Cinta Yang Paling Mahal - Bab 93 Akulah Yang Telah Buta Mata Dan Buta Hati
Suming sangat gugup menghadapi Eldric "Tuan Cassio, aku hanya merasa Yutta membuat orang merasa prihatin."
Suming sedang menjelaskan mengapa dirinya membantu Yutta menyembunyikan masalah tentang sumber uang yang begitu banyak dari pria di depannya.
Eldric sedang tidak dalam suasana hati yang baik saat ini.
Kata-kata terakhir yang begitu tajam dari wanita itu terus bergema di telinganya dan tidak bisa menghilang. Pada saat ini, mendengar kata-kata Suming "Yutta membuat orang merasa prihatin" Bibir tipis itu tiba-tiba menampilkan lengkungan dingin
"Suming, tidak ada orang baik di bawah tanganku."
Wanita itu membuat orang merasa prihatin?... Bahkan sampai mengutuk dan mempermalukan teman lamanya yang telah meninggal?
Orang seperti itu, membuat orang merasa prihatin?
Eldric sangat marah, kemarahan yang tidak bisa diungkapkan!
Saat menyadari Yutta telah berubah menjadi rendahan dan menyedihkan, Eldric juga tidak semarah hari ini!
Kesan Yutta yang begitu arogan dan keras kepala, begitu tinggi hati, Yutta tidak akan pernah mengutuk dan menghina orang yang sudah meninggal!
Tapi hari ini, hari ini Yutta malah menyuruh Eldric untuk membuka matanya dan melihat... kemarahan yang tidak masuk akal dan kekecewaan yang tidak jelas. Eldric tidak mengerti, apa yang mengecewakan dirinya!
Dahi Suming meneteskan keringat dingin, satu kata dari pria di depannya bisa menentukan hidup dan matinya.
Tapi... Suming tidak menyesalinya!
"Tuan Cassio, aku melanggar perintahmu. Aku telah melakukan kesalahan. Aku bersedia menerima hukuman." Punggung Suming tegak.
Untuk sesaat, mata Eldric sedikit linglung, tertuju pada Suming, melihat penampakan sosok Yutta di dalam ingatannya, sama beraninya dalam bertanggungjawab, sama saat dalam menghadapi dirinya, menegakkan punggungnya dan sama juga... tidak ada penyesalan!
“Besok pagi, pergilah ke Ruang Penyiksaan dan terima hukumannya.” Suara dingin terdengar, dengan tegas mengatakan kata-kata ini, kemudian mengangkat paha ramping, lalu berjalan keluar.
Tersisa Suming yang tampak lemas, bersandar pada dinding putih di belakangnya, setelah beberapa saat barulah menghela napas lega.
Menghembuskan nafas pengap, Suming mengangkat lengannya dan mengusap keringat dingin di dahinya... Untunglah, Eldric membiarkannya pergi ke Ruang Penyiksaan untuk menerima hukuman.
Lalu berpikir, Yutta, si bodoh itu, tidak tahu bagaimana kondisinya sekarang.
Selama peralihan pikiran, Suming tidak ragu-ragu dan pergi ke bangsal Yutta.
Tepat sebelum tiba di bangsal, Suming mengangkat tangannya dan hendak mengetuk pintu. Tiba-tiba, tangan yang terangkat itu terhenti di udara. Suming menajamkan pendengarannya, raungan depresi yang baru saja dia dengar ternyata bukan ilusi.
Di seberang pintu, seekor binatang kecil meraung, tertekan, kasar dan tidak enak didengar... Iya, inilah suara rusak orang bodoh itu, suara yang unik.
Tertekan, depresi, seperti binatang kecil yang terluka dan tidak berani meringkik.
Suming berdiri diam, seperti patung, berdiri di depan pintu bangsal Yutta, tidak bergerak untuk waktu yang lama.
Entah berapa lama waktu telah berlalu, di bangsal, suara ringkikan yang tertekan di dalam tenggorokan secara perlahan menghilang, Suming lebih fokus mendengarkannya dan memastikan bahwa orang di bangsal sudah tenang.
Suming tidak terburu-buru masuk. Setelah seperempat jam berlalu, Suming terus berdiri di pintu gerbang, menunggu seperempat jam barulah mengangkat tangannya dan mengetuk pintu lagi.
Mendorong pintu dan masuk.
Sekilas langsung bisa melihat orang yang berada di ranjang rumah sakit dan kebetulan, orang itu juga sedang melihat dirinya.
Dua pasang mata saling memandang, wajah halus Suming menampilkan senyuman lembut "Yutta, bagaimana keadaanmu?"
"Um. Aku baik-baik saja" Orang di tempat tidur itu berkata, sudah tidak terlihat lukanya yang tadi, lalu berkata dengan ringan "Kata dokter, aku beruntung."
Penampilan yang tenang membuat Suming merasa tertekan seketika, jika bukan karena sebelumnya, mendengar suara tertekan di depan pintu dengan telinganya sendiri, Suming pasti akan langsung mempercayainya.
Suming memandang Yutta, matanya dalam-dalam, dengan sedikit pertimbangan. Bagaimanapun, Suming tersenyum lagi, berjalan ke arah Yutta, menarik kursi dan duduk di tepi tempat tidur Yutta sambil mengulurkan tangan dan meletakkannya di atas punggung tangan Yutta "Baguslah jika baik-baik saja. Cepat sembuh. Kali ini, cedera di lututmu tidak ringan."
Suming hendak menggenggam Yutta, mengayunkan bahunya dengan sekuat tenaga dan bertanya padanya: Mengapa kamu tidak menangis! Mengapa kamu tidak mengatakan apa-apa! Mengapa kamu berpura-pura baik-baik saja!
Apakah kamu benar-benar baik-baik saja? Lalu mengapa kamu harus meringkik sendirian di saat orang lain tidak bisa melihatnya! Dan di dalam suara ringkikanmu, mengapa aku bisa mendengar depresi yang menyakitkan!
Jelas-jelas orang yang paling tidak nyaman adalah Yutta, tapi orang yang telapak tangannya gemetar adalah Suming.
Suming sepertinya melihat masa lalunya sendiri di tubuh Yutta... masa lalu sialan, dia ingin melupakannya, tetapi malah di hari ini, karena Yutta, dia mengingatnya lagi dengan sangat jelas!
“Apakah kamu lapar?” Setelah beberapa saat, Suming menekan fluktuasi emosi di dalam hatinya, mencoba menghadapi Yutta dengan tenang “Apa yang ingin kamu makan, aku akan membelinya.”
Saat berkata, Suming berdiri dan hendak pergi. Tiba-tiba, lengannya dicengkeram oleh seseorang, di atas tempat tidur di belakangnya, terdengar suara kasar berteriak "Kak Ming."
Suming tidak melihat ke belakang.
Suara kasar di belakangnya berkata "... bahu, pinjamkan aku sebentar, bisakah?"
Hati Suming akhirnya bergetar, matanya sedikit sakit... dan tidak berbicara, begitu berbalik, sepasang lengan langsung melingkari pinggangnya dan sebuah kepala terbenam di depan dadanya.
Dengan jelas bisa merasakan kepala di dalam pelukannya sedikit gemetar, Suming tidak bisa melihat ekspresi Yutta, tapi dia bisa menebak bahwa orang bodoh ini pasti sedang menangis diam-diam.
Sedikit menghela nafas... ini juga merupakan hal yang bagus.
Seseorang yang tidak bisa menangis, akhirnya sudah bisa belajar menangis.
"Yutta, apakah kamu ingat, aku pernah mengatakan, aku Suming terjun di daerah kota S, sudah terbiasa berhati dingin dan kejam, tetapi malah memperlakukanmu dengan istimewa. Bukan karena aku orang yang baik dan aku berpura-pura aku bukan orang yang baik, tetapi aku malah bersikap manusiawi padamu.”
Yutta, dulu, aku pikir kamu sangat mirip dengan aku yang dulu.
Tetapi sekarang, aku menemukan bahwa kita sama sekali berbeda.
Aku baru tahu bahwa kamu dilahirkan di dalam keluarga kaya dan kamu adalah nona besar dari keluarga Aloysia di kota S.
Dan aku hanyalah seorang anak dari keluarga miskin.
Aku telah menderita dan telah menderita sejak masih kecil, jadi aku bisa bertahan dari masalah yang terjadi di kemudian hari, berkat kesulitan yang selalu aku alami sebagai seorang anak.
Tapi kamu berbeda, kamu tumbuh dalam kemanjaan dan tidak kekurangan apapun. Setelah melalui semua penghinaan ini, kamu masih bisa menjaga harga diri di dalam dirimu. Yutta, kamu jauh lebih kuat dariku. "
Melewati masa kecil yang berlika-liku, mengalami berbagai kesulitan dan kemudian bangkit kembali, dibandingkan dengan tumbuh besar di masa-masa indah dari masa kecil, tetapi malah menderita kekerasan dan masih bisa menjalani kehidupan dengan baik... Jika ini dibuat perbandingan, Suming merasa bahwa Yutta, orang ini lebih keras dari batu.
Sulit membayangkan bahwa seorang putri kaya dari grup besar, nona dari keluarga kaya, memiliki sikap yang pantang menyerah dan keuletan.
"Kak Ming" Yutta tidak mendongak, kepalanya masih terbenam di dalam dada Suming dan tiba-tiba berkata dengan tertekan "Kak Ming, mereka berkata aku membunuh seseorang karena cemburu, sengaja menyusun rencana untuk membunuh wanita kesayangan Tuan Cassio, teman terbaikku, Livin. "
"Aku tidak percaya. Kamu tidak akan melakukan hal semacam ini."
Suming berkata dengan ringan.
Yutta yang terbenam di dalam pelukan Suming, tiba-tiba menangis.
Eldric... Akulah yang buta mata dan buta hati! Seseorang yang telah bersamaku selama setengah tahun lebih, bahkan lebih mengenal diriku dibanding kamu!
Novel Terkait
Pernikahan Tak Sempurna
Azalea_Love Is A War Zone
Qing QingHanya Kamu Hidupku
RenataPengantin Baruku
FebiDon't say goodbye
Dessy PutriBehind The Lie
Fiona LeeSuami Misterius
LauraCinta Yang Terlarang
MinnieCinta Yang Paling Mahal×
- Bab 1 Penjarakan Dia
- Bab 2 Semuanya Ini Adalah Maksud Dari Tuan Cassio
- Bab 3 Keluar Dari Penjara
- Bab 4 Kebetulan Melihat Pasangan Yang Kencan Diam-Diam
- Bab 5 Mencari Masalah Untuk Diri Sendiri
- Bab 6 Kamu Tidak Bermaksud Menyapa Aku?
- Bab 7 Cium Dia
- Bab 8 Penyelaan Oleh Ridwan
- Bab 9 Amarah Dan Hinaannya
- Bab 10 Ditangkap Setelah Melarikan Diri
- Bab 11 Dia Datang
- Bab 12 Yutta Yang Tidak Percaya Diri
- Bab 13 Memindahkan Dia Ke Departemen Hubungan Masyarakat
- Bab 14 Penghinaan Dan Penyiksaan
- Bab 15 Mempermalukan
- Bab 16 Bukan Yang Paling Memalukan
- Bab 17 Hanya Lebih Memalukan
- Bab 18 Tubuhmu Dingin Atau Panas
- Bab 19 Tersebar Dengan Luas
- Bab 20 Kritikan Lea
- Bab 21 Eldric, Dengar
- Bab 22 Dia Menghindari Eldric
- Bab 23 Eldric Menciumnya
- Bab 24 Apakah Kamu Meremehkan Yutta
- Bab 25 Kamu Kira Dirimu Lebih Mulia Dari Yutta
- Bab 26 Jangan Terburu-Buru Satu Persatu
- Bab 27 Membantu Dia Melampiaskan Amarah
- Bab 28 Tuan Lucas
- Bab 29 Wanita Gila
- Bab 30 Gadis Malang
- Bab 31 Kak Lucas...
- Bab 32 Terakhir Kali Tanya padamu
- Bab 33 Ridwan Kamil VS Yutta Aloysia
- Bab 34 Awal Permasalahan
- Bab 35 Mempersulit
- Bab 36 Tidak Tahu Malu
- Bab 37 Penipuan Untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 38 Apakah Yang Dia Inginkan Terlalu Banyak?
- Bab 39 Bagaimana Merendahkan Diri Bisa Interpretasikan Kesombongan
- Bab 40 Perburuan Berdarah Dimulai
- Bab 41 Aku Ingin Kamu Menemaniku Malam Ini
- Bab 42 Apakah Yang Dia Inginkan Hanya Sebuah Ciuman?
- Bab 43 Alasan Eldric Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 44 Orang Yang Tidak Tahu Malu
- Bab 45 Ridwan Memberi Pelajaran Kepada Lea Si Hati Jahat
- Bab 46 Lea Trisa Demi Menjaga Diri Mendorong Yukka Aloysia untuk Menghalang
- Bab 47 Eldric Cassio Emosi
- BAB 48 Tidak Boleh Mati
- BAB 49 Yutta Aloysia Ikut Aku
- BAB 50 Dengan Kuat Menghentikan Mulut yang Mengganggunya
- Bab 51 Malam Ini Temani Aku Tidur
- Bab 52 Perhatian Di Balik Penampilan Dingin Yang Sengaja Diperlihatkan
- Bab 53 Apakah Kamu Tahu Siapa yang Menyelamatkan Yutta
- Bab 54 Memeriksa
- Bab 55 Bawa Aku Menemuinya
- Bab 56 Aku Akan Mengabulkanmu
- Bab 57 Kekurangan Ginjal
- Bab 58 Kesakitan
- Bab 59 Kelembutan Eldric
- Bab 60 Malah Menuangkan Garam
- Bab 61 Kelembutan Yang Canggung
- Bab 62 Sesuatu Yang Tidak Aku Inginkan
- Bab 63 Tidak Tahu Malu, Menggoda Tuan Kamil
- Bab 64 Apa Yang Dilakukannya Dengan Ridwan
- Bab 65 Keputusannya
- Bab 66 Kalau Sakit, Gigitlah
- Bab 67 Ciuman Melanda
- Bab 68 Kebencian Lea
- Bab 69 Bertemu Larut Malam Di Pinggir Jalan
- Bab 70 Ingat, Namaku Zarco Rius
- Bab 71 Yutta Marah
- Bab 72 Sangat Acuh Tidak Acuh
- Bab 73 Dengarkan Nasihat Kak Ming, Menjauhlah Dari Pria Itu
- Bab 74 Jadilah Pacarku Saja
- Bab 75 Yutta Aloysia Yang Menggila, Eldric Cassio Yang Menggila
- Bab 76 Yutta Aloysia, Yutta Aloysia
- Bab 77 Rayon Lucas Dan Karim Heng
- Bab 78 Jangan Sentuh Tempat Itu Lagi
- Bab 79 Tuan Karim Heng Aku Butuh Sepuluh Miliar
- Bab 80 Perburuan Ini Berubah Menjadi Tidak Menarik
- Bab 81 Hanya Ingin Berburu, Tidak Memiliki Perasaan
- Bab 82 Perubahan Yutta Aloysia
- Bab 83 Mendorong Masuk Ke Dalam Neraka
- Bab 84 Kemana Saja Kamu Adikku?
- Bab 85 keras Kepala dan Tetap Tegar
- Bab 86 Bukankah Ini Adalah Nona Aloysia?
- Bab 87 Kamu Bisa Berlutut Sekarang
- Bab 88 Biarkan Aku Pergi
- Bab 89 Livin Bukan Tidak Bersalah
- Bab 90 Bos! Tolong!
- Bab 91 Menghancurkan Harapan Dengan Tangan Sendiri
- Bab 92 Penyesalan Terakhir Dalam Hidup ini Adalah Bertemu Denganmu
- Bab 93 Akulah Yang Telah Buta Mata Dan Buta Hati
- Bab 94 Masing-Masing Semuanya Bukanlah Orang Yang Mudah Ditangani
- Bab 95 Telah Membayar Yang Harus Dibayar
- Bab 96 Sudah Gila Sejak Lama
- Bab 97 Eldric Tidak Menyadari Perasaannya Sendiri
- Bab 98 Saudara
- Bab 99 Siapa Kamu?
- Bab 100 Menghancurkan Impiannya dan Kak Lucas
- Bab 101 Kebenaran Tentang Ginjal Kiri Diangkat
- Bab 102 Eldric, Kamu Sudah Gila!
- Bab 103 Yang Bisa Menahannya Bukanlah Pria
- Bab 104 Ridwan Kamil, Ridwan Kamil Membuat Orang Sakit Hati
- Bab 105 Kamu Berdiri Di Sana Saja Aku Akan Berjalan Mendekatimu
- Bab 106 Pikiran Yang Tersembunyi Di Buku Catatan Harian
- Bab 107 Jebakan Yang Terlalu Dalam
- Bab 108 Apakah Bagaimanapun Juga Boleh?
- Bab 109 Lakukan Apa Yang Tuhan Minta Anda Lakukan
- Bab 110 Berpapasan
- Bab 111 Eldric VS Ridwan
- Bab 112 Kamu Boss Besar, Jadi Tidak Perlu Membayar?
- Bab 113 Sudah Bergerak
- Bab 114 Menemani Sampai Akhir
- Bab 115 Tekanan Tak Terbatas
- Bab 116 Menemani Adalah Pengakuan Cinta Terdalam
- Bab 117 Kegembiraan Kecil Ridwan
- Bab 118 Karim Mempersulit Segalanya
- Bab 119 Ketenangan Sebelum Badai
- Bab 120 Seolah Melihat Yutta Yang Dulu
- Bab 121 Ini Adalah Sebuah Permainan
- Bab 122 Melihat, Mendengar Dan Mengetahui
- Bab 123 Mereka Tidak Pantas Melihatnya
- Bab 124 Kamu Lihat, Aku Tidak Menangis
- Bab 125 Boss Yutta Aloysia Menghilang
- Bab 126 Dia Mencari Wanita Itu Dengan Menggila
- Bab 127 Kelabilan dan Sakit Hati Ridwan Kamil
- Bab 128 Kelembutan Eldric Di Bawah Sikap Dingin
- Bab 129 Tunggu Aku Di Atas Ranjang