Cinta Yang Paling Mahal - Bab 44 Orang Yang Tidak Tahu Malu

Ketika Yutta pulang bekerja, seperti biasa dia pulang di tengah malam sendirian.

Lea tentu saja tidak akan pulang bersama dengannya.

Ketika sampai di asrama, Yutta terkejut, lampu di ruang tamu masih menyala, di atas sofa yang sederhana itu duduk Lea yang sedang memainkan ponselnya.

Melihat dirinya sudah pulang, dia segera meletakkan ponsel dan langsung bangkit berdiri.

"Kamu sudah pulang?”

Yutta menjadi lebih kaget, karena sebelumnya Lea pasti sudah kembali masuk tidur ke kamar, namun hari ini dia justru duduk di sofa di ruang tamu, apakah sedang menunggunya?"

"En." Dia agak terbisu, di dalam kehidupannya selama 3 tahun di dalam penjara, sangat sedikit tempat dimana dia bisa berbicara.

Diam adalah sikap yang paling biasa dia lakukan.

"Hari ini aku mendengar di ruangan VIP di lantai enam, ada seorang pelanggan yang menunjukmu untuk kesana? Siapa dia?”

Ini… apakah sedang mengobrol dengannya? Yutta menatap Lea singkat, dalam hatinya dia mencibir dirinya sendiri bagaimana mungkin?

"Seorang pelanggan baru."Dia berkata dengan perlahan, hatinya seperti sebilah kaca, hal yang ingin Lea tanyakan adalah apakah tamu itu adalah Ridwan.

“O.."Dia menghela nafas lega dan kemudian dengan pandangan yang tajam menatapnya dan berkata "Luka di atas dahimu… apakah kamu sudah menceritakannya kepada orang lain?”

Yutta hanya merasa sangat lelah, sangat lelah.

Dia sudah bosan dengan pancingan dan pertanyaan yang tidak ada habisnya dari Lea.

Sebenarnya masih sampai kapan harus dilakukan pancingan pertanyaan seperti ini?

Dia menutup matanya, ketika membuka matanya kembali, dia menatap Lea "Kamu adalah mahasiswa berbakat dari Kota S, aku hanyalah seorang pegawai kebersihan yang bahkan tidak lulus sekolah menengah atas. Kita berdua berasal dari dua dunia yang berbeda, hanya karena pekerjaan sehingga kita tinggal bersama di dalam asrama yang disiapkan oleh perusahaan.

Kita berdua sangat berbeda karena itu lebih baik setelah ini kita lakukan apapun yang ingin dilakukan masing- masing, menjalani kehidupan masing-masing saja.”

"Yutta, bagaimana kamu mengatakan hal seperti itu, sangat keterlaluan... kan…”

Sebelum dia selesai mengatakannya, Lea dengan mata yang terbelalak menatap wanita yang lemah dan diam di depannya itu berjalan melewatinya dan tanpa mengalihkan pandangan dan masuk ke dalam kamarnya,.

Pada saat itu wajahnya langsung memerah, berbagai macam perasaan bercampur aduk dengan sangat tidak meriah.

Menatap pintu yang tertutup itu, hati Lea dipenuhi rasa amarah yang bergejolak.

Apakah wanita cacat itu mengatakan dia yang hanya mencari masalah saja, supaya dia Lea menjadi lebih diam?

"Baik, baik, Yutta kamu sangat hebat, sejak masuk ke departemen PR, perkataanmu menjadi berbeda, jika kamu tidak menyukainya, kamu tidak usah bekerja di Hamilton!"Lea sangat marah, berlari ke depan pintu Yutta dan berteriak kepadanya, dia berbalik masuk ke kamarnya dengan nafas yang terengah-engah.

Yutta bersandar di pintu, perlahan-lahan meluncur ke bawah… akhirnya sudah hening.

Tidak tahu, apa lagi kesalahan yang dia buat yang membuat mahasiwi berbakat ini marah, apakah ok jika dkatakan dan dia berubah?

Lelah.

Pada titik ini, kontradiksi antara dirinya dan Lea semakin meningkat.

Dan Lea tidak lelah menyampaikan kebenciannya, pada keesokan malam ketika pergi bekerja, mahasiwi ini tidak menganggap dirinya, Yutta pun menanggapinya dengan terdiam.

……..

Hamilton

Berjalan di koridor, Yutta bertemu dengan Lea, tidak tahu apakah Yutta yang tidak berjalan dengan stabil atau Lea yang menabraknya dengan tenaga yang berlebihan, Yutta pun terjatuh di atas lantai.

Lea berdiri didepan Yutta, mulutnya seperti ingin mengatakan sesuatu, pandangannya bersinar dan maju mendekat, menopang Yutta untuk berdiri"Kamu tidak apa-apa kan, aku tidak sengaja, kamu jangan marah ya?”

Yutta yang tidak ada ekspresi di wajahnya pun curiga, menatap Lea dengan aneh, tidak tahu apa alasannya, bagaimana Lea bersikap seaneh ini?

"Yutta kamu bangunlah dulu, duduk di atas lantai bisa membuatmu masuk angin, kesehatanmu baru membalik dan baru keluar dari rumah sakit."Sambil mengatakannya sambil mengerahkan tenaga dengan kedua tangannya, menopang Yutta, "Wanita harus melindungi diri sendiri dengan baik, jangan merusak tubuhmu seperti yang kamu lakukan sebelumnya.“

“..........“

“Beberapa hari sebelumnya ada barang yang lupa aku bawa dari asrama dan aku pun pulang kembali untuk mengambilnya, ketika sampai, aku menemukan kamu yang terjatuh tidak sadarkan diri di lantai dan aku segera mengantarmu ke rumah sakit, hingga saat ini aku masih tidak berani membayangkan, jika pada hari itu aku tidak sempat kembali ke asrama, berapa buruk masalah ini.”

Semakin Yutta mendengar, alisnya menjadi semakin berkerut, apakah Lea mengatakan ini ditujukan kepadanya?

Lea mengatakan ini, kebalikannya seperti sengaja dikatakan supaya didengar oleh seseorang… Tunggu, sengaja untuk didengarkan oleh siapa?

Yutta tidak bodoh, dia secara tanpa sadar bersiap membalikkan kepala melihat ke belakang, ketika dia membalikkan kepala, sebuah tenaga menahan pinggangnya, dia pun langsung merasa menjadi sangat ringan dan terlepas dari cengkraman Lea, di punggungnya terasa sebuah dinding daging yang hangat, di punggungnya terdengar suara merdu dari seorang pria.

"Yutta, cepat ucapkan terima kasih kepada…En? Nona Lea?”

Suara ini…adalah Ridwan, dia sudah bertemu dua kali dengannya di koridor.

Suara Ridwan memiliki karakteristik.

Suara rendah yang merdu, agak nakal dan memiliki daya tarik, yang tidak akan bisa dilupakan ketika mendengarnya, Yutta mengenali suara Ridwan. Dia pun membalikkan kepala dan berkata "Tuan Ridwan, ternyata anda.”

Sambil menyapa dengan sopan, sambil melepaskan diri dari tanpa jejak.

Hanya saja lengannya sekuat besi, seperti membelenggunya, bagaimanapun tidak bisa dilepaskan.

Yutta mengerutkan kening… hal ini tidak baik, mungkin saja akan disulitkan kembali oleh Lea.

Dia hanya ingin mendapatkan uang sepuluh milyar saja… hal yang lain sama sekali tidak ingin dia pedulikan.

"Tuan Ridwan,apa kabar." Lea menyapa kearah Ridwan, kedua matanya menatap ke arah pinggang Yutta, terpancar kecemburuan. Mengapa! Apa yang dimiliki oleh Yutta?”

Karena Lea sudah menyapa terlebih dahulu, Ridwan bagaimanapun harus memberi contoh, "O, Nona Trisa.”

Jantung Lea berdetak dengan lebih cepat, senyuman diwajah Ridwan sangatlah membingungkan

Ridwan berdiri di belakang Yutta, baru saja Yutta tersandung, sudut rambutnya pun kembali berantakan, pandangan Ridwan terkunci, dia menundukkan pandangannya, namun detik berikutnya pandangannya kembali terangkat, menatap ke arah Lea, dengan wajah yang masih terpancar senyuman yang menggoda.

"Nona Trisa baru saja mengatakan bahwa Yutta beberapa saat terakhir sakit dan masuk ke rumah sakit? ”

Ekspresi dan aura Ridwan benar-benar sangat menarik perhatian gadis kecil, pada saat ini terpancar hormone pria, Mana mungkin bisa ditangkis oleh Lea, hatinya langsung berdetak dengan cepat, kedua mata yang memerah, namun yang terdengar disisi telinganya adalah Ridwan yang membicarakan Yutta.

Hatinya terasa tidak karuan, menatap Yutta singkat "Ya, pada saat itu sedang hujan, Yutta kehujanan dan terkena demam, mungkin karena ini dia bangkit berdiri dengan tidak stabil dan tersandung di knop pintu, aku pun sangat panik ketika mengantarnya ke rumah sakit.”

Bohong.

Terpancar keanehan di dalam hati Yutta… Apakah Lea tidak takut diungkap di hadapannya?

Bagaimana sebuah yang hitam diucapkan menjadi putih dan bisa mengatakan sebuah kebohongan dengan begitu logis?

Tentu saja, menganggapnya sebagai orang yang tidak berani mengutuk.

Ridwan menanggapi singkat, Yutta sama sekali tidak menyangka Ridwan yang kemudian mengalihkan pandangan dan bertanya kepadanya "Apakah begitu,Yutta?"

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu