Cinta Yang Paling Mahal - Bab 4 Kebetulan Melihat Pasangan Yang Kencan Diam-Diam
Yutta telah bekerja di Hamilton selama tiga bulan.
Saat malam tiba, kota yang ramai dan terlalu makmur ini penuh dengan pesta dan gemerlap cahaya lampu merah yang menyinari hati orang-orang.
Yutta baru saja membersihkan muntahan seorang wanita mabuk. Meskipun gerakannya lambat, tangan dan kakinya masih begitu cekatan. Dia menyalakan pewangi lagi dan meletakkannya di sudut ruangan.
Pel di tangannya terus dibolak-baik untuk mengepel dan membersihkan ruangan toilet tunggal. Satu persatu dibersihkan hingga ke ruangan terakhir. Yaitu ke tempat peralatan kebersihan disimpan. Ini juga adalah tempatnya istirahat sementara selama ada waktu luang saat bekerja.
Semuanya terlihat sangat terorganisir, rapi dan teratur.
Pelayan yang menerimanya di sini sudah lama melarikan diri. Yutta tidak peduli, dia mengemasi ember dan pelnya. Dia duduk di ruangan itu dan mulai melamun.
Yutta, semua ini adalah maksud dari Tuan Cassio.
Yutta, kamu bukan apa-apa lagi, keluarga yang begitu membanggakan telah pergi, kecantikan yang memikkat sudah tidak ada, ijazah pendidikan yang sangat baik juga sudah tidak ada. Kamu hanyalah seorang bekas narapidana saja!
Yutta, lakukan hal-hal dengan damai dan patuh. Jangan melawan kami, Tuan Cassio yang telah memerintahkan kami, untuk memastikan melayani dan menyapamu baik-baik.
Yutta, mengapa seorang narapidana menginginkan dua ginjal? Ambil satu saja yang bisa menyelamatkan orang, hanya untuk membuat penebusan bagi dosanmu yang telah membunuh orang yang tidak bersalah.
Yutta... Menyerahlah, jangan berjuang dan melawan lagi...
Suara-suara itu seperti sebuah kutukan. Ekspresi di wajahnya berubah jadi sangat buruk. Tidak peduli bagaimana Yutta mengusir suara-suara itu, mereka tetap tidak mau pergi.
" Yutta, keluarlah, ruang VIP lantai enam nomer 606." Pintu ruangan itu tiba-tiba terbuka dari luar. Orang di luar pintu mengerutkan kening dan mendesak Yutta untuk bergegas "Cepatlah, lambat sekali sih. Model wanita teratas di ruangan saja belum tentu seberani kamu ini.”
Yutta adalah seseorang yang pendiam dan tidak banyak bicara biasanya. Dia akan melakukan apa pun yang dia minta atau diperintahkan. Bahkan walaupun itu hal yang sengaja diperintahkan untuk menindasnya. Dia tidak pernah membalas atau membantah siapapun. Ini adalah rahasia umum yang diketahui semua orang di tempat ini. Siapa pun yang sedang dalam suasana hati yang buruk dapat menemui Yutta untuk melampiaskan amarah dan suasana buruknya ke Yutta.
"Di ruangan ya wanita penghibur yang bertanggung jawab." Kata Yutta mengatakan yang sebenarnya. Tapi ketika mendengar kata-kata yang masuk di telinga itu, pelayan itu langsung marah. Ekspresi di wajahnya langsung tampak dingin, dia menyedekapkan tangannya di depan dada, lalu berkata “Pelanggan muntah, kamu beraninya menyuruh Kak Yuna untuk melakukan hal yang menjijikan seperti itu?”
Kak Yuna tidak bisa melakukan hal-hal yang menjijikkan, tapi Yutta bisa. Pelayan tidak peduli apakah ucapan ini akan menyakiti hati Yutta atau tidak.
Benar saja, Yutta tidak membantah sama sekali dan berkata "Oh" dengan tatapan pasrah yang membuat pelayan di sebelahnya semakin merendahkan dirinya.
Yutta menunduk dan mengikuti pelayan masuk lift. Dia tiba-tiba didorong keluar dari lift. Yutta bingung. Pelayan itu menatap Yutta dengan sangat jijik. "Sedang apa kamu? sana kamu lewat tangga darurat saja. Tidak tinggi kok, cuma enam lantai. sekalian kan,.” pelayan itu melirik Yutta dengan tatapan menghina "Sekalian diet mengurangi berat badanmu.”
Sebenarnya, Yutta tidak gemuk, tidak hanya tidak gemuk, tapi dia juga sangat kurus. Tapi ketika dia pergi bekerja setiap hari, dia selalu menutupi tubuhnya dengan pakaian yang berlapis tebal. Sehingga membuatnya terlihat begitu gemuk dan bodoh.
Jelas sekali semua ini disengaja untuk menganiaya Yutta. Orang lain pasti akan ribut dan bertengkar bila hal seperti ini terjadi pada mereka. Namun orang yang dianiaya ini adalah Yutta, pelayan itu sangat yakin, tidak akan mungkin sampai ribut dan bertengkar.
Benar saja, Yutta naik ke tangga darurat dengan patuhnya. Ketika pintu lift ditutup, pelayan itu tersenyum dingin dengan jijiknya. Dan membatin dasar benar-benar tidak berguna.
Di tangga yang remang-remang dan hening, hanya langkah kaki Yutta yang terdengar.
Ini adalah tangga darurat. Umumnya, orang tidak akan lewat sini, tapi langsung naik dan turun menggunakan lift. Cahaya tempat ini begitu redup. Selain jalan kalau melarikan diri dari bencana atau kejadian tak terduga, tempat ini juga punya kegunaan lainnya yaitu selingkuh atau kencan diam-diam.
Yutta berjalan perlahan, naik ke atas selangkah demi selangkah dan ketika dia mencapai lantai lima di setengah tangga, dia mulai lelah dan memaksakan diri terus berjuang naik. Dia berhenti di tangga setengah tingkat untuk beristirahat sejenak, lalu tiba-tiba terdengar suara siulan dan desahan seseorang yang sedang terengah-engah... Yutta langsung tercengang di dalam hatinya. Dia melihat ke atas, di sudut sana ada seorang pria yang sedang menindih dan menciumi seorang wanita di tangga. Gerakan mereka begitu sensasional dan sangat mesrah.
Dari sudut pandangnya, dia melihat punggung wanita dan setengah wajah pria itu.
Dia mengutuk dirinya sangat sial. Benar-benar bertemu pasangan berselingkuh. Baru saja akan mundur, mata pria yang awalnya terpejam itu tiba-tiba terbuka dan menatap tajam dan jahat ke arah Yutta.
Jantung Yutta berdetak kencang. Dia mengedipkan matanya dan menatap pria itu. Pria itu merasakan tatapan mata Yutta. Pria itu pun semakin memegang kencang belakang kepala wanita itu, gerakannya semakin mesra dan terus menciumi wanita itu. Mata gelap di separuh sisi wajahnya lebih bersinar daripada bintang, sedang memandangi penuh godaan ke tubuh Yutta.
Yutta gemetar di dalam hatinya, menundukkan kepalanya dan bersiap mengangkat kakinya berbalik untuk turun tangga.
“Berhenti.” Yutta mendengar suara datang dari belakangnya. Kulit kepalanya mati rasa... Dia tidak ingin menimbulkan masalah, tapi orang-orang yang di dunianya punya banyak uang dan kekuasaan ini, Yutta tidak tahu pasti apa yang bisa mereka lakukan.
Setelah berpikir sejenak, dia berbalik dan membungkuk memberi hormat "Halo tuan. Maaf telah mengganggu kesenangan anda. Saya benar-benar minta maaf.” Kata Yutta, lalu menunjukkan jarinya ke arah pintu tangga darurat menuju ke lantai enam dan berkata lagi "Saya ini karyawan cleaning service yang dipanggil oleh kamar 606 untuk membersihkan ruangan di sana. Semua ini murni kebetulan semata. Maaf sekali karena telah mengganggu kesenanganmu.”
Pria itu seperti mendengar sesuatu baru yang membuatnya penasaran. Dia tidak terkejut ataupun ketakutan dengan suara kasar dan jelek Yutta “Kamu cleaning service? Semuda ini?” Sepasang mata jahat dan menggoda memandangi Yutta dari atas ke bawah “Kamu mau pergi ke kamar VIP nomer 606? " Yutta baru saja ingin mengatakan “Iya” Pria itu lebih dulu melambaikan padanya dan berkata " Ayo sini, aku akan mengantarmu ke sana. "
Hah?... Yutta memandang pria itu dengan sulit dijelaskan. Setelah ragu-ragu sejenak, dia pun mengangkat kakinya.
Yutta tahu wanita yang tadi bersama dengan pria itu, itu adalah model baru yang nama panggungnya Tingting. Tingting melihat pria itu berjalan ke pintu tangga darurat, dia pun mengikutinya.
Pria itu tiba-tiba berhenti, berbalik dan berkata kepada Tingting "Aku bilang aku mau mengantarnya, bukan mengantarmu. Kamu tidak perlu ikut.”
Tingting langsung berprilaku genit dan berkata kepada pria itu dengan manja “Tuan Kamil, apa kamu sedikit saja tidak mengasihani aku.” Baru saja bicara begitu, tiba-tiba ada sebuah cek langsung terpampang di depannya. Pria yang dipanggil Tuan Kamil itu berkata sambil tersenyum “Sekarang sudah bisa pergikan?”
Mata Tingting berbinar, bahkan suara manja yang keras pun langsung tidak ada. Dia mengambil cek tersebut dan mengucapkan terima kasih dengan riangnya.
Yutta melihatnya dengan jelas, Tuan Kamil tersenyum dan menyerahkan cek kepada Tingting Senyuman di matanya jelas merupakan senyuman ejekan. Seolah-olah menyadari dan merasakan tatapan Yutta kepadanya, Tuan Kamil pun tiba-tiba mengangkat kelopak matanya, sepasang mata licik mempesona jatuh di tubuh Yutta “Kenapa? Apa kamu jatuh cinta padaku?”
“Hah?”
Kekuatan otot Tuan Kamil yang sangat besar terasa di sekujur tubuhnya. Pada titik tertentu, dia sudah mendekati Yutta. Yutta tidak tinggi. Begitu Tuan Kamil mendekatinya, dia membuat Yutta jadi terasa lebih pendek.
Tuan Kamil memicingkan mata pesona jahat itu, menunduk untuk melihat kepala berambut hitam yang hanya mencapai dadanya, tiba-tiba membungkuk dan menempelkan bibirnya di telinga Yutta “Benar-benar jatuh cinta padaku ya? Jatuh cinta padaku atau pada uangku?”
Yutta hanya merasakan napas panas di telinganya dan dalam sekejap, telinganya jadi begitu merah sekali! Secara naluriah, Yutta mundur selangkah dengan cepat, tapi dia lupa kalau tungkai kakinya pernah terluka. Dia tadi mundur terlalu cepat dan terburu-buru, sehingga terhuyung sejenak dan tidak berdiri seimbang. Dia sudah siap untuk jatuh.
Namun sebuah tangan besar muncul dan tiba-tiba dan merangkul pinggang tepat waktu.
Novel Terkait
Istri Pengkhianat
SubardiPernikahan Kontrak
JennyAfter The End
Selena BeeMy Lifetime
DevinaLoving The Pain
AmardaKing Of Red Sea
Hideo TakashiSee You Next Time
Cherry BlossomCinta Yang Paling Mahal×
- Bab 1 Penjarakan Dia
- Bab 2 Semuanya Ini Adalah Maksud Dari Tuan Cassio
- Bab 3 Keluar Dari Penjara
- Bab 4 Kebetulan Melihat Pasangan Yang Kencan Diam-Diam
- Bab 5 Mencari Masalah Untuk Diri Sendiri
- Bab 6 Kamu Tidak Bermaksud Menyapa Aku?
- Bab 7 Cium Dia
- Bab 8 Penyelaan Oleh Ridwan
- Bab 9 Amarah Dan Hinaannya
- Bab 10 Ditangkap Setelah Melarikan Diri
- Bab 11 Dia Datang
- Bab 12 Yutta Yang Tidak Percaya Diri
- Bab 13 Memindahkan Dia Ke Departemen Hubungan Masyarakat
- Bab 14 Penghinaan Dan Penyiksaan
- Bab 15 Mempermalukan
- Bab 16 Bukan Yang Paling Memalukan
- Bab 17 Hanya Lebih Memalukan
- Bab 18 Tubuhmu Dingin Atau Panas
- Bab 19 Tersebar Dengan Luas
- Bab 20 Kritikan Lea
- Bab 21 Eldric, Dengar
- Bab 22 Dia Menghindari Eldric
- Bab 23 Eldric Menciumnya
- Bab 24 Apakah Kamu Meremehkan Yutta
- Bab 25 Kamu Kira Dirimu Lebih Mulia Dari Yutta
- Bab 26 Jangan Terburu-Buru Satu Persatu
- Bab 27 Membantu Dia Melampiaskan Amarah
- Bab 28 Tuan Lucas
- Bab 29 Wanita Gila
- Bab 30 Gadis Malang
- Bab 31 Kak Lucas...
- Bab 32 Terakhir Kali Tanya padamu
- Bab 33 Ridwan Kamil VS Yutta Aloysia
- Bab 34 Awal Permasalahan
- Bab 35 Mempersulit
- Bab 36 Tidak Tahu Malu
- Bab 37 Penipuan Untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 38 Apakah Yang Dia Inginkan Terlalu Banyak?
- Bab 39 Bagaimana Merendahkan Diri Bisa Interpretasikan Kesombongan
- Bab 40 Perburuan Berdarah Dimulai
- Bab 41 Aku Ingin Kamu Menemaniku Malam Ini
- Bab 42 Apakah Yang Dia Inginkan Hanya Sebuah Ciuman?
- Bab 43 Alasan Eldric Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 44 Orang Yang Tidak Tahu Malu
- Bab 45 Ridwan Memberi Pelajaran Kepada Lea Si Hati Jahat
- Bab 46 Lea Trisa Demi Menjaga Diri Mendorong Yukka Aloysia untuk Menghalang
- Bab 47 Eldric Cassio Emosi
- BAB 48 Tidak Boleh Mati
- BAB 49 Yutta Aloysia Ikut Aku
- BAB 50 Dengan Kuat Menghentikan Mulut yang Mengganggunya
- Bab 51 Malam Ini Temani Aku Tidur
- Bab 52 Perhatian Di Balik Penampilan Dingin Yang Sengaja Diperlihatkan
- Bab 53 Apakah Kamu Tahu Siapa yang Menyelamatkan Yutta
- Bab 54 Memeriksa
- Bab 55 Bawa Aku Menemuinya
- Bab 56 Aku Akan Mengabulkanmu
- Bab 57 Kekurangan Ginjal
- Bab 58 Kesakitan
- Bab 59 Kelembutan Eldric
- Bab 60 Malah Menuangkan Garam
- Bab 61 Kelembutan Yang Canggung
- Bab 62 Sesuatu Yang Tidak Aku Inginkan
- Bab 63 Tidak Tahu Malu, Menggoda Tuan Kamil
- Bab 64 Apa Yang Dilakukannya Dengan Ridwan
- Bab 65 Keputusannya
- Bab 66 Kalau Sakit, Gigitlah
- Bab 67 Ciuman Melanda
- Bab 68 Kebencian Lea
- Bab 69 Bertemu Larut Malam Di Pinggir Jalan
- Bab 70 Ingat, Namaku Zarco Rius
- Bab 71 Yutta Marah
- Bab 72 Sangat Acuh Tidak Acuh
- Bab 73 Dengarkan Nasihat Kak Ming, Menjauhlah Dari Pria Itu
- Bab 74 Jadilah Pacarku Saja
- Bab 75 Yutta Aloysia Yang Menggila, Eldric Cassio Yang Menggila
- Bab 76 Yutta Aloysia, Yutta Aloysia
- Bab 77 Rayon Lucas Dan Karim Heng
- Bab 78 Jangan Sentuh Tempat Itu Lagi
- Bab 79 Tuan Karim Heng Aku Butuh Sepuluh Miliar
- Bab 80 Perburuan Ini Berubah Menjadi Tidak Menarik
- Bab 81 Hanya Ingin Berburu, Tidak Memiliki Perasaan
- Bab 82 Perubahan Yutta Aloysia
- Bab 83 Mendorong Masuk Ke Dalam Neraka
- Bab 84 Kemana Saja Kamu Adikku?
- Bab 85 keras Kepala dan Tetap Tegar
- Bab 86 Bukankah Ini Adalah Nona Aloysia?
- Bab 87 Kamu Bisa Berlutut Sekarang
- Bab 88 Biarkan Aku Pergi
- Bab 89 Livin Bukan Tidak Bersalah
- Bab 90 Bos! Tolong!
- Bab 91 Menghancurkan Harapan Dengan Tangan Sendiri
- Bab 92 Penyesalan Terakhir Dalam Hidup ini Adalah Bertemu Denganmu
- Bab 93 Akulah Yang Telah Buta Mata Dan Buta Hati
- Bab 94 Masing-Masing Semuanya Bukanlah Orang Yang Mudah Ditangani
- Bab 95 Telah Membayar Yang Harus Dibayar
- Bab 96 Sudah Gila Sejak Lama
- Bab 97 Eldric Tidak Menyadari Perasaannya Sendiri
- Bab 98 Saudara
- Bab 99 Siapa Kamu?
- Bab 100 Menghancurkan Impiannya dan Kak Lucas
- Bab 101 Kebenaran Tentang Ginjal Kiri Diangkat
- Bab 102 Eldric, Kamu Sudah Gila!
- Bab 103 Yang Bisa Menahannya Bukanlah Pria
- Bab 104 Ridwan Kamil, Ridwan Kamil Membuat Orang Sakit Hati
- Bab 105 Kamu Berdiri Di Sana Saja Aku Akan Berjalan Mendekatimu
- Bab 106 Pikiran Yang Tersembunyi Di Buku Catatan Harian
- Bab 107 Jebakan Yang Terlalu Dalam
- Bab 108 Apakah Bagaimanapun Juga Boleh?
- Bab 109 Lakukan Apa Yang Tuhan Minta Anda Lakukan
- Bab 110 Berpapasan
- Bab 111 Eldric VS Ridwan
- Bab 112 Kamu Boss Besar, Jadi Tidak Perlu Membayar?
- Bab 113 Sudah Bergerak
- Bab 114 Menemani Sampai Akhir
- Bab 115 Tekanan Tak Terbatas
- Bab 116 Menemani Adalah Pengakuan Cinta Terdalam
- Bab 117 Kegembiraan Kecil Ridwan
- Bab 118 Karim Mempersulit Segalanya
- Bab 119 Ketenangan Sebelum Badai
- Bab 120 Seolah Melihat Yutta Yang Dulu
- Bab 121 Ini Adalah Sebuah Permainan
- Bab 122 Melihat, Mendengar Dan Mengetahui
- Bab 123 Mereka Tidak Pantas Melihatnya
- Bab 124 Kamu Lihat, Aku Tidak Menangis
- Bab 125 Boss Yutta Aloysia Menghilang
- Bab 126 Dia Mencari Wanita Itu Dengan Menggila
- Bab 127 Kelabilan dan Sakit Hati Ridwan Kamil
- Bab 128 Kelembutan Eldric Di Bawah Sikap Dingin
- Bab 129 Tunggu Aku Di Atas Ranjang