Cinta Yang Paling Mahal - Bab 109 Lakukan Apa Yang Tuhan Minta Anda Lakukan
Setelah meninggalkan Hamilton, pergi makan malam.
Di pasar malam, Ridwan menggandeng tangannya dan menyelinap di antara kerumunan.
Banyak tatapan aneh dan keluhan di sekitar.
“Mau pergi kemana lagi?”Jalan ini sama sekali bukan jalan pulang ke Hamilton.
Ridwan menyetir Maserati-nya ke jalan lain.
“Kamu akan tahu setelah sampai.”
“Bukankah kamu mengatakan hanya makan malam saja?”
“Setelah makan malam, tentu saja harus jalan-jalan.” …… Siapa yang percaya kata-kata naif seperti itu.
Ridwan berpikir begitu di dalam hatinya.
Saat mobil melaju di jalan layang, Yutta sedikit khawtir: “Sebenarnya mau pergi kemana?”
“Keliling.”
“……”
Yutta bisa melihat Ridwan tidak ingin mengatakannya sama sekali, dan dia juga tidak bertanya lagi.
Dia menoleh, melihat pemandangan di luar jendela.
“Nah, sudah sampai.”
Ketika mobil berhenti, Yutta membelalakkan kedua matanya……“Taman bermain?”
“Iya, aku ingin bermain, dan kamu datang untuk menemaniku.”
Ridwan meletakkan tangannya di pinggang, berkata tanpa merasa malu: “Pria kaya, tampan, berpengetahuan dan bijaksana sepertiku ini, tentu saja tidak bisa mengantri untuk bermain di siang hari seperti kucing dan anjing. Tidak mereservasi seluruh tempat, bagaimana menunjukkan pesona tuan muda-ku?”
Benak Yutta bersenandung “Weew”, dia memandang Ridwan yang tidak jauh dengan bingung……Memukul dirinya sampai mati juga tidak kepikiran, kata-kata tidak tahu malu ini bisa diucapkan Ridwan.
Dia mengakui, ia kaya dan tampan.
Berpengetahuan dan bijaksana……Mungkin juga iya.
Tetapi akankah pria dewasa bermain di taman bermain?
Selain itu……Siapa yang akan menjelaskan padanya ……“Apa hubungannya mereservasi seluruh tempat dengan pesona?”
Tanpa disadari, Yutta menanyakan keraguan di dalam hatinya.
Wajah tampan Ridwan tersenyum, dan dalam sekejap, dia berubah menjadi sangat tidak tahu malu: “Pernahkah kamu menonton TV? Di TV, kemana pun Presdir pergi akan ada pengawal yang membersihkan tempat, tanpa banyak bicara‘Presdir kami sudah mereservasi tempat ini, boss bersihkan tempat ini’……Benar tidak? Ada tidak?
Ada! Benar!
Ada, kan!
Kamu lihat, apa yang akan terjadi pada pemeran utama wanitanya?
Menutupi pipi merahnya dengan kedua tangan, memandang pemeran utama pria dengan kagum. Bukankah ini sedang menyoroti pemeran utama pria sangat menarik?
Presdir yang tidak bisa mereservasi tempat bukanlah pria baik!
“……”Kalau Yutta saat ini adalah Yutta tiga tahun yang lalu, mungkin akan berguling-guling di lantai tertawa sambil memegangi perutnya.
Darimana asal teori Ridwan ini, benarkah drama Korea telah mempengaruhi satu generasi?
“Uhuk uhuk.”Yutta mengedipkan matanya, ketika memandang Ridwan dengan bodoh, Ridwan kembali bersikap aneh mengepalkan tinjunya, dan menaruhnya di bawah bibir, lalu batuk dua kali, dan berkata: “Yutta, apalagi yang kamu tunggu?”
“Apa?”
Yutta tidak mengerti.
Ketidakpuasan muncul di alis Ridwan dan menatap Yutta, “Sekarang giliranmu!”
“Ha?”
“Menutupi wajahmu dan melihatku dengan kagum? Di mana kekagumanmu? Di mana mata kecilmu?”
“……”Sialan, keterbelakangan mental dari mana ini!
Kalau Yutta sekarang masih sama dengan Yutta tiga tahun lalu, dia pasti akan membalas kembali!
Tetapi dia bukan.
Jadi hanya bisa memandang Ridwan dengan ekspresi aneh di wajahnya……“Apa yang kamu lihat akhir-akhir ini?”
“Yutta, aku tidak peduli, cepat! Tutupi wajahmu dan jadilah pemalu! Lihat aku dengan kagum!”
“Yutta, aku Tuhan! Lakukan apa yang Tuhan minta kamu lakukan!”
“Yutta, kamu melakukannya tidak …… Kalau kamu tidak melakukannya, aku akan komplain kepada pemimpinmu.”
“……” Pada akhirnya, atas permintaan Ridwan yang kuat, Yutta dengan enggan mengulurkan tangannya dan menutupi wajah “Merah malunya”, menatap Ridwan dengan “Kagum”: “Begini sudah bisa, kan?”
“Jangan bergerak, iya, pertahankan pose ini.”
Hembusan angin berlalu, Ridwan mengeluarkan hp-nya secepat mungkin, lalu dengan cepat berjalan ke belakang Yutta dengan satu tangan melingkari Yutta dari belakang,“Cekrek”lampu kilat menyala, dan foto Ridwan memeluk Yutta menutupi wajahnya dengan malu terjadi begitu saja.
“Sudah, ayo kita masuk.”Ridwan dengan senang hati menggandeng tangan Yutta dan berjalan masuk ke taman bermain.
Ekspresi wajah Yutta tidak terlihat senang ……“Tuan Ridwan, kamu melanggar hak potretku. Aku meminta dengan paksa agar kamu menghapusnya.”
“Atas dasar apa?”
“Itu fotoku, aku tidak setuju kamu mengambilnya.”
“Ini foto yang aku ambil dengan kemampuanku, kenapa harus meminta persetujuanmu?”
Ridwan yang saat ini, membuat Yutta sangat marah!
Di dunia ini……Kenapa bisa……Ada orang yang begitu tidak tahu malu!
“Kamu hapus tidak?”
“Tidak.”
“Aku yang seperti ini tidak benar.”
“Kamu pergi laporkan aku.”
Yutta yang mendengar kata-kata pria di depan, tiba-tiba merasa kepalanya terbentur kapas.
Kekuatan “Perlawanan” di sekujur tubuhnya benar-benar dilampiaskan.
Pada akhirnya, berkompromi: “Kalau begitu kamu …… Jangan biarkan orang ketiga melihatnya.”
Pria di depan berkata dengan nada kemenangan: “Ok. Aku jamin tidak akan membiarkan orang ketiga melihatnya.”
Yutta lupa, bagaimana dia ditipu pria ini keluar dari Hamilton, lalu entah bagaimana dari makan malam, ditipu ke taman bermain.
Ridwan sedang dalam suasana hati yang baik: “Bom bom kar, kita main Bom bom kar.”
“Aku tidak……”
“Aku tidak akan mengalah padamu, jangan kira kamu seorang wanita, aku akan menunjukkan belas kasihan.”
“……Tidak perlu mengalah padaku.”Siapa yang perlu belas kasihanmu.
……
“Di sana, ada komidi putar, ayo jalan, naik komidi putar.”
“Itu mainan anak kecil……”
“Kamu tidak berani main? Komidi putar saja tidak berani, sungguh memalukan, tadi saat main Bom bom kar, aku sudah melihatnya, kamu terlihat berani tapi sebenarnya tidak berguna.”
“Main, sekarang juga main.”Siapa yang tidak berani main komidi putar?
……
“Pancing ikan, pancing ikan kecil.”
“Tidak……”Pergi……
“Bom bom kar tidak seru, komidi putar tidak berani, jangan katakan kamu tidak bisa memancing?”
“Tuan Ridwan, kita lomba, siapa yang memancing ikan lebih banyak.”
……
“Roller coaster …… Roller coaster tidak seru. Lebih baik sendirian menyetir dengan kecepatan tinggi, ayo jalan, ini tidak seru.”
“Tuan Ridwan, kamu takut?”
“Siapa bilang aku takut? Ini membosankan, mainan anak kecil, tidak seru. Ayo pergi ke labirin?”
“Ayo, jangan lihat lagi, aku akan mengantarmu pulang ke asrama.”
Ridwan berkata dengan santai, menarik Yutta, berjalan menuju Maserati-nya.
“Antar aku pulang ke Hamilton saja.”
“KeHamilton? Kamu lihat sekarang sudah jam berapa?”
Begitu diingatkan, Yutta baru sadar sudah sangat malam.
Ridwan mengantar Yutta pulang ke asrama lantai bawah, menarik Yutta, lalu menyentuh dahinya yang hangat. Untuk memastikan tidak demam, Yutta segera menghindar, mendorong pintu mobil, dan bergegas pergi.
Kepala Ridwan menjulur keluar jendela mobil:
“Yutta, lain kali, kita naik kincir ria.”
Punggung wanita di depan sedikit gemetar …… Dia mengetahuinya! Dia melihat matanya yang ingin sekali naik kincir ria di taman bermain.
Yutta tidak berbalik, dengan suara sedikit serak di tenggorokannya, akhirnya dia perlahan-lahan menanyakan keraguan di dalam hatinya:
“Tuan Ridwan, hari ini kamu yang ingin bermain ke taman bermain, atau kamu melihat aku ingin pergi ke taman bermain?”Kalau Ridwan melihatnya menghentikan sepasang kekasih yang mengendarai sepeda kemarin, Ridwan, pria yang tajam dan cerdas, atau …… Dia hanya menebaknya?
Suara Ridwan menunjukkan keterkejutan: “Kamu terlalu percaya diri, tentu saja aku yang ingin bermain.”
Yutta menghela nafas, dan berkata “Selamat malam”tanpa ragu, lalu bergegas naik ke atas.
Ridwan melihat sosok Yutta menghilang di tangga, lalu mengeluarkan hp, melihat foto senyum ceria Yutta bermain dengan gembira.
Bibir tipisnya terangkat, dan ada senyum muncul di bawah matanya……Yutta bisa tersenyum bahagia, itu hal yang baik. Tuhan tahu dia paling benci pergi ke taman bermain.
Novel Terkait
My Lady Boss
GeorgeMr Huo’s Sweetpie
EllyaYour Ignorance
YayaRahasia Istriku
MahardikaSang Pendosa
DoniThis Isn't Love
YuyuCinta Yang Paling Mahal×
- Bab 1 Penjarakan Dia
- Bab 2 Semuanya Ini Adalah Maksud Dari Tuan Cassio
- Bab 3 Keluar Dari Penjara
- Bab 4 Kebetulan Melihat Pasangan Yang Kencan Diam-Diam
- Bab 5 Mencari Masalah Untuk Diri Sendiri
- Bab 6 Kamu Tidak Bermaksud Menyapa Aku?
- Bab 7 Cium Dia
- Bab 8 Penyelaan Oleh Ridwan
- Bab 9 Amarah Dan Hinaannya
- Bab 10 Ditangkap Setelah Melarikan Diri
- Bab 11 Dia Datang
- Bab 12 Yutta Yang Tidak Percaya Diri
- Bab 13 Memindahkan Dia Ke Departemen Hubungan Masyarakat
- Bab 14 Penghinaan Dan Penyiksaan
- Bab 15 Mempermalukan
- Bab 16 Bukan Yang Paling Memalukan
- Bab 17 Hanya Lebih Memalukan
- Bab 18 Tubuhmu Dingin Atau Panas
- Bab 19 Tersebar Dengan Luas
- Bab 20 Kritikan Lea
- Bab 21 Eldric, Dengar
- Bab 22 Dia Menghindari Eldric
- Bab 23 Eldric Menciumnya
- Bab 24 Apakah Kamu Meremehkan Yutta
- Bab 25 Kamu Kira Dirimu Lebih Mulia Dari Yutta
- Bab 26 Jangan Terburu-Buru Satu Persatu
- Bab 27 Membantu Dia Melampiaskan Amarah
- Bab 28 Tuan Lucas
- Bab 29 Wanita Gila
- Bab 30 Gadis Malang
- Bab 31 Kak Lucas...
- Bab 32 Terakhir Kali Tanya padamu
- Bab 33 Ridwan Kamil VS Yutta Aloysia
- Bab 34 Awal Permasalahan
- Bab 35 Mempersulit
- Bab 36 Tidak Tahu Malu
- Bab 37 Penipuan Untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 38 Apakah Yang Dia Inginkan Terlalu Banyak?
- Bab 39 Bagaimana Merendahkan Diri Bisa Interpretasikan Kesombongan
- Bab 40 Perburuan Berdarah Dimulai
- Bab 41 Aku Ingin Kamu Menemaniku Malam Ini
- Bab 42 Apakah Yang Dia Inginkan Hanya Sebuah Ciuman?
- Bab 43 Alasan Eldric Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 44 Orang Yang Tidak Tahu Malu
- Bab 45 Ridwan Memberi Pelajaran Kepada Lea Si Hati Jahat
- Bab 46 Lea Trisa Demi Menjaga Diri Mendorong Yukka Aloysia untuk Menghalang
- Bab 47 Eldric Cassio Emosi
- BAB 48 Tidak Boleh Mati
- BAB 49 Yutta Aloysia Ikut Aku
- BAB 50 Dengan Kuat Menghentikan Mulut yang Mengganggunya
- Bab 51 Malam Ini Temani Aku Tidur
- Bab 52 Perhatian Di Balik Penampilan Dingin Yang Sengaja Diperlihatkan
- Bab 53 Apakah Kamu Tahu Siapa yang Menyelamatkan Yutta
- Bab 54 Memeriksa
- Bab 55 Bawa Aku Menemuinya
- Bab 56 Aku Akan Mengabulkanmu
- Bab 57 Kekurangan Ginjal
- Bab 58 Kesakitan
- Bab 59 Kelembutan Eldric
- Bab 60 Malah Menuangkan Garam
- Bab 61 Kelembutan Yang Canggung
- Bab 62 Sesuatu Yang Tidak Aku Inginkan
- Bab 63 Tidak Tahu Malu, Menggoda Tuan Kamil
- Bab 64 Apa Yang Dilakukannya Dengan Ridwan
- Bab 65 Keputusannya
- Bab 66 Kalau Sakit, Gigitlah
- Bab 67 Ciuman Melanda
- Bab 68 Kebencian Lea
- Bab 69 Bertemu Larut Malam Di Pinggir Jalan
- Bab 70 Ingat, Namaku Zarco Rius
- Bab 71 Yutta Marah
- Bab 72 Sangat Acuh Tidak Acuh
- Bab 73 Dengarkan Nasihat Kak Ming, Menjauhlah Dari Pria Itu
- Bab 74 Jadilah Pacarku Saja
- Bab 75 Yutta Aloysia Yang Menggila, Eldric Cassio Yang Menggila
- Bab 76 Yutta Aloysia, Yutta Aloysia
- Bab 77 Rayon Lucas Dan Karim Heng
- Bab 78 Jangan Sentuh Tempat Itu Lagi
- Bab 79 Tuan Karim Heng Aku Butuh Sepuluh Miliar
- Bab 80 Perburuan Ini Berubah Menjadi Tidak Menarik
- Bab 81 Hanya Ingin Berburu, Tidak Memiliki Perasaan
- Bab 82 Perubahan Yutta Aloysia
- Bab 83 Mendorong Masuk Ke Dalam Neraka
- Bab 84 Kemana Saja Kamu Adikku?
- Bab 85 keras Kepala dan Tetap Tegar
- Bab 86 Bukankah Ini Adalah Nona Aloysia?
- Bab 87 Kamu Bisa Berlutut Sekarang
- Bab 88 Biarkan Aku Pergi
- Bab 89 Livin Bukan Tidak Bersalah
- Bab 90 Bos! Tolong!
- Bab 91 Menghancurkan Harapan Dengan Tangan Sendiri
- Bab 92 Penyesalan Terakhir Dalam Hidup ini Adalah Bertemu Denganmu
- Bab 93 Akulah Yang Telah Buta Mata Dan Buta Hati
- Bab 94 Masing-Masing Semuanya Bukanlah Orang Yang Mudah Ditangani
- Bab 95 Telah Membayar Yang Harus Dibayar
- Bab 96 Sudah Gila Sejak Lama
- Bab 97 Eldric Tidak Menyadari Perasaannya Sendiri
- Bab 98 Saudara
- Bab 99 Siapa Kamu?
- Bab 100 Menghancurkan Impiannya dan Kak Lucas
- Bab 101 Kebenaran Tentang Ginjal Kiri Diangkat
- Bab 102 Eldric, Kamu Sudah Gila!
- Bab 103 Yang Bisa Menahannya Bukanlah Pria
- Bab 104 Ridwan Kamil, Ridwan Kamil Membuat Orang Sakit Hati
- Bab 105 Kamu Berdiri Di Sana Saja Aku Akan Berjalan Mendekatimu
- Bab 106 Pikiran Yang Tersembunyi Di Buku Catatan Harian
- Bab 107 Jebakan Yang Terlalu Dalam
- Bab 108 Apakah Bagaimanapun Juga Boleh?
- Bab 109 Lakukan Apa Yang Tuhan Minta Anda Lakukan
- Bab 110 Berpapasan
- Bab 111 Eldric VS Ridwan
- Bab 112 Kamu Boss Besar, Jadi Tidak Perlu Membayar?
- Bab 113 Sudah Bergerak
- Bab 114 Menemani Sampai Akhir
- Bab 115 Tekanan Tak Terbatas
- Bab 116 Menemani Adalah Pengakuan Cinta Terdalam
- Bab 117 Kegembiraan Kecil Ridwan
- Bab 118 Karim Mempersulit Segalanya
- Bab 119 Ketenangan Sebelum Badai
- Bab 120 Seolah Melihat Yutta Yang Dulu
- Bab 121 Ini Adalah Sebuah Permainan
- Bab 122 Melihat, Mendengar Dan Mengetahui
- Bab 123 Mereka Tidak Pantas Melihatnya
- Bab 124 Kamu Lihat, Aku Tidak Menangis
- Bab 125 Boss Yutta Aloysia Menghilang
- Bab 126 Dia Mencari Wanita Itu Dengan Menggila
- Bab 127 Kelabilan dan Sakit Hati Ridwan Kamil
- Bab 128 Kelembutan Eldric Di Bawah Sikap Dingin
- Bab 129 Tunggu Aku Di Atas Ranjang