak pergi, Karim dihentikan oleh suara kasar: “Tunggu sebentar.”
“Iya? Ada apa?”
Karim membalikkan badan dan melihat ke arah wanita yang terdiam di belakang-nya, meskipun Yutta tidak bersuara, namun suasana hati dua hari terakhir ini terasa sangat berat, semuanya terukir di wajahnya, Karim tidak bertanya, Karim sedang menunggu Yutta memberitahukan dia.
“Aku… …” Yutta berdiri di hadapan Karim, telapak tangan berkeringat dingin, telapak tangan terasa lembab, membuat Yutta merasa semakin gugup.
“Ada apa? Nona Yutta*, tidak apa-apa, katakan saja. Aku akan mendengarnya.”
Pria yang di hadapannya, sangat gentlemen, sangat elegan, tetapi pada saat ini, Yutta berdiri di hadapannya, membuka mulut, tetapi Yutta tidak bisa mengucapkan kata-kata yang sudah berpikir lama di dalam pikirannya.
“Nona Yutta*, jika tidak ada urusan lagi, hari ini aku sangat capek, aku akan pergi sekarang.”
Begitu Karim selesai berkata, langsung membalikkan badan.
Lengan baju Karim mengencang, begitu Karim melihat kebawah, melihat tangan Yutta, yang sedang menarik lengan bajunya, Karim mengikuti tangan tersebut, mendongak, tiba-tiba!
Kelopak matanya berkedut.
Wanita yang di hadapannya, satu tangannya menarik lengan bajunya, satu tangannya lagi menyingkirkan rambut yang di dahi-nya, menunjukkan bekas luka tersebut, Yutta memiringkan kepalanya, tidak mengatakan apapun.
Tetapi sebenarnya, Yutta sudah memberitahukan maksudnya.
Pupil Karim yang berwarna coklat mengecil, beberapa saat kemudian, menggerakkan bibirnya, “Apa yang kamu inginkan?”
Suara terdengar sangat berat, bertanya perlahan-lahan.
Wajah Yutta, di bawah cahaya lampu asrama, terlihat sedikit pucat. Yutta tidak menatap Karim, Yutta memiringkan kepala, dan menyingkirkan rambut yang di dahinya dengan satu tangan, kemudian menunjukkan bekas luka tersebut kepada Karim:
“Satu miliar, Tuan Karim... … Besok, aku ingin minta pembayaran sebanyak satu miliar.”
Karim mengerti bahwa, wanita ini ingin menggunakan ciuman besok, untuk mengganti pembayaran sebanyak satu miliar.
Tiba-tiba, Karim tertawa: “Hahaha, Nona Yutta, Kamu sudah tidak berharga lagi.”
Pada saat Yutta menghilangkan sifat keras kepalanya, pada saat Yutta melunak, “Bagian yang paling berharga di tubuhmu, adalah bekas luka yang tidak boleh disentuh, bagian yang paling menarik, adalah bekas luka tersebut, tetapi sekarang kamu memanfaatkan bekas luka tersebut untuk menukar uang, bekas luka tersebut menjadi tidak tertarik lagi. Sehingga, Nona Yutta, awalnya aku berpikir bahwa, kamu merupakan seorang wanita yang asik, ternyata, kamu sama seperti mereka” wajah cantik Karim, menunjukkan sindiran: “vulgar.”
Karim bahkan tidak mengucapkan kalimat “Sampai jumpa”, langsung hilang dari pandangan Yutta.
Sedangkan Yutta, tidak merasa sedih ataupun keterpurukan akibat patah hati.
Yutta hanya berdiri diam di depan pintu, hembusan angin sepoi-sepoi di koridor, menerpa wajahnya, seolah-olah Yutta tidak merasakan… … terhadap Karim, Yutta tidak ada rasa cinta, bahkan… … Yutta bisa menjual diri untuk meminjam uang, tetapi tidak bisa membuka mulut meminta kepada Ridwan.
Tetapi… … Yutta mengelus-elus dahinya, tidak tahu harus tertawa atau menangis, benda yang paling berharga di tubuhnya, telah memberikan kepada orang tersebut.
Yutta melihat ke arah koridor yang kosong dan sepi, tiba-tiba tertawa, kemudian berbicara dengan dirinya sendiri: “Meskipun itu adalah obat racun, aku juga akan meminumnya, karena obat racun ini dapat membuat aku merasa hidup di bawah cahaya mentari.”
Yutta sangat berterima kasih kepada Karim, Karim menarik Yutta keluar dari neraka, kemudian, mendorong Yutta masuk ke dalam neraka lagi.
Yutta berkata, tidak apa-apa.
Karena kerakusan hati Yutta, jelas bahwa seumur hidup ini hanya bisa hidup di dalam neraka, tetapi Yutta masih berharap bisa hidup di bawah cahaya mentari.
Jelas bahwa Karim adalah obat racun, tetapi Yutta menikmati kepahitan tersebut semanis madu. Karena keserakahan Yutta, terlalu mengharapkan kehidupan seperti seorang manusia yang telah menghilang selama tiga tahun.
Sehingga… …
“Kamu pantas menerima, Yutta.” Yutta berbicara kepada dirinya sendiri, kesalahan yang diulangi terus-menerus. Lihat saja, melupakan kemampuan diri sendiri, dan mengharapkan barang bukan milik sendiri, tidak akan pernah membuahkan hasil yang bagus… … Mengapa dia, tidak pernah bisa belajar dari pengalaman!
Akan tetapi… …
“Uang, sangat sulit sekali… …”
Besok, Eldric akan datang mencari Yutta.
Karena kepergian Karim, Yutta merasa sedikit bosan.
“Rayon, aku ingin mengganti mangsa.” Seperti biasa, Karim menyelesaikan sebuah permainan, berkata kepada temannya Rayon.
Novel Terkait
Mendadak Kaya Raya
Tirta ArdaniLove And War
JaneAdore You
ElinaGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangAfter The End
Selena BeeDark Love
Angel VeronicaBehind The Lie
Fiona LeeCinta Yang Paling Mahal×
- Bab 1 Penjarakan Dia
- Bab 2 Semuanya Ini Adalah Maksud Dari Tuan Cassio
- Bab 3 Keluar Dari Penjara
- Bab 4 Kebetulan Melihat Pasangan Yang Kencan Diam-Diam
- Bab 5 Mencari Masalah Untuk Diri Sendiri
- Bab 6 Kamu Tidak Bermaksud Menyapa Aku?
- Bab 7 Cium Dia
- Bab 8 Penyelaan Oleh Ridwan
- Bab 9 Amarah Dan Hinaannya
- Bab 10 Ditangkap Setelah Melarikan Diri
- Bab 11 Dia Datang
- Bab 12 Yutta Yang Tidak Percaya Diri
- Bab 13 Memindahkan Dia Ke Departemen Hubungan Masyarakat
- Bab 14 Penghinaan Dan Penyiksaan
- Bab 15 Mempermalukan
- Bab 16 Bukan Yang Paling Memalukan
- Bab 17 Hanya Lebih Memalukan
- Bab 18 Tubuhmu Dingin Atau Panas
- Bab 19 Tersebar Dengan Luas
- Bab 20 Kritikan Lea
- Bab 21 Eldric, Dengar
- Bab 22 Dia Menghindari Eldric
- Bab 23 Eldric Menciumnya
- Bab 24 Apakah Kamu Meremehkan Yutta
- Bab 25 Kamu Kira Dirimu Lebih Mulia Dari Yutta
- Bab 26 Jangan Terburu-Buru Satu Persatu
- Bab 27 Membantu Dia Melampiaskan Amarah
- Bab 28 Tuan Lucas
- Bab 29 Wanita Gila
- Bab 30 Gadis Malang
- Bab 31 Kak Lucas...
- Bab 32 Terakhir Kali Tanya padamu
- Bab 33 Ridwan Kamil VS Yutta Aloysia
- Bab 34 Awal Permasalahan
- Bab 35 Mempersulit
- Bab 36 Tidak Tahu Malu
- Bab 37 Penipuan Untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 38 Apakah Yang Dia Inginkan Terlalu Banyak?
- Bab 39 Bagaimana Merendahkan Diri Bisa Interpretasikan Kesombongan
- Bab 40 Perburuan Berdarah Dimulai
- Bab 41 Aku Ingin Kamu Menemaniku Malam Ini
- Bab 42 Apakah Yang Dia Inginkan Hanya Sebuah Ciuman?
- Bab 43 Alasan Eldric Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 44 Orang Yang Tidak Tahu Malu
- Bab 45 Ridwan Memberi Pelajaran Kepada Lea Si Hati Jahat
- Bab 46 Lea Trisa Demi Menjaga Diri Mendorong Yukka Aloysia untuk Menghalang
- Bab 47 Eldric Cassio Emosi
- BAB 48 Tidak Boleh Mati
- BAB 49 Yutta Aloysia Ikut Aku
- BAB 50 Dengan Kuat Menghentikan Mulut yang Mengganggunya
- Bab 51 Malam Ini Temani Aku Tidur
- Bab 52 Perhatian Di Balik Penampilan Dingin Yang Sengaja Diperlihatkan
- Bab 53 Apakah Kamu Tahu Siapa yang Menyelamatkan Yutta
- Bab 54 Memeriksa
- Bab 55 Bawa Aku Menemuinya
- Bab 56 Aku Akan Mengabulkanmu
- Bab 57 Kekurangan Ginjal
- Bab 58 Kesakitan
- Bab 59 Kelembutan Eldric
- Bab 60 Malah Menuangkan Garam
- Bab 61 Kelembutan Yang Canggung
- Bab 62 Sesuatu Yang Tidak Aku Inginkan
- Bab 63 Tidak Tahu Malu, Menggoda Tuan Kamil
- Bab 64 Apa Yang Dilakukannya Dengan Ridwan
- Bab 65 Keputusannya
- Bab 66 Kalau Sakit, Gigitlah
- Bab 67 Ciuman Melanda
- Bab 68 Kebencian Lea
- Bab 69 Bertemu Larut Malam Di Pinggir Jalan
- Bab 70 Ingat, Namaku Zarco Rius
- Bab 71 Yutta Marah
- Bab 72 Sangat Acuh Tidak Acuh
- Bab 73 Dengarkan Nasihat Kak Ming, Menjauhlah Dari Pria Itu
- Bab 74 Jadilah Pacarku Saja
- Bab 75 Yutta Aloysia Yang Menggila, Eldric Cassio Yang Menggila
- Bab 76 Yutta Aloysia, Yutta Aloysia
- Bab 77 Rayon Lucas Dan Karim Heng
- Bab 78 Jangan Sentuh Tempat Itu Lagi
- Bab 79 Tuan Karim Heng Aku Butuh Sepuluh Miliar
- Bab 80 Perburuan Ini Berubah Menjadi Tidak Menarik
- Bab 81 Hanya Ingin Berburu, Tidak Memiliki Perasaan
- Bab 82 Perubahan Yutta Aloysia
- Bab 83 Mendorong Masuk Ke Dalam Neraka
- Bab 84 Kemana Saja Kamu Adikku?
- Bab 85 keras Kepala dan Tetap Tegar
- Bab 86 Bukankah Ini Adalah Nona Aloysia?
- Bab 87 Kamu Bisa Berlutut Sekarang
- Bab 88 Biarkan Aku Pergi
- Bab 89 Livin Bukan Tidak Bersalah
- Bab 90 Bos! Tolong!
- Bab 91 Menghancurkan Harapan Dengan Tangan Sendiri
- Bab 92 Penyesalan Terakhir Dalam Hidup ini Adalah Bertemu Denganmu
- Bab 93 Akulah Yang Telah Buta Mata Dan Buta Hati
- Bab 94 Masing-Masing Semuanya Bukanlah Orang Yang Mudah Ditangani
- Bab 95 Telah Membayar Yang Harus Dibayar
- Bab 96 Sudah Gila Sejak Lama
- Bab 97 Eldric Tidak Menyadari Perasaannya Sendiri
- Bab 98 Saudara
- Bab 99 Siapa Kamu?
- Bab 100 Menghancurkan Impiannya dan Kak Lucas
- Bab 101 Kebenaran Tentang Ginjal Kiri Diangkat
- Bab 102 Eldric, Kamu Sudah Gila!
- Bab 103 Yang Bisa Menahannya Bukanlah Pria
- Bab 104 Ridwan Kamil, Ridwan Kamil Membuat Orang Sakit Hati
- Bab 105 Kamu Berdiri Di Sana Saja Aku Akan Berjalan Mendekatimu
- Bab 106 Pikiran Yang Tersembunyi Di Buku Catatan Harian
- Bab 107 Jebakan Yang Terlalu Dalam
- Bab 108 Apakah Bagaimanapun Juga Boleh?
- Bab 109 Lakukan Apa Yang Tuhan Minta Anda Lakukan
- Bab 110 Berpapasan
- Bab 111 Eldric VS Ridwan
- Bab 112 Kamu Boss Besar, Jadi Tidak Perlu Membayar?
- Bab 113 Sudah Bergerak
- Bab 114 Menemani Sampai Akhir
- Bab 115 Tekanan Tak Terbatas
- Bab 116 Menemani Adalah Pengakuan Cinta Terdalam
- Bab 117 Kegembiraan Kecil Ridwan
- Bab 118 Karim Mempersulit Segalanya
- Bab 119 Ketenangan Sebelum Badai
- Bab 120 Seolah Melihat Yutta Yang Dulu
- Bab 121 Ini Adalah Sebuah Permainan
- Bab 122 Melihat, Mendengar Dan Mengetahui
- Bab 123 Mereka Tidak Pantas Melihatnya
- Bab 124 Kamu Lihat, Aku Tidak Menangis
- Bab 125 Boss Yutta Aloysia Menghilang
- Bab 126 Dia Mencari Wanita Itu Dengan Menggila
- Bab 127 Kelabilan dan Sakit Hati Ridwan Kamil
- Bab 128 Kelembutan Eldric Di Bawah Sikap Dingin
- Bab 129 Tunggu Aku Di Atas Ranjang