Cinta Yang Paling Mahal - Bab 75 Yutta Aloysia Yang Menggila, Eldric Cassio Yang Menggila
Pria yang disayangi oleh tuhan, bahkan tangannya juga karya seni yang paling indah.
Yutta membelalakkan mata, sambil melihat Eldric berdiri di ujung ranjang, jari-jari ramping, membuka kancing kemeja putih satu per satu.
Secara naluriah, dia mundur ke belakang, hingga belakang punggungnya menyentuh kepala tempat tidur, ada aura dingin di mata sipit dan indah pria itu, melihat dirinya dari atas ke bawah, dan jari-jari tidak tergesa-gesa membuka setiap kancing, tidak peduli bagaimana dia menyusut dan mundur, pria yang ada di ujung ranjang, wajah tampannya tetap dingin dan datar, tidak terpengaruh sama sekali.
Secara naluriah, dia mengangkat mata melirik pintu kamar yang terbuka, mendadak bangun dengan cepat, melompat turun ranjang, langsung ingin berlari ke pintu!
Hanya sayang sekali, kedua kakinya baru saja menyentuh lantai, dengan tepat langsung ditekan oleh sebuah lengan panjang.
Eldric berdiri di ujung tempat tidur, lalu menekannya dengan satu tangan, mendorong dia kembali ke tempat tidur, mengendalikan dia dan menekannya agar tidak bisa berdiri, dan tangan satunya lagi, meraih gesper untuk membuka celananya.
Nafas Yutta mulai kacau, pupil sedikit melebar, beberapa kali sambil gemetaran membuka bibirnya, tapi tidak bisa berkata apa-apa.
Nafas terengah-engah, mendadak dia menjerit: “Pergi, pergi!”
Tampaknya pria tidak terpengaruh sama sekali, tubuh kekar langsung menekan ke bawah.
“Kamu pergi! Kamu pergi!” Daging di kedua belah pipinya, mulai gemetar tanpa terkendali, langsung mengulurkan tangan mendorong.
Tentu saja, dia dengan mudah ditangkap dan ditekan ke atas kepala.
Dia ingin menangis, juga ingin tertawa.
Termasuk apa ini?
Termasuk apa ini!
“Aku adalah seorang pelacur!”
“Demi uang aku bisa melakukan apapun!”
“Aku murahan!”
“Aku kotor!”
“Eldric! Kamu yang bilang! Kamu yang mengatakannya! Apakah kamu sudah lupa? Apakah kamu sudah lupa???”
“Kamu bilang kamu tidak suka aku yamg kotor ini, kamu bilang kamu akan merasa hina menyentuhku untuk kedua kalinya!
Kamu bilang aku menjijikkan, kamu bilang aku membosankan!
Kamu yang mengatakannya!
Kamu yang mengatakan semua itu!
Kamu sudah lupa?
Kamu sudah lupa???”
Bagaimana dia bisa begitu!
Bagaimana dia bisa melupakannya!
Dengan mudahnya menyakiti, dengan mudahnya melupakan?
Terdengar suara robekan, pakaiannya sedang dihancurkan dengan kecepatan yang bisa dilihat mata telanjang!
Suara “Srekk” ini, ekspresi Yutta membeku selama beberapa menit, tiba-tiba!
Dia tidak tahu tenaga dari mana, tangannya terlepas dari cengkeramannya, hampir menggunakan seluruh tenaganya, dia menarik kancing yang telah dibukanya, kemeja putih yang menggantung di tubuhnya ditarik dengan sekuat tenaga, berusaha keras menariknya ke bawah, begitu mengangkat kepala, langsung membuka mulut menggigit bahunya dengan kejam!
Satu gigitan kejam ini, segera melihat darah muncul di sudut bibirnya……darah pria itu.
Eldric mengerutkan kening, begitu menunduk langsung melihat kepala hitamnya, Eldric tidak bergerak.
Yutta menggigitnya satu demi satu gigitan, setiap gigitan membuatnya berdarah.
Setiap gigitan, tampaknya dia sangat bahagia……Eldric, aku ingin bertanya padamu, sakit atau tidak!
Setiap gigitan, tampaknya dia lebih sakit……Eldric, mari kita rasakan bersama!
Hati Yutta merasakan sakit yang bahagia, tapi satu demi satu gigitan menggigit bahunya.
Sedangkan bahunya, tidak ada bagian yang bagus lagi.
Eldric menunduk, melirik bahunya sendiri, penuh dengan bekas giginya.
Mungkin wanita itu sudah lelah menggigit, bersandar di bahunya, nafas terengah-engah, setelah mengambil nafas, dia menggigit lagi bahu yang sudah penuh bekas gigitan itu.
Eldric tidak terpengaruh sama sekali, kedua telapak tangannya kembali memeluk pinggangnya dan menopang tubuhnya, malah seperti membantu dia melakukan kekerasan pada dirinya.
Hingga dia benar-benar lelah menggigit dan tenaga perlahan mulai melemah, tiba-tiba, dia menekan seluruh tubuh Yutta kembali dalam pelukannya.
Begitu tangan besar menarik, dia bahkan kehilangan penutup terakhirnya.
Pria membenamkan kepala, ciuman jatuh bertubi-tubi, meskipun dia meronta, kali ini malah ditahan oleh telapak besarnya hingga tidak bisa bergerak, sedangkan bibir tipis yang panas itu, sekaligus melahap seluruh tubuhnya, membuat setiap inci kulit di tubuhnya dipenuhi bekas ciuman.
Bahkan punggung telapak kakinya juga tidak luput dari ciuman!
Yutta merasa malu, marah, kesal, benci, kewalahan dan sangat memalukan!
“Lepas! Lepaskan!” Dia menendang kakinya, dalam hati terkejut sekali! Itu adalah kaki! Kaki!
Dia sudah gila!
Eldric sudah gila!
Pasti tidak boleh tetap tinggal di sini, pasti tidak boleh membiarkan dia melukai diriku lagi, pasti tidak boleh menemani dia untuk gila bersama!
Dia benar-benar sambil menendangkan kakinya, sambil ingin melarikan diri dari ranjang, melarikan diri dari kendalinya, tapi penjepit besi itu mengunci pergelangan kakinya erat-erat, pria mengangkat matanya, mata yang mendalam, melirik Yutta dengan maksud tak jelas, menundukkan kepala, lalu menjatuhkan ciuman lembut di pergelangan kakinya.
Di saat ekspresi di wajah Yutta berubah tidak karuan, tiba-tiba pria itu berbaring ke atas tempat tidur, lalu menjepit dia di antara lengannya dan memeluknya erat-erat.
Dari awal hingga akhir, pria itu tidak mengucapkan sepatah kata pun, tapi setelah berbaring, malah memeluk Yutta ke dalam pelukannya, mengucapkan sepatah kata yang berharga bagaikan emas:
“Tidur.”
“……” Tidak mengerti……
Setelah beberapa saat……
“Aku memiliki asrama.” Yutta berkata dengan datar.
“Tidur.”
“Aku seorang pelacur, wanita murahan, aku kotor, aku menjijikkan.”
“Tidur.” Pria itu membuka mata, mata yang mendalam melirik wanita yang ada dalam pelukan, lalu memejamkan mata lagi.
Setelah beberapa saat.
Pria itu membuka mata lagi, menunduk untuk melihat wanita dalam pelukannya, terdengar suara yang dingin:
“Jika ada yang ingin kamu katakan lebih baik katakan sekaligus.”
Kesabarannya telah habis.
“Aku……” Dia merasa, saat ini sangat sulit berkomunikasi dengan Eldric, juga sangat sulit memahaminya, “Aku belum mandi……”
Baru saja selesai bicara, dia memarahi dirinya sendiri dalam hati……ini termasuk alasan apa?
Genggaman di pinggang semakin erat, Eldric dengan datar mengucapkan:
“Kebetulan aku juga tidak mandi. Impas.” Suara dinginnya dengan jujur mengatakan: “Kamu tidur atau tidak, jika tidak tidur maka lakukan saja.”
Tidak ingin tidur maka lakukan saja……
Yutta tidak mungkin tidak tahu dengan maksud kata-kata ini.
Secara tidak sadar dia mengatupkan bibir dan tidak bicara.
Saat ini Eldric sulit diajak komunikasi juga sulit untuk dipahami.
Tidak lama kemudian, Yutta mendengar suara nafas yang seimbang, perlahan mengangkat kepala, agak tercengang menatap wajahnya yang tenang saat tidur……apakah benar-benar sudah tertidur?
Berhati-hati menarik lengan yang di tahan olehnya, tapi tidak peduli sekeras apa dia mencoba, tetap tidak bisa membukanya.
Akhirnya merasa frustasi dan menyerah, membelalakkan mata menatap langit-langit sambil melamun, terlalu aneh, hari ini Eldric terlalu aneh hingga membuat orang tidak paham dengannya, Yutta berkata pada diri sendiri: jangan pikirkan itu lagi. Tidak ada yang tahu, apakah ini permainan baru untuk menghukumnya.
Jangan memikirkannya lagi adalah hal paling benar.
Mungkin sungguh sudah lelah, mungkin, suara nafas di sampingnya……mata Yutta yang menatap langit-langit, kelopak matanya semakin berat.
Tidak terasa nafasnya juga semakin teratur dan berat.
Dalam gelapnya malam, Eldric membuka matanya, mata yang mendalam, melirik wanita yang sedang tertidur di dalam pelukannya, tatapannya tertuju ke lehernya yang penuh bekas ciuman, mata semakin mendalam, tidak dapat melihat apa yang sedang dia pikirkan, dia memejamkan matanya lagi.
Eldric tidak menyangka Yutta akan melakukan tindakan seperti itu, Yutta meninggalkan sederet bekas gigitan dan bekas darah di bahunya……dia juga tidak tahu kenapa bisa diam membiarkan Yutta menggigitnya, kenapa dirinya seperti menggila, mencium seluruh tubuhnya.
Eldric juga berkata pada diri sendiri: jangan memikirkannya lagi, entah saraf mana yang salah dalam dirinya hari ini. Menemani dia menggila bersama.
Novel Terkait
See You Next Time
Cherry BlossomPRIA SIMPANAN NYONYA CEO
Chantie LeeAngin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanIstri Pengkhianat
SubardiSiswi Yang Lembut
Purn. Kenzi KusyadiGet Back To You
LexyCinta Tak Biasa
SusantiCinta Yang Paling Mahal×
- Bab 1 Penjarakan Dia
- Bab 2 Semuanya Ini Adalah Maksud Dari Tuan Cassio
- Bab 3 Keluar Dari Penjara
- Bab 4 Kebetulan Melihat Pasangan Yang Kencan Diam-Diam
- Bab 5 Mencari Masalah Untuk Diri Sendiri
- Bab 6 Kamu Tidak Bermaksud Menyapa Aku?
- Bab 7 Cium Dia
- Bab 8 Penyelaan Oleh Ridwan
- Bab 9 Amarah Dan Hinaannya
- Bab 10 Ditangkap Setelah Melarikan Diri
- Bab 11 Dia Datang
- Bab 12 Yutta Yang Tidak Percaya Diri
- Bab 13 Memindahkan Dia Ke Departemen Hubungan Masyarakat
- Bab 14 Penghinaan Dan Penyiksaan
- Bab 15 Mempermalukan
- Bab 16 Bukan Yang Paling Memalukan
- Bab 17 Hanya Lebih Memalukan
- Bab 18 Tubuhmu Dingin Atau Panas
- Bab 19 Tersebar Dengan Luas
- Bab 20 Kritikan Lea
- Bab 21 Eldric, Dengar
- Bab 22 Dia Menghindari Eldric
- Bab 23 Eldric Menciumnya
- Bab 24 Apakah Kamu Meremehkan Yutta
- Bab 25 Kamu Kira Dirimu Lebih Mulia Dari Yutta
- Bab 26 Jangan Terburu-Buru Satu Persatu
- Bab 27 Membantu Dia Melampiaskan Amarah
- Bab 28 Tuan Lucas
- Bab 29 Wanita Gila
- Bab 30 Gadis Malang
- Bab 31 Kak Lucas...
- Bab 32 Terakhir Kali Tanya padamu
- Bab 33 Ridwan Kamil VS Yutta Aloysia
- Bab 34 Awal Permasalahan
- Bab 35 Mempersulit
- Bab 36 Tidak Tahu Malu
- Bab 37 Penipuan Untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 38 Apakah Yang Dia Inginkan Terlalu Banyak?
- Bab 39 Bagaimana Merendahkan Diri Bisa Interpretasikan Kesombongan
- Bab 40 Perburuan Berdarah Dimulai
- Bab 41 Aku Ingin Kamu Menemaniku Malam Ini
- Bab 42 Apakah Yang Dia Inginkan Hanya Sebuah Ciuman?
- Bab 43 Alasan Eldric Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 44 Orang Yang Tidak Tahu Malu
- Bab 45 Ridwan Memberi Pelajaran Kepada Lea Si Hati Jahat
- Bab 46 Lea Trisa Demi Menjaga Diri Mendorong Yukka Aloysia untuk Menghalang
- Bab 47 Eldric Cassio Emosi
- BAB 48 Tidak Boleh Mati
- BAB 49 Yutta Aloysia Ikut Aku
- BAB 50 Dengan Kuat Menghentikan Mulut yang Mengganggunya
- Bab 51 Malam Ini Temani Aku Tidur
- Bab 52 Perhatian Di Balik Penampilan Dingin Yang Sengaja Diperlihatkan
- Bab 53 Apakah Kamu Tahu Siapa yang Menyelamatkan Yutta
- Bab 54 Memeriksa
- Bab 55 Bawa Aku Menemuinya
- Bab 56 Aku Akan Mengabulkanmu
- Bab 57 Kekurangan Ginjal
- Bab 58 Kesakitan
- Bab 59 Kelembutan Eldric
- Bab 60 Malah Menuangkan Garam
- Bab 61 Kelembutan Yang Canggung
- Bab 62 Sesuatu Yang Tidak Aku Inginkan
- Bab 63 Tidak Tahu Malu, Menggoda Tuan Kamil
- Bab 64 Apa Yang Dilakukannya Dengan Ridwan
- Bab 65 Keputusannya
- Bab 66 Kalau Sakit, Gigitlah
- Bab 67 Ciuman Melanda
- Bab 68 Kebencian Lea
- Bab 69 Bertemu Larut Malam Di Pinggir Jalan
- Bab 70 Ingat, Namaku Zarco Rius
- Bab 71 Yutta Marah
- Bab 72 Sangat Acuh Tidak Acuh
- Bab 73 Dengarkan Nasihat Kak Ming, Menjauhlah Dari Pria Itu
- Bab 74 Jadilah Pacarku Saja
- Bab 75 Yutta Aloysia Yang Menggila, Eldric Cassio Yang Menggila
- Bab 76 Yutta Aloysia, Yutta Aloysia
- Bab 77 Rayon Lucas Dan Karim Heng
- Bab 78 Jangan Sentuh Tempat Itu Lagi
- Bab 79 Tuan Karim Heng Aku Butuh Sepuluh Miliar
- Bab 80 Perburuan Ini Berubah Menjadi Tidak Menarik
- Bab 81 Hanya Ingin Berburu, Tidak Memiliki Perasaan
- Bab 82 Perubahan Yutta Aloysia
- Bab 83 Mendorong Masuk Ke Dalam Neraka
- Bab 84 Kemana Saja Kamu Adikku?
- Bab 85 keras Kepala dan Tetap Tegar
- Bab 86 Bukankah Ini Adalah Nona Aloysia?
- Bab 87 Kamu Bisa Berlutut Sekarang
- Bab 88 Biarkan Aku Pergi
- Bab 89 Livin Bukan Tidak Bersalah
- Bab 90 Bos! Tolong!
- Bab 91 Menghancurkan Harapan Dengan Tangan Sendiri
- Bab 92 Penyesalan Terakhir Dalam Hidup ini Adalah Bertemu Denganmu
- Bab 93 Akulah Yang Telah Buta Mata Dan Buta Hati
- Bab 94 Masing-Masing Semuanya Bukanlah Orang Yang Mudah Ditangani
- Bab 95 Telah Membayar Yang Harus Dibayar
- Bab 96 Sudah Gila Sejak Lama
- Bab 97 Eldric Tidak Menyadari Perasaannya Sendiri
- Bab 98 Saudara
- Bab 99 Siapa Kamu?
- Bab 100 Menghancurkan Impiannya dan Kak Lucas
- Bab 101 Kebenaran Tentang Ginjal Kiri Diangkat
- Bab 102 Eldric, Kamu Sudah Gila!
- Bab 103 Yang Bisa Menahannya Bukanlah Pria
- Bab 104 Ridwan Kamil, Ridwan Kamil Membuat Orang Sakit Hati
- Bab 105 Kamu Berdiri Di Sana Saja Aku Akan Berjalan Mendekatimu
- Bab 106 Pikiran Yang Tersembunyi Di Buku Catatan Harian
- Bab 107 Jebakan Yang Terlalu Dalam
- Bab 108 Apakah Bagaimanapun Juga Boleh?
- Bab 109 Lakukan Apa Yang Tuhan Minta Anda Lakukan
- Bab 110 Berpapasan
- Bab 111 Eldric VS Ridwan
- Bab 112 Kamu Boss Besar, Jadi Tidak Perlu Membayar?
- Bab 113 Sudah Bergerak
- Bab 114 Menemani Sampai Akhir
- Bab 115 Tekanan Tak Terbatas
- Bab 116 Menemani Adalah Pengakuan Cinta Terdalam
- Bab 117 Kegembiraan Kecil Ridwan
- Bab 118 Karim Mempersulit Segalanya
- Bab 119 Ketenangan Sebelum Badai
- Bab 120 Seolah Melihat Yutta Yang Dulu
- Bab 121 Ini Adalah Sebuah Permainan
- Bab 122 Melihat, Mendengar Dan Mengetahui
- Bab 123 Mereka Tidak Pantas Melihatnya
- Bab 124 Kamu Lihat, Aku Tidak Menangis
- Bab 125 Boss Yutta Aloysia Menghilang
- Bab 126 Dia Mencari Wanita Itu Dengan Menggila
- Bab 127 Kelabilan dan Sakit Hati Ridwan Kamil
- Bab 128 Kelembutan Eldric Di Bawah Sikap Dingin
- Bab 129 Tunggu Aku Di Atas Ranjang