Cinta Yang Paling Mahal - Bab 119 Ketenangan Sebelum Badai
"Oke, panggil saja Tuan Kamil satang, jika dia datang, bisa sekalian menyuruh dia melihat teman baiknya tidak peduli pada perasaannya."
Yutta ingin tertawa, mengapa pria ini berpikir bahwa pikiran dia adalah pikiran Yutta sendiri? Mengapa dia berpikir bahwa Yutta tidak ingin memberi tahu Ridwan segalanya?
Oh …… Mungkin di mata pria ini, Yutta adalah wanita yang tidak tahu malu!
"Kamu ……" Tatapan Karim berubah dan dia menjadi lebih jijik: "Kamu benar-benar menjijikkan. Kamu bilang aku tidak peduli dengan perasaan Ridwan, saat kamu mengatakan ini, kamu juga menunjukkan bahwa kamu tidak peduli pada perasaannya. Aku merasa kasihan dengan kasih sayang Ridwan untukmu, dia benar-benar mempercayai orang yang salah. "
Yutta berkata di dalam hatinya: Benar, dia percaya pada orang yang salah.
"Aku setuju dengan kamu, Tuan Karim."
Karim tidak menyangka bahwa Yutta akan mengakuinya begitu saja!
Dia sangat marah di hatinya! Dan merasa tidak layak untuk Ridwan!
"Kamu jangan sombong! Aku akan membiarkan dia melihat wanita seperti apa dirimu! Wanita sepertimu ini seperti racun. Aku tidak akan membiarkan racun sepertimu tinggal bersama temanku dan menyakitinya! "
Usai bicara, dia melepaskan tangannya.
……
Yutta dan Karim hampir kembali ke ruang bersamaan.
Tatapan Ridwan berubah, begitu Karim duduk dan mengangkat kepalanya, dia langsung bertemu dengan tatapan Ridwan yang dalam.
"Tubuhmu tidak memiliki bau rokok." Bibir tipisnya bergerak, dan Ridwan memandang Karim di seberangnya dengan dingin.
Bilang pergi merokok, tetapi tidak ada bau rokok di tubuhnya, dan dia kembali ke dalam ruang hampir bersamaan dengan Yutta, ditambah dengan kata-kata Karim sebelumnya yang sepertinya ditujukan pada Yutta, Ridwan juga teringat bahwa Karim pergi keluar setelah Yutta keluar.
Untuk sesaat, raut wajahnya menjadi semakin dingin.
Rayon yang di satu sisi, memegang cangkir kopi, dan terhenti.
"Aku pergi untuk menyapa Nona Aloysia, lagipula, kita bertemu di Internasinal Club Hamilton, jadi kita saling kenal, bukankah?"
Ridwan menyipitkan matanya: "Aku tahu dia bekerja di Internasinal Club Hamilton, kamu tidak usah sengaja memancing suasana."
Karim hampir tertawa, jari-jarinya yang ramping mengeluarkan kotak rokok, dan di depan Yutta, dengan suara klik, menyalakan rokok, dan menyesapnya.
Ridwan semakin mengangkat dagunya, dan berkata kepada Karim, "Kenapa kamu tidak pergi keluar untuk merokok sekarang?"
Apa yang barusan kamu lakukan tadi?
Dia pikir, kapan orang seperti Karim peduli dengan pendapat orang lain?
Rayon melihat ada yang tidak beres dan tiba-tiba berdiri: "Aku teringat, masih ada yang harus aku lakukan, aku tadi minum sedikit anggur, Karim, kamu antar aku pulang."
Dia menarik Karim berdiri tanpa penjelasan apapun dan pergi: "Nona Aloysia, bertemu lagi lain kali."
Ketika mereka pergi, Ridwan berbalik dan dengan hati-hati memandang Yutta dari atas ke bawah: "Apa yang dia lakukan padamu?"
"Tidak."
"Lalu apa yang dia katakan padamu?"
"Dia hanya keluar untuk menyapa aku."
Ridwan mengerutkan kening dan menatapnya, jelas tidak mempercayai omong kosong ini.
Yutta tidak terlalu banyak bicara, percaya atau tidak terserah dia.
"Urusanku baru-baru ini agak rumit. Situasinya baru sedikit membaik, Yutta, ketika aku selesai mengurus semua ini, aku bisa membawamu pergi dari Internasinal Club Hamilton."
Meninggalkan Internasinal Club Hamilton? …… Untuk sesaat, dia sedikit tersentuh.
Namun, jika meninggalkan Internasinal Club Hamilton semudah itu, dia sudah pergi sejak awal.
Eldric menolak untuk melepaskannya, bahkan jika dia meninggalkan Internasinal Club Hamilton, orang itu masih dapat menemukannya, belum lagi satu-satunya kartu identitas yang dapat membuktikan identitasnya ada di tangan Eldric. Jika dia pergi saat ini, dia tidak memiliki kartu identitas, yang berarti dia tidak bisa pergi kemana pun.
……
Setelah Karim pergi, dia tidak langsung pulang, dia membuat janji dengan seorang wanita cantik untuk bertemu di kedai kopi. Dia mengatakan sesuatu, ketika dia pergi, putri selebwanita itu mengangguk dan berkata: "Tenang saja, aku akan membantumu, membiarkan temanmu melihat wajah asli wanita itu. Tapi kamu berjanji padaku …… satu malam kenikmatan, jangan lupa. "
Karim terkekeh, bersandar di telinga wanita itu dengan sangat menawan: "Tentu saja, wanita cantik seperti Nona Mitha, bagaimana aku bisa membatalkan janji?"
Dengan suara yang dalam, ditambah dengan wajah Karim yang sering membuat wanita bingung ketika melihatnya, Nona Mitha ini kewalahan dan dengan enggan mengatakan: "Baik, aku akan langsung beraksi besok malam. Kalau begitu, kamu harus berada di sana. Ini juga akan menghemat waktu ketika seseorang mengatakan aku tidak melakukan sesuatu dengan baik. "
"Bagaimana bisa, Nona Mitha cantik dan cakap, aku secara alami percaya pada kemampuan Nona Mitha untuk melakukan sesuatu. Terlebih lagi ……. bahkan jika itu gagal atau menjadi kacau, aku juga tidak bisa melewatkan kecantikan seperti Nona Mitha."
Dia membuat Nona Mitha sangat senang.
“Kalau begitu, aku berharap Nona Mitha sukses.” Usai bicara, saat dia berbalik dan pergi, ada kilatan rasa jijik pada mata Karim, dia menolak untuk tinggal lebih lama dan ingin cepat-cepa pergi lebih awal.
……
Malam itu
Ridwan tidak memberi tahu Yutta mengapa dia memintanya untuk mengambil cuti.
“Tuan Kamil meminta aku untuk mengabil cuti, karena untuk membawaku naik bianglala?” Yutta memandang bianglala besar itu dengan merasa tidak percaya.
"Ayok, aku pernah berjanji akan membawamu naik bianglala."
Ridwan mengulurkan tangannya, tapi Yutta mundur selangkah dengan waspada.
“Yutta?” Apakah dia tidak ingin naik bianglala?
Yutta memandang Ridwan dengan waspada: "Tuan Kamil …… Maafkan aku."
Maaf, aku hanya bisa "Minta maaf" padamu.
Ridwan tertegun, setelah beberapa saat, senyum muncul di wajah seriusnya: “Tidak apa-apa. Jika kita tidak duduk hari ini, suatu hari kita akan naik bianglala bersama.” Ada sesuatu dalam kata-kata itu.
Yutta tidak mengatakan sepatah kata pun, melihat ke langit, dan berkata, "Tuan Kamil, aku sedikit Lelah, bisakah kamu mengantar aku kembali ke asrama."
Mendengar ini, Ridwan melihat Yutta dalam-dalam, dan akhirnya, suara magnetis terdengar: "Baik."
Ketika sampai di lantai bawah asrama Yutta.
"Ada yang ingin aku katakan pada Tuan Kamil, Tuan Kamil, aku tidak suka …… " Aku tidak menyukaimu.
“Tunggu sebentar!” Pria yang duduk di kursi pengemudi tiba-tiba berkata untuk berhenti: “Aku ada panggilan telepon masuk. Yutta, kamu boleh kembali dulu.”
“Tuan Kamil, kenapa kamu tidak ingin menunggu aku selesai bicara?” Tatapan Yutta tertuju pada wajah Ridwan, dia telah mendengar telepon Ridwan berdering berkali-kali, tetapi tidak ada gerakan dari tadi, kali ini Ridwan berbohong bilang ada telepon masuk - itu karena Ridwan tidak ingin Yutta selesai berbicara, dia tidak dapat menemukan alasan lain lagi.
"Yutta, keluar dari mobil dulu. Akhir-akhir ini, ada banyak hal di rumah dan perusahaan, aku sangat sibuk," katanya, tetapi melihat penampilan keras kepala Yutta, hatinya melembut dan ekspresinya melembut, "Yutta, jika ada yang ingin kamu katakan padaku, tunggu sampai aku menyelesaikan semua hal-hal yang ada di tanganku, oke? …… tidak lama kok …… oke? "
Tatapan Ridwan tersirat permohonan, hati Yutta gemetar, dia secara rasional mengatakan pada dirinya sendiri bahwa dia harus menjelaskannya sekarang. Tapi …… dia melihat kelelahan dan memohon di mata pria besar itu lagi, kata-kata yang telah lama muncul, malah tidak bisa keluar apa-apa pada saat ini.
Dengan desahan ringan, dia tidak berkata apa-apa dan keluar dari mobil tanpa sepatah kata pun.
Keesokkan harinya.
Dalam perjalanan pergi bekerja pada malam hari, tiba-tiba beberapa mobil melewati Yutta, dan berhenti pada jarak kurang dari tujuh atau delapan meter di depannya.
Dengan suara rem, Yutta secara bertahap melebarkan matanya, melihat wajah-wajah yang sudah dikenal yang keluar dari mobil.
"Hah? Bukankah ini Yutta?" Wanita pertama turun, dengan riasan halus, mendekati Yutta dengan sepatu hak tinggi, dengan gemetar di wajahnya: "Ini benar-benar Yutta. Tapi," wanita itu mengernyitkan hidung, "Mengapa kamu menjadi seperti ini? Aku masih ingat gaya kamu saat itu."
Tentu saja Yutta mengenal wanita di depannya ---- Najwa Mitha.
Wajah yang lebih akrab berkumpul di sekitar.
"Hah? Benar-benar Yutta! Tadi kamu bilang ini Yutta, aku masih tidak percaya. Sekarang lihat lebih dekat, dia benar-benar Yutta."
"Tapi Yutta …… bagaimana kamu menjadi seperti ini?"
"Iya, kak Yutta."
“Kakak? Apakah kamu tidak malu punya seorang kakak yang pernah masuk penjara?” Najwa berkata sambil tersenyum ringan, seolah tiba-tiba teringat sesuatu, dan dengan cepat bertanya pada Yutta dengan wajah penuh perhatian: “Yutta, kapan kamu keluar dari penjara? Kenapa kamu tidak beritahu kami? Bagaimanapun, kita pernah bermain bersama sebelumnya, kamu seharusnya memberitahu kami, dan kami akan mengadakan pesta atas kembalinya kamu. "
Wajah Yutta semakin pucat …… Apakah hal semacam ini pantas dirayain? Dia mengangkat matanya dan melirik Najwa, Najwa jelas ingin mempermalukan dan memperjelek dirinya.
“Tidak apa-apa, bagaimanapun, kita telah bertemu hari ini, jadi kita langsung mengadakan pesta hari ini.” Kata Najwa, dan merangkul bahu Yutta: “Ayok, Yutta, semua orang akan mempersiapkan perjamuan untukmu, ayok kita pergi."
“Aku tidak ingin pergi!” Yutta dengan tegas menolak untuk mengikuti Najwa mereka pergi.
“Oh tidak bisa, bagaimana bisa kamu tidak pergi? Ini adalah perjamuan yang disiapkan untukmu, tanpa peran utama, bagaimana perjamuan ini bisa berjalan?.” Najwa berkata lagi, sambil menarik Yutta, dan memasukkannya ke kursi belakang mobil: "Yutta, kamu seperti ini sangat tidak memberikan muka kepada para teman-teman."
Saat berkata, dia mengeluarkan ponselnya: "Jika kamu tidak memberikan muka kepada teman-teman, aku akan menyebarkan video ini."
Usai bicara, dia memegang ponsel ke depan Yutta.
Marah!
Mata Yutta membelalak tak percaya: "Mengapa kamu memiliki ini! Bagaimana kamu memiliki ini! Bagaimana kamu bisa memiliki video ini!" wajahnya benar-benar pucat: "Berikan padaku! Berikan padaku!"
Najwa melemparkan ponsel ke tangan orang lain, “Ingin mengambilnya? Coba saja, ambil ini, aku masih punya cadangan.” Saat dia berkata, dia merangkul dadanya sambil mencibir, dan jelas sedang mempermainkan Yutta, “Aku nanya sekali lagi, apakah kamu ingin memberikan muka kepada para teman-teman, pergi atau tidak? "
Pergi, atau tidak?
Wajah Yutta menjadi semakin pucat: "Aku pergi! Berikan padaku cadangannya."
"Ini …… tergantung pada penampilanmu di pesta nanti."
"Video ini …… bagaimana kamu memilikinya?" Video yang dipermalukan itu telah membuat hati Yutta berlubang, video ini seperti memintanya untuk melihat kembali, pengalaman tiga tahun itu.
“Kamu tidak perlu tahu ini.” Sebenarnya, dia mendapatkannya secara tidak sengaja.
"Apa yang ingin kalian lakukan hari ini?"
Najwa tersenyum dan berkata, “Apa yang akan kami lakukan? Bukannya kamu akan mengetahuinya nanti?” Dia berkata lagi, “Siapa suruh kamu tidak memiliki kekayaan dan nasib itu, tetapi terus berjuang untuk menerbang di atas kami semua? Jangan salahkan aku, aku ini juga diperintah oleh orang lain. "
"Atas perintah orang lain …… siapa dia?"
Novel Terkait
Perjalanan Selingkuh
Linda1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaYour Ignorance
YayaLove And War
JaneI'm Rich Man
HartantoKembali Dari Kematian
Yeon KyeongMy Goddes
Riski saputroCinta Yang Paling Mahal×
- Bab 1 Penjarakan Dia
- Bab 2 Semuanya Ini Adalah Maksud Dari Tuan Cassio
- Bab 3 Keluar Dari Penjara
- Bab 4 Kebetulan Melihat Pasangan Yang Kencan Diam-Diam
- Bab 5 Mencari Masalah Untuk Diri Sendiri
- Bab 6 Kamu Tidak Bermaksud Menyapa Aku?
- Bab 7 Cium Dia
- Bab 8 Penyelaan Oleh Ridwan
- Bab 9 Amarah Dan Hinaannya
- Bab 10 Ditangkap Setelah Melarikan Diri
- Bab 11 Dia Datang
- Bab 12 Yutta Yang Tidak Percaya Diri
- Bab 13 Memindahkan Dia Ke Departemen Hubungan Masyarakat
- Bab 14 Penghinaan Dan Penyiksaan
- Bab 15 Mempermalukan
- Bab 16 Bukan Yang Paling Memalukan
- Bab 17 Hanya Lebih Memalukan
- Bab 18 Tubuhmu Dingin Atau Panas
- Bab 19 Tersebar Dengan Luas
- Bab 20 Kritikan Lea
- Bab 21 Eldric, Dengar
- Bab 22 Dia Menghindari Eldric
- Bab 23 Eldric Menciumnya
- Bab 24 Apakah Kamu Meremehkan Yutta
- Bab 25 Kamu Kira Dirimu Lebih Mulia Dari Yutta
- Bab 26 Jangan Terburu-Buru Satu Persatu
- Bab 27 Membantu Dia Melampiaskan Amarah
- Bab 28 Tuan Lucas
- Bab 29 Wanita Gila
- Bab 30 Gadis Malang
- Bab 31 Kak Lucas...
- Bab 32 Terakhir Kali Tanya padamu
- Bab 33 Ridwan Kamil VS Yutta Aloysia
- Bab 34 Awal Permasalahan
- Bab 35 Mempersulit
- Bab 36 Tidak Tahu Malu
- Bab 37 Penipuan Untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 38 Apakah Yang Dia Inginkan Terlalu Banyak?
- Bab 39 Bagaimana Merendahkan Diri Bisa Interpretasikan Kesombongan
- Bab 40 Perburuan Berdarah Dimulai
- Bab 41 Aku Ingin Kamu Menemaniku Malam Ini
- Bab 42 Apakah Yang Dia Inginkan Hanya Sebuah Ciuman?
- Bab 43 Alasan Eldric Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 44 Orang Yang Tidak Tahu Malu
- Bab 45 Ridwan Memberi Pelajaran Kepada Lea Si Hati Jahat
- Bab 46 Lea Trisa Demi Menjaga Diri Mendorong Yukka Aloysia untuk Menghalang
- Bab 47 Eldric Cassio Emosi
- BAB 48 Tidak Boleh Mati
- BAB 49 Yutta Aloysia Ikut Aku
- BAB 50 Dengan Kuat Menghentikan Mulut yang Mengganggunya
- Bab 51 Malam Ini Temani Aku Tidur
- Bab 52 Perhatian Di Balik Penampilan Dingin Yang Sengaja Diperlihatkan
- Bab 53 Apakah Kamu Tahu Siapa yang Menyelamatkan Yutta
- Bab 54 Memeriksa
- Bab 55 Bawa Aku Menemuinya
- Bab 56 Aku Akan Mengabulkanmu
- Bab 57 Kekurangan Ginjal
- Bab 58 Kesakitan
- Bab 59 Kelembutan Eldric
- Bab 60 Malah Menuangkan Garam
- Bab 61 Kelembutan Yang Canggung
- Bab 62 Sesuatu Yang Tidak Aku Inginkan
- Bab 63 Tidak Tahu Malu, Menggoda Tuan Kamil
- Bab 64 Apa Yang Dilakukannya Dengan Ridwan
- Bab 65 Keputusannya
- Bab 66 Kalau Sakit, Gigitlah
- Bab 67 Ciuman Melanda
- Bab 68 Kebencian Lea
- Bab 69 Bertemu Larut Malam Di Pinggir Jalan
- Bab 70 Ingat, Namaku Zarco Rius
- Bab 71 Yutta Marah
- Bab 72 Sangat Acuh Tidak Acuh
- Bab 73 Dengarkan Nasihat Kak Ming, Menjauhlah Dari Pria Itu
- Bab 74 Jadilah Pacarku Saja
- Bab 75 Yutta Aloysia Yang Menggila, Eldric Cassio Yang Menggila
- Bab 76 Yutta Aloysia, Yutta Aloysia
- Bab 77 Rayon Lucas Dan Karim Heng
- Bab 78 Jangan Sentuh Tempat Itu Lagi
- Bab 79 Tuan Karim Heng Aku Butuh Sepuluh Miliar
- Bab 80 Perburuan Ini Berubah Menjadi Tidak Menarik
- Bab 81 Hanya Ingin Berburu, Tidak Memiliki Perasaan
- Bab 82 Perubahan Yutta Aloysia
- Bab 83 Mendorong Masuk Ke Dalam Neraka
- Bab 84 Kemana Saja Kamu Adikku?
- Bab 85 keras Kepala dan Tetap Tegar
- Bab 86 Bukankah Ini Adalah Nona Aloysia?
- Bab 87 Kamu Bisa Berlutut Sekarang
- Bab 88 Biarkan Aku Pergi
- Bab 89 Livin Bukan Tidak Bersalah
- Bab 90 Bos! Tolong!
- Bab 91 Menghancurkan Harapan Dengan Tangan Sendiri
- Bab 92 Penyesalan Terakhir Dalam Hidup ini Adalah Bertemu Denganmu
- Bab 93 Akulah Yang Telah Buta Mata Dan Buta Hati
- Bab 94 Masing-Masing Semuanya Bukanlah Orang Yang Mudah Ditangani
- Bab 95 Telah Membayar Yang Harus Dibayar
- Bab 96 Sudah Gila Sejak Lama
- Bab 97 Eldric Tidak Menyadari Perasaannya Sendiri
- Bab 98 Saudara
- Bab 99 Siapa Kamu?
- Bab 100 Menghancurkan Impiannya dan Kak Lucas
- Bab 101 Kebenaran Tentang Ginjal Kiri Diangkat
- Bab 102 Eldric, Kamu Sudah Gila!
- Bab 103 Yang Bisa Menahannya Bukanlah Pria
- Bab 104 Ridwan Kamil, Ridwan Kamil Membuat Orang Sakit Hati
- Bab 105 Kamu Berdiri Di Sana Saja Aku Akan Berjalan Mendekatimu
- Bab 106 Pikiran Yang Tersembunyi Di Buku Catatan Harian
- Bab 107 Jebakan Yang Terlalu Dalam
- Bab 108 Apakah Bagaimanapun Juga Boleh?
- Bab 109 Lakukan Apa Yang Tuhan Minta Anda Lakukan
- Bab 110 Berpapasan
- Bab 111 Eldric VS Ridwan
- Bab 112 Kamu Boss Besar, Jadi Tidak Perlu Membayar?
- Bab 113 Sudah Bergerak
- Bab 114 Menemani Sampai Akhir
- Bab 115 Tekanan Tak Terbatas
- Bab 116 Menemani Adalah Pengakuan Cinta Terdalam
- Bab 117 Kegembiraan Kecil Ridwan
- Bab 118 Karim Mempersulit Segalanya
- Bab 119 Ketenangan Sebelum Badai
- Bab 120 Seolah Melihat Yutta Yang Dulu
- Bab 121 Ini Adalah Sebuah Permainan
- Bab 122 Melihat, Mendengar Dan Mengetahui
- Bab 123 Mereka Tidak Pantas Melihatnya
- Bab 124 Kamu Lihat, Aku Tidak Menangis
- Bab 125 Boss Yutta Aloysia Menghilang
- Bab 126 Dia Mencari Wanita Itu Dengan Menggila
- Bab 127 Kelabilan dan Sakit Hati Ridwan Kamil
- Bab 128 Kelembutan Eldric Di Bawah Sikap Dingin
- Bab 129 Tunggu Aku Di Atas Ranjang