Cinta Yang Paling Mahal - Bab 35 Mempersulit

Mimpi buruk yang tak berakhir. Mengulang-ulang tiap malam.

Berdiri disamping jurang, tiba tiba jatuh ke dalam neraka!.... Yutta, terbangun.

Bukan jatuh kejurang, tapi pintu dibelakangnya dibuka dari dalam.

"Kamu gila ya, ada tempat tidur tidak mau tidur, tidur didepan pintu?"

Setelah kejadian itu, saat Lea ketemu Yutta, selalu pura pura tidak nampak, menampilkan penampilan yang dingin dan elegan, walaupun merendahkan Yutta, Lea juga tidak berbicara dengan Yutta, seperti kalau berbicara dengan Yutta, akan menurunkan derajatnya.

Dan pagi hari ini, didalam asrama yang mereka tinggal berdua, Jarang jarang Lea bermurah hati, berbicara dengan Yutta.

Tapi.... Ini sungguh bukan kata kata yang bagus, mending tidak usah bilang.

Kepalanya sangat pusing, pemandangan didepan matanya seperti lagi berputar putar, Yutta tidak berniat untuk melayani Lea.

"Tadi malam, pintu terkunci dari dalam."

Yutta balas dengan datar, kadang, membicarakan sesuatu langsung pada batasnya saja. Tidak perlu dijelasin.

Dia tidak berharap Lea meminta maaf padanya, dihanya ingin segera mengakhirinya.

Terdengar suara Lea yang tidak berteriak dan tidak datar:"O~pintu terkunci dari dalam ya, mungkin semalam pas saya tutup pintu, tidak sengaja tersentuh."

Tidak sengaja tersentuh?... Omongan ini, hantu saja tidak percaya.

Yutta menggeleng gelengkan kepalanya, tidak ingin berdebat dengan Lea, kepalanya semakin berat, pemandangan sekitarnya berputar terus.

"Ngomong ngomong, ini juga tidak boleh menyalahkanku, tidak sengaja tersentuh, pintu terkunci dari dalam, kamu tidak pandai memanggil orangkah? mulutmu untuk apa?"

Berisik disamping telinganya, kepala Yutta sakit sampai kedua alisnya terlihat seperti sebuah sungai yang ada diantara bukit, akhirnya mengangkat kepalanya:"Lea, saya sangat capek."

Lelah, tertulis di muka.

Lea malah tidak mendengarnya, tiba tiba melihat pada Yutta, Dengan niat tidak baik menyindir:

"O.... saya sudah tau, mulutmu ini, dipakai untuk tidakan pelecehan yang tidak tau malu itu!"

"Saya sangat capek." Yutta bersandar pada pintu, kelelahan dari alisnya, semakin menonjol.

Mukanya yang pucat, sama sekali tidak ada warna darah.

Tetapi Lea tetap saja tidak memberinya masuk kerumah, masih saja menahannya: "Tunggu!" Dia menghalangi Yutta yang ingin masuk kerumah,dengan tatapan yang dingin:

"Yutta, kuperingatimu, jangan mengganggu Ridwan lagi!"

Lea tidak akan mengakui, sebenarnya dia iri Yutta dan Ridwan begitu mesra, dia adalah mahasiswa universitas S, dia kerja demi pendidikannya, hal yang benar, sehingga datang ke Hamilton, dia berbeda dengan orang yang ada didalam sana!

Yutta menopang pada pintu... sangat sangat lelah, benar benar tidak ingin berdebat lagi sama Lea, hanya ingin lebih cepat baring di tempat tidurnya.

"Lea,saya tidak enak badan."

Lea tertegun sebentar, hanya sebentar, kemudian tidak tahu kenapa, seperti mendapatkan hinaan yang sangat besar, tiba tiba sangat emosi:

"Yutta, cukup kamu, hanya pandai berpura pura kasihan. Saya hanya berbicara beberapa kata denganmu, kamu sudah di sini tak enak badan di sana tidak enak badan?"

Yutta mengurut urut alisnya, sungguk tidak ingin menambah konflik dengan Lea:

"Saya semalam kehujanan, bukannya kamu mengunci pintu dari dalam?"

Yutta hanya berkata jujur, tidak menyangka, kejujuran ini, malah memancing emosi Lea, mungkin, Lea emang berpendapat terhadap Yutta, apa yang dikatakan Yutta, menjadi salah semua.

"Apa maksud perkataanmu!" Mimik muka Lea menjadi dingin,"Bukan saya juga yang meminta Tuhan untuk hujan, lagian, bukannya saya sudah bilang? Saya itu tidak sengaja tersentuh kuncinya, kenapa kamu malah bilang seolah olah saya yang sengaja menguncimu di luar."

Kepalanya berat kaki ringan, Yutta mendengar kata kata Lea, hanya merasa kepalanya semakin sakit, ingin sekali membantah Lea, ingin sekali mengeluarkan semua keluhannya.

Saat pemikiran ini baru saja keluar diotaknya, masih belum sempat melakukannya, sudah di tahan kembali oleh Yutta sendiri.

Yutta, Kamu sudah bukan lagi Nona besar Keluarga Aloysia tiga tahun lalu.

Yutta, kamu hanya seorang tahanan yang sudah dibebaskan

Yutta, Lea mahasiswa unversitas S yang memiliki masa depan yang cemerlang, kamu, kamu, kamu!

Waktu, bagi Yutta, hanyalah sebuah taik anjing, dia menyaksikan dari dia yang percaya diri, sampai menjadi seperti sekarang ini.

tidak inginkah melampiaskan semua emosinya?

Bukan, tapi tidak bisa.

"Lea, kamu telah salah paham sama maksudku, saya hanya mau bilang, saya kehujanan semalaman, masih bermalam diluar, sekarang sangat sangat tidak enak badan, saya sedikit pusing. Ada apa apa, bisakah dibicarakan setelah saya bangun tidur nanti?"

Hampir memohon, bibir Yutta yang pucat, menunjukkan kelemahannya.

tidak tertahan, dia teringat dirinya yang tiga tahun lalu, tidak tertahan, dia sangat ingin tau, apa yang akan dilakukan, jika Yutta tiga tahun lalu?

Akankah merendahkan diri, seperti dia sendiri sekarang ini?

Akankah seperti dia sekarang, merendah karena tidak ingin bermasalah,tidak ingin menyinggung siapapun, dan mengalah dengan lemah?

"Yutta, menjijikan tidak kamu itu, saya sudah bilang padamu, pintu terkunci, saya juga bukan sengaja, tidak percaya tersentuh? saya sudah menjelaskannya, apalagi yamg kamu inginkan?" Lea melihat Yutta yang ada di depan matanya, secara alami mengingat kejadian di tangga.

Bukan hanya kejadian yang di tangga, masih ada sekali di dalam kamar 606, Ridwan tiba tiba muncul, menolong Yutta, seharusnya Yutta akan "Berciuman" di depan umum, dengan seorang satpam.

Makin pikir, kecemburuan dalam hati Lea semakin membara.

Melihat Yutta, mana mana saja tidak menyenangkan.

Lagipula, wanita yang dad dihadapannya ini, melihatnya yang patuh begitu, semakin membuatnya marah!

Yutta yang seorang pengecut seperti ini, sebenarnya Ridwan tertarik pada apanya?

Cantik tidak cantik, berpostur tubuh yang bagus juga tidak, tidak berpendidikan juga, seperti segumpal tanah, Karena apa Yutta bisa merayu Ridwan lelaki yang sempurna ini..... kecuali....

"Rubah betina!" kecuali Yutta merayu Ridwan menggunakan tubuhnya, dari kesimpulan Lea, dia mengiyakan alasan ini.

Yutta menundukkan kepalanya, menutupi emosi dalam matanya.

Emosi, dia juga akan ada.

Menggunakan waktu tiga tahun, dia belajar bersabar, belajar mengalah demi kepentingan umum,

Perlahan, dia mengangkat kepalanya, melihat Lea :"Kalau kamu suka pada Tuan Kamil, maka kamu tidak seharusnya datang mencariku. Jika kamu hanya mampu mempersulitku, maka Tuan Kamil juga tidak akan tertarik padamu."

Iya, dia menggunakan waktu tiaga tahun, belajar bersabar, belajar mengalah demi kepentingan umum, tapi tidak bisa mengubah arogan yang telah dibawanya sejak lahir.

Dia tidak akan mencela Lea yang keterlaluan, tetapi dia bisa membuat Lea menjadi gila.

Dia bahkan tahu, harus menggunakan kata kata seperti apa, bisa langsung mengakhiri, situasi penindasan sepihak ini dengan tegas.

Mimik muka Leaberubah drastis, mengerikan, keganasan, tidak terlihat kepolosan yang dulu, dia melebarkan matanya, menatap Yutta dengan tidak percaya dan tidak bisa terima--wanita ini, yang selalu direndahkan, yang kasihan didalam matanya ini.

"Wanita rendahan yang tidak tahu malu sepertimu, Ridwan tiadak akan suka, tidak ada orang yang akan suka pada wanita yang sama sekali tidak ada rasa malu sepertimu!" Lea dengan ganas menatap Yutta, teriaknya, seperti setelah meneriaki kata kata ini keluar, akan mengengmbalikan harga dirinya yang tadi hilang di depan Yutta.

Kepala Yutta sangat sakit sampai seperti akan bermekar, api membara, dan merasa kedinginan diseluruh tubuhnya sampai gemetaran, mengangkat kepalanya, Leadihadapannya, memiliki banyak bayangan, sebentar besar sebentar kecil, sebentar jauh sebentar dekat, panas sampai segitunya, tangannya, mengepal erat, kesakitan tekanan kuku ditelapak tanganya, membuatnya tersadar untuk sementara, ada sebuah kata, dia harus mengatakan kepada Lea:

"Lea, suka pada seseorang, bukannya harus memperlakukannya dengan tulus, bukankah didalam mata hanya ada dia?

Tetapi, dibanding tuan Kamil, kamu sepertinya lebih peduli keberadaanku. Saya tidak mengerti, sukamu apakah hanya omongan saja, sukamu, ada seberapa tulus?"

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu