Cinta Yang Paling Mahal - Bab 51 Malam Ini Temani Aku Tidur
Dia mendorongnya, tapi Eldric malah semakin arogan.
Pllaaakk!
Suara tamparan terdengar, tiba-tiba dalam sekejap dunia menjadi sunyi.
Eldric menatap wanita di bawah tubuhnya dengan tidak percaya. Tangan wanita itu gemetaran dengan hebat, menatap dirinya sendiri dengan ngeri.
Eldric menatap tajam ke wanita di tengah ranjang itu. Tamparan itu tidak terlalu keras dan tidak terlalu sakit. Tapi di dalam kehidupan tuan muda Cassio yang sangat sejahtera, Eldric yang menjadi pimpinan di keluarga Cassio di kota S ini, ini adalah pertama kali dalam hidupnya, dia ditampar orang seperti ini. Bibir tipisnya merapat membentuk satu garis, menundukkan pandangan matanya menatap tajam wanita di bawah tubuhnya. Dia pun langsung berdiri dan turun dari ranjang, memunggungi Yutta dan berkata,
“Ganti celanamu yang basah itu. Jangan sampai membasahi sprei ranjangku.”
Sebuah celana olahraga pria di lemparkan ke tangan Yutta.
Yutta tertegun, pria itu tidak menoleh sama sekali. Di bawah tatapan Yutta, Eldric menahan amarahnya dan pergi meninggalkan kamar tidur.
“Cepat ganti sana, Anton habis gini akan datang memeriksa sakitmu.
Memeriksa sakitku?
“Aku tidak sakit.”
“Kalau kamu tidak sakit, lalu kenapa tiba-tiba pingsan?”
Cibirnya dengan senyum dingin.
“Aku tidak sakit.”
“Kalau aku suruh ganti, cepat ganti saja sana. Kenapa banyak omong kosong sih. Mengotori ranjangku saja.”
Punggung pria itu menghilang dari balik pintu kamar tidur dan langsung menutup pintunya dengan keras “Bruaakkk”
Yutta menatap celana pendek olahraga pria di tangannya.
Dia ragu sejenak, lalu memegangi tubuhnya sendiri dan perlahan mengganti celananya yang basah.
Pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, “Yutta? Ini aku.”
Anton berdiri di luar pintu, dan mengetuk dengan sopannya, “Jika kamu tidak bicara, aku akan langsung masuk ya?”
Wajah Yutta langsung pucat, “Jangan....” masuk...
Sudah terlambat...
Anton berdiri di depan pintu dan melirik ke arah Yutta. Dia memandangi Yutta dari atas ke bawah, tiba-tiba di matanya muncul keanehan.
Baju Eldric dikenakan di tubuh Yutta.
“Apa kalian baru saja berolahraga?”
“Hah?”
Anton mencoba melontarkan candaan ini. Tapi melihat reaksi Yutta yang bingung, Anton pun geleng-geleng kepala dan langsung tahu jawabannya.
Dia berjalan menghampiri Yutta, wajah Yutta semakin pucat.
“Kamu jangan gugup. Hanya pemeriksaan kesehatan biasa.”
“Aku tidak sakit.”
“Aku periksa sebentar, tidak akan ada ruginya.”
“Tidak usah, aku benar-benar tidak sakit.”
Anton tiba-tiba mengangkat kepalanya, menatap Yutta dengan tersenyum walau terlihat seperti tidak tersenyum, “Hei, Yutta, apa yang sedang kamu sembunyikan?”
Jantung Yutta langsung berhenti setengah detakan, “Aku...tidak sakit. Aku hanya tidak suka dokter saja.”
Anton mengangkat dagunya ke arah pintu kamar tidur, "Apa mau aku panggilan dia untuk masuk kesini. Lalu, memberitahu di hadapannya langsung kalau kamu sekarang adalah orang cacat?”
Yutta langsung membelalakkan matanya!
Ini adalah hal yang paling membuatnya malu dan paling tidak ingin dibahas olehnya!
Terlebih lagi, dia tidak ingin membahas ini di depan orang yang memulai kejahatan ini!
"Bagaimana kamu tahu ... oh ... tentu saja." Yutta baru bertanya kepada Anton kenapa tahu hal ini. Tapi dalam sekejap, tiba-tiba dia mengatakan dengan anehnya, “Tentu saja.”
Anton memicingkan matanya memandangi Yutta. Anton samar-samar mengerti beberapa hal.
Tapi, jika hal ini benar-benar sama seperti yang diduga olehnya. Kalau begitu..... lalu Anton menatap Yutta dengan kasihan... Yutta benar-benar sangat menyedihkan.
“Pernahkah kamu berpikir kalau ada beberapa hal yang tidak seperti yang kamu pikirkan dalam hati?” setidaknya, dia berpikir seberapa bencinya Eldric kepada Yutta. Tapi dia tidak akan menyuruh orang dengan kejamnya mengambil ginjal Yutta.
“Semuanya sudah berlalu. Aku memang pantas mendapatkan ini.” Wanita itu, pernah jadi wanita paling tegas dan sangat percaya diri di pantai. Tepat pada saat ini, dia seperti berjalan pada titik akhir hidupnya. Dia seperti tak bernyawa, seperti seorang nenek tua yang telah mengalami begitu banyak pelajaran hidup sehingga mengatakan kata-kata seperti itu.
Anton sangat terkejut!
Meskipun Anton telah melihat Yutta yang berlutut kepada Eldric dengan rendahnya di depannya. Tapi ketika menghadapi wanita ini, ketika dirinya sendirian, perasaan itu, bahkan lebih sangat mengejutkannya!
Kerendahan diri dan kemurahan diri semacam itu hampir terungkap dalam kata-kata Yutta.
“Satu Ginjal, diganti dengan ucapan ‘sudah berlalu’?” di pikiran Anton kembali muncul wajah wanita di depannya yang dulunya begitu percaya diri. Yutta yang dulu merupakan seseorang yang sangat dicintai dan dikagumi banyak pemuda dari keluarga terpandang dan kaya raya. Tapi wanita yang sekarang ini berbeda. Anton hanya mengira tiga tahun itu hanya mengubah penampilan luarnya saja. Anton tak menyangka, ternyata juga telah merubah semua di dalam diri wanita itu bahkan sampai ke tulangnya hingga kosong dan berlubang.
“Kamu benar-benar berpikir semua ini memang hal yang pantas kamu terima, Yutta?"
Yutta semakin tidak ingin mengangkat pandangan matanya untuk melihat Anton. Dia hanya seperti robot yang mengulang ucapannya, “Semua ini, aku memang pantas mendapatkan ini.” Wajah Yutta membeku seperti bukan orang hidup!
Mata Anton penuh dengan kekecewaan. Ternyata, Yutta yang dulu itu benar-benar telah menghilang. Dan tidak akan muncul lagi.
“Sekarang aku hanya ingin memeriksamu saja. Tolong bekerja samalah dengan baik.” Anton melakukan pekerjaannya. Dia tidak membiarkan Yutta menghindar lagi, “Kamu lebih baik jangan bergerak sembarangan. Aku khawatir malah akan melukaimu. Atau, kamu ingin aku memanggil Eldric untuk masuk kesini?”
Kalimat terakhirnya ini langsung menghentikan Yutta.
“Panasnya 37,8 bagaimana kamu bisa begini. Panas seperti ini tapi masih saja masuk kerja? Apa kamu sendiri tidak tahu kondisi tubuhmu? Kamu ini sudah bukanlah orang normal, tapi masih berani-beraninya memaksakan diri. Apa kamu sudah tidak mau hidup, Yutta!” sebenarnya, wanita yang satu-satunya ini, dulu adalah wanita yang tumbuh besar dengannya sejak kecil. Dia yang biasanya dipanggil kakak Anton. Walaupun tidak bisa kembali lagi ke masa itu, Yutta tetap masihlah Yutta.
Anton tidak punya perasaan apa-apa terhadap Yutta. Dia hanya kasihan dengannya, dan juga karena perasaan persahabatan selama ini.
Anton berdiri, mengambil barangnya lalu berjalan keluar.
Dia tidak banyak bicara kepada Eldric. Hanya bilang, “Kamu jangan menyiksanya. Tubuhnya....tidak terlalu sehat.”Tidak ada yang tahu, Eldric ini tahu tidak mengenai kondisi tubuh Yutta. Ucapan ini yang mau dikatakannya. Namun Anton langsung merubah kata-kata ini begitu sudah sampai di mulutnya.
“Nanti, aku akan mengirim orang untuk mengantarkan obatnya.” Anton mengambil barangnya lalu pergi.
Eldric melirik kamar tidur, melangkahkan kaki berjalan masuk ke dalam.
“Malam ini, temani aku tidur.” Eldric sebenarnya tidak ada maksud lain. Hanya saja wanita ini yang baru saja tenggelam di dalam air dan pingsan juga. lalu tadi Anton bilang akan mengantarkan obat nanti, dan terakhir Eldric bilang menyuruhnya tetap di sini tinggal semalam.
Namun, ucapan Eldric ini punya perspektif yang sangat berbeda bagi Yutta. Wajah Yutta dalam sekejap langsung semakin pucat, “Aku tidak mau!”
Reaksinya sangat hebat. Sedangkan Eldric adalah orang yang cerdas dan sangat pandai, dia juga orang yang sangat masuk akal. Dia memicingkan matanya menatap Yutta sebentar, lalu dalam sekejap dia bisa menebak kalau Yutta salah paham dengan ucapannya.
namun, ......menemaninya tidur, Yutta sebegitu tidak bersedianya?
Lalu, dia mau menemani tidur siapa?
Apakah Rayon?
Emosi yan awalnya tenang, dalam sekejap langsung meledak marah lagi!
Yutta ini bukannya sama seperti menguyur air dingin ke dalam panci berminyak ya?
Sebenarnya tidak salah Yutta jika berpikir terbalik seperti ini. Sebelum Anton datang, Eldric bekata ‘empat milyar menemaninya tidur semalam’ kepada Yutta. Jadi, Yutta tanpa sadar salah paham dengan ucapannya.
Pria itu berdiri di samping ranjang, tiba-tiba!
“Empat milyar.” Bibir tipis itu mengeluarkan angka dengan santainya.
Yutta berkata, "Tidak mau."
"Enam milyar."
"Aku tidak mau."
"Delapan milyar."
Yutta ragu-ragu sejenak.
Pria itu memicingkan matanya, "Berpikirlah lebih dulu dengan jernih sebelum menjawabnya."
“Tidak mau.” Yutta mendongak, menatapnya dan menggelengkan kepalanya dengan tegas.
“Yutta, bukannya kamu suka uang?” lagi-lagi demi Royan?
"Aku memang suka uang, aku sangat mencintai uang, aku kecanduan uang seperti hidup dan nyawaku sendiri, aku menaruhkan nyawaku sendiri hanya untuk uang empat milyar. Tuan Cassio jika bersedia memberiku uang empat milyar, maka aku Yutta tanpa banyak bicara akan berbalik dan masuk ke dalam air.”
“Jual mahal?” Eldric menaikkan alisnya dan memandang rendah Yutta yang ada di bawahnya.
Yutta tersenyum tipis. Matanya sendiri tampak menertawakan dan menghina dirinya sendiri. Jual mahal? Punya kualifikasi apa dia sampai bisa jual mahal?
“Tuan Cassio salah. Aku hanyalah bekas tahanan yang menjalani pekerjaan saja, yang tidak punya masa lalu, apalagi masa depan. Tidak punya keluarga, juga tidak punya teman.... jual mahal? Bisa kutunjukan pada siapa jual mahalku itu?”
“Kalau begitu, malam ini tidurlah disini.”
Yutta perlahan mengangkat kepalanya lalu menatap dengan serius ke dalam mata Eldric. Bibirnya perlahan membuka dan berkata, “Aku tidak mau.”
Tangan Eldric yang ada di ranjang langsung mengepal dengan erat. Punggung tangannya sampai memperlihatkan semua uratnya!
Pemahaman Eldric mengenai ucapan Yutta ini adalah Yutta untuk kedua kalinya menolak dirinya demi Rayon!
“Yutta, jika kamu membuatku marah, resikonya tidak akan mungkin sanggup kamu tanggung.” Eldric mengatakan peringatan ini. matanya sangat dingin.... bisa menemani pria manapun tidur. Tapi hanya tidak mau dengan dia?
“Tuan Cassio lupa ya. Aku ini wanita klub hiburan yang tidak tahu malu dan sangat murahan. Jika ada siapapun yang membeliku semalam dengan uang empat milyar, maka aku akan dengan senang hati bertelanjang di depannya dan mengagungkan serta melayani orang itu. Tapi tuan Cassio, kalau anda tidak boleh. Aku adalah wanita yang sangat profesional dan beretika dalam kerja. Aku tidak akan mau mempunyai hubungan apapun di luar hubungan kerja dengan atasanku sendiri. Ini adalah larangan dan hal yang tabu dalam bekerja.”
“Kamu!”
Yutta memberanikan dirinya untuk mengucapkan ini semua. Dia berhasil sekali lagi membuat marah pria yang IQ-nya sangat tinggi namun rendah EQ-nya itu hingga keluar sambil membanting pintu.
Begitu mendengar suara pintu dibanting, saraf Yutta yang tegang akhirnya bisa dirilekskan. Tenaga yang ada di tubuhnya seperti sudah habis tak tersisa. Dia jatuh langsung ke lantai dengan lemasnya dan bersandar di lemari baju, meringkuk memeluk lututnya.
Bibirnya dengan sulit berkata.
Siapapun boleh, Eldric saja yang tidak boleh!
Kalau tidak, termasuk apa dia dalam tiga tahun ini?
Perasaan selama dua puluh tahunnya kepada pria itu, dianggap apa!
Eldric, Eldric! Kamu apa harus seperti ini. Dari dalam dirimu sendiri, dari dalam dagingmu sendiri kamu benar-benar ingin mempermalukanku kah!
Iya, aku sudah masuk ke tempat itu. Aku tidak suci dan bersih lagi. Aku hanyalah bekas tahanan yang bekerja saja. Tapi aku juga masih ingin mempertahankan sedikit saja ‘kesucian’ ku. Perasaanku dulu di masa lalu terhadapmu itu, bersih dan suci!
Yutta memejamkan matanya, dia juga menahan semua kemarahan dan rasa sakit di bawah matanya!
“Siapapun boleh, lagipula aku adalah wanita klub hiburan. Siapapun boleh, meskipun itu adalah suami orang. Lagipula, tidak ada lagi apapun yang bisa hilang dariku karena aku tak punya apapun. Siapapun boleh, siapapun boleh.....siapapun boleh....tapi dia tidak boleh...”
Dia memejamkan matanya, dan terus menghipnotis dirinya sendiri dan bergumam tanpa sadar, air mata melonjak mengalir keluar dengan deras... ini adalah air mata kedua yang mengalir hari ini. Yang pertama untuk Kak Lucas yang ada di mimpi burukku. Dan yang kedua untuk pria itu.
“Siapapun boleh, tapi dia tidak boleh...” di dalam kamar tidur yang mewah, seorang wanita meringkuk dan tidak hentinya mengucapkan ini berulang kali. Di kamar tidur yang mewah ini, memunculkan aroma gelap kesepian.... walaupun, lampu di dalam kamar sangat terang.
Di ruang tamu, pria itu menghisap rokok sebatang lalu sebatang lagi hingga tiga batang rokok. Baru dia berhasil mengurangi kekesalannya. Dan kemudian, meletakkan sepertiga puntung rokoknya di asbak dan mengangkat tangan untuk mengambil segelas anggur merah di atas meja kopi. Dia mengangkat kepalanya dan langsung meneguknya sampai habis. Dia benar-benar ingin menggunakan ini untuk meluapkan semua rasa kesal di dalam hatinya.
Eldric tidak menyadari, kalau dia benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa kepada wanita yang ada di dalam kamar itu!
Novel Terkait
Cinta Tapi Diam-Diam
RossieTernyata Suamiku Seorang Sultan
Tito ArbaniUangku Ya Milikku
Raditya DikaHis Second Chance
Derick HoHalf a Heart
Romansa UniverseEternal Love
Regina WangWonderful Son-in-Law
EdrickCinta Yang Paling Mahal×
- Bab 1 Penjarakan Dia
- Bab 2 Semuanya Ini Adalah Maksud Dari Tuan Cassio
- Bab 3 Keluar Dari Penjara
- Bab 4 Kebetulan Melihat Pasangan Yang Kencan Diam-Diam
- Bab 5 Mencari Masalah Untuk Diri Sendiri
- Bab 6 Kamu Tidak Bermaksud Menyapa Aku?
- Bab 7 Cium Dia
- Bab 8 Penyelaan Oleh Ridwan
- Bab 9 Amarah Dan Hinaannya
- Bab 10 Ditangkap Setelah Melarikan Diri
- Bab 11 Dia Datang
- Bab 12 Yutta Yang Tidak Percaya Diri
- Bab 13 Memindahkan Dia Ke Departemen Hubungan Masyarakat
- Bab 14 Penghinaan Dan Penyiksaan
- Bab 15 Mempermalukan
- Bab 16 Bukan Yang Paling Memalukan
- Bab 17 Hanya Lebih Memalukan
- Bab 18 Tubuhmu Dingin Atau Panas
- Bab 19 Tersebar Dengan Luas
- Bab 20 Kritikan Lea
- Bab 21 Eldric, Dengar
- Bab 22 Dia Menghindari Eldric
- Bab 23 Eldric Menciumnya
- Bab 24 Apakah Kamu Meremehkan Yutta
- Bab 25 Kamu Kira Dirimu Lebih Mulia Dari Yutta
- Bab 26 Jangan Terburu-Buru Satu Persatu
- Bab 27 Membantu Dia Melampiaskan Amarah
- Bab 28 Tuan Lucas
- Bab 29 Wanita Gila
- Bab 30 Gadis Malang
- Bab 31 Kak Lucas...
- Bab 32 Terakhir Kali Tanya padamu
- Bab 33 Ridwan Kamil VS Yutta Aloysia
- Bab 34 Awal Permasalahan
- Bab 35 Mempersulit
- Bab 36 Tidak Tahu Malu
- Bab 37 Penipuan Untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 38 Apakah Yang Dia Inginkan Terlalu Banyak?
- Bab 39 Bagaimana Merendahkan Diri Bisa Interpretasikan Kesombongan
- Bab 40 Perburuan Berdarah Dimulai
- Bab 41 Aku Ingin Kamu Menemaniku Malam Ini
- Bab 42 Apakah Yang Dia Inginkan Hanya Sebuah Ciuman?
- Bab 43 Alasan Eldric Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 44 Orang Yang Tidak Tahu Malu
- Bab 45 Ridwan Memberi Pelajaran Kepada Lea Si Hati Jahat
- Bab 46 Lea Trisa Demi Menjaga Diri Mendorong Yukka Aloysia untuk Menghalang
- Bab 47 Eldric Cassio Emosi
- BAB 48 Tidak Boleh Mati
- BAB 49 Yutta Aloysia Ikut Aku
- BAB 50 Dengan Kuat Menghentikan Mulut yang Mengganggunya
- Bab 51 Malam Ini Temani Aku Tidur
- Bab 52 Perhatian Di Balik Penampilan Dingin Yang Sengaja Diperlihatkan
- Bab 53 Apakah Kamu Tahu Siapa yang Menyelamatkan Yutta
- Bab 54 Memeriksa
- Bab 55 Bawa Aku Menemuinya
- Bab 56 Aku Akan Mengabulkanmu
- Bab 57 Kekurangan Ginjal
- Bab 58 Kesakitan
- Bab 59 Kelembutan Eldric
- Bab 60 Malah Menuangkan Garam
- Bab 61 Kelembutan Yang Canggung
- Bab 62 Sesuatu Yang Tidak Aku Inginkan
- Bab 63 Tidak Tahu Malu, Menggoda Tuan Kamil
- Bab 64 Apa Yang Dilakukannya Dengan Ridwan
- Bab 65 Keputusannya
- Bab 66 Kalau Sakit, Gigitlah
- Bab 67 Ciuman Melanda
- Bab 68 Kebencian Lea
- Bab 69 Bertemu Larut Malam Di Pinggir Jalan
- Bab 70 Ingat, Namaku Zarco Rius
- Bab 71 Yutta Marah
- Bab 72 Sangat Acuh Tidak Acuh
- Bab 73 Dengarkan Nasihat Kak Ming, Menjauhlah Dari Pria Itu
- Bab 74 Jadilah Pacarku Saja
- Bab 75 Yutta Aloysia Yang Menggila, Eldric Cassio Yang Menggila
- Bab 76 Yutta Aloysia, Yutta Aloysia
- Bab 77 Rayon Lucas Dan Karim Heng
- Bab 78 Jangan Sentuh Tempat Itu Lagi
- Bab 79 Tuan Karim Heng Aku Butuh Sepuluh Miliar
- Bab 80 Perburuan Ini Berubah Menjadi Tidak Menarik
- Bab 81 Hanya Ingin Berburu, Tidak Memiliki Perasaan
- Bab 82 Perubahan Yutta Aloysia
- Bab 83 Mendorong Masuk Ke Dalam Neraka
- Bab 84 Kemana Saja Kamu Adikku?
- Bab 85 keras Kepala dan Tetap Tegar
- Bab 86 Bukankah Ini Adalah Nona Aloysia?
- Bab 87 Kamu Bisa Berlutut Sekarang
- Bab 88 Biarkan Aku Pergi
- Bab 89 Livin Bukan Tidak Bersalah
- Bab 90 Bos! Tolong!
- Bab 91 Menghancurkan Harapan Dengan Tangan Sendiri
- Bab 92 Penyesalan Terakhir Dalam Hidup ini Adalah Bertemu Denganmu
- Bab 93 Akulah Yang Telah Buta Mata Dan Buta Hati
- Bab 94 Masing-Masing Semuanya Bukanlah Orang Yang Mudah Ditangani
- Bab 95 Telah Membayar Yang Harus Dibayar
- Bab 96 Sudah Gila Sejak Lama
- Bab 97 Eldric Tidak Menyadari Perasaannya Sendiri
- Bab 98 Saudara
- Bab 99 Siapa Kamu?
- Bab 100 Menghancurkan Impiannya dan Kak Lucas
- Bab 101 Kebenaran Tentang Ginjal Kiri Diangkat
- Bab 102 Eldric, Kamu Sudah Gila!
- Bab 103 Yang Bisa Menahannya Bukanlah Pria
- Bab 104 Ridwan Kamil, Ridwan Kamil Membuat Orang Sakit Hati
- Bab 105 Kamu Berdiri Di Sana Saja Aku Akan Berjalan Mendekatimu
- Bab 106 Pikiran Yang Tersembunyi Di Buku Catatan Harian
- Bab 107 Jebakan Yang Terlalu Dalam
- Bab 108 Apakah Bagaimanapun Juga Boleh?
- Bab 109 Lakukan Apa Yang Tuhan Minta Anda Lakukan
- Bab 110 Berpapasan
- Bab 111 Eldric VS Ridwan
- Bab 112 Kamu Boss Besar, Jadi Tidak Perlu Membayar?
- Bab 113 Sudah Bergerak
- Bab 114 Menemani Sampai Akhir
- Bab 115 Tekanan Tak Terbatas
- Bab 116 Menemani Adalah Pengakuan Cinta Terdalam
- Bab 117 Kegembiraan Kecil Ridwan
- Bab 118 Karim Mempersulit Segalanya
- Bab 119 Ketenangan Sebelum Badai
- Bab 120 Seolah Melihat Yutta Yang Dulu
- Bab 121 Ini Adalah Sebuah Permainan
- Bab 122 Melihat, Mendengar Dan Mengetahui
- Bab 123 Mereka Tidak Pantas Melihatnya
- Bab 124 Kamu Lihat, Aku Tidak Menangis
- Bab 125 Boss Yutta Aloysia Menghilang
- Bab 126 Dia Mencari Wanita Itu Dengan Menggila
- Bab 127 Kelabilan dan Sakit Hati Ridwan Kamil
- Bab 128 Kelembutan Eldric Di Bawah Sikap Dingin
- Bab 129 Tunggu Aku Di Atas Ranjang