Mr CEO's Seducing His Wife - Bab 82 Katakan Siapa yang Telah Mengajarimu
Kamar itu berbalut dengan warna biru, peneuh dengan kepolosan anak-anak, tetapi juga tertata penuh kehangatan.
Simon duduk di pinggir kasur menghadap ke arah jendela, kepalanya tertunduk seperti sedang melihat sesuatu dengan sangat serius hingga tidak menyadari ada yang masuk.
Joelle melangkah masuk, melihat apa yang sedang dilakukan oleh Simon dari belakang. Melihat apa yang sedang dilihat Simon dari tabletnya, Joelle pun merasa terkejut.
"Apa yang sedang kau lakukan Simon?!"
Mendengar suara itu dengan tiba-tiba, Simon pun terlonjak terkejut sembari berusaha menutup halaman internet itu, ia tidak bisa membiarkan ibunya melihat itu.
Karena terlalu tergesa-gesa, tabletnya itu pun terjatuh dari tangannya. Di layar itu masih terpapar halaman yang sedang ia buka. Simon berdiri berusaha menutupinya dari tatapan Joelle.
"Mama."
Joelle mencengkeram pundak anaknya menyingkirkannya ke samping, lalu pergi memungut tablet tersebut. Kolom pencarian halaman Baidu itu masih tertera kata kunci : apa kegunaan Durex.
Hasil pencarian masih memenuhi seluruh layar, dan juga beberapa iklan dengan gambar pasangan pria dan wanita yang berpelukan.
Dia masih berusia lima tahun!
Tubuh Joelle mulai bergemetar.
"Simon, tolong katakan dengan jujur, bagaimana kau bisa melihat hal-hal seperti ini? Siapa yang telah mengajarimu?!" kali ini Joelle sungguh marah besar.
Simon menundukkan kepalanya. Sadar dengan kesalahan yang ia perbuat, ia pun menjawab dengan tergesa-gesa, "Mama, aku salah."
Salah?
Apa hanya dengan pengakuan bersalah berarti ia bisa lari dari tanggung jawab?
Joelle mematikan tablet tersebut, duduk di samping kasur. Ia tidak akan membiarkan hal ini lewat begitu saja.
"Katakan padaku, bagaimana kau bisa melihat ini semua? Dan juga siapa yang telah mengajarimu berbuat seperti ini?"
Simon berpikir panjang. Ia tidak bisa melaporkan gurunya seperti ini, kalau tidak gurunya tidak akan bisa membantunya lagi.
Ia masih membutuhkan bantuan gurunya untuk membalas dendam.
Ia menundukkan kepalanya sambil menautkan jari-jarinya, "Aku sedang bermain sebuah game, lalu tiba-tiba keluar iklan bertuliskan Durex, karena penasaran aku pun mencoba mencari tahu tentang itu di Baidu, apa kegunaannya."
"Benarkah?" tanya Joelle masih tidak percaya.
"Kalau begitu tolong jelaskan padaku bagaimana hal ini bisa terjadi." Joelle memperlihatkan berita itu padanya, "Jelaskan, mengapa kau berbuat seperti ini, lalu siapa yang membuatmu melakukannya."
Joelle tidak percaya bahwa Simon mampu berbuat seperti itu sendirian.
Simon pun mengelak bahwa ada orang lain yang membantunya, "Ini adalah kesalahanku, tetapi tidak ada yang mengajariku. Aku yang telah berbuat demikian atas kemauanku sendiri."
Joelle tertawa dingin, "Kalau begitu katakan padaku mengapa kau bertindak seperti itu?"
Bola mata Simon mulai berputar tak tenang, sambil berkata pelan, "Aku sedang bermain game, lalu melihat iklan itu, lalu mencari tahu di Baidu tentang kegunaannya. Lalu saat pergi untuk makan aku melihat si Brengsek itu, aku pun pergi ke supermarket untuk membelinya, sengaja untuk bilang itu miliknya untuk mempermalukannya."
Sebenarnya ia baru tahu apa dan fungsi benda itu barusan saat mencarinya di Baidu.
Simon menjelaskannya dengan sangat sempurna, tidak ada orang yang membantunya, semua ini adalah idenya.
Joelle pun semakin marah. Bagaimana bisa anak berusia lima tahun melakukan hal seperti ini?
"Kau! Kenapa kau bisa membencinya seperti itu? Waktu itu kau sudah berulah sekali-"
"Aku memang sangat membencinya!" Simon mendongakkan kepalanya menatap ibunya, "Dia terus mengganggu mama, aku memang mau mempermalukannya!"
Joelle mengerutkan alisnya. Dia dulu bukanlah orang yang seperti ini. Ethan pasti akan mengingat-ingat hal seperti ini.
Ini bukanlah hal baik.
"Jangan pernah berbuat seperti ini lagi."
"Tidak! Dia adalah orang jahat, kenapa aku tidak bisa membalasnya?" balas Simon tak terima. Orang itu telah menelantarkan mereka, ia tidak patut untuk dihormati!
Tidak patut!
Joelle tidak menyangka reaksinya akan seperti ini. Ia mengerutkan alisnya lagi, berkata dengan sabar, "Simon, apa yang kau lakukan ini tidak benar."
"Siapa bilang tidak benar!" Simon yakin Ethan Zong adalah orang jahat yang telah menelantarkannya dan ibunya.
Kali ini ia memang datang untuk membalas dendam.
Tidak melakukan apa-apa hanya berarti menyia-nyiakan kesemptan.
Mendengar itu Joelle pun kehilangan kesabarannya, "Katakan bahwa ini adalah kesalahanmu."
"Tidak."
Mendengar itu Joelle mengangkat tangan ingin memukulnya. Tetapi melihat wajah anaknya itu ia tetap tidak tega dan menurunkan tangannya.
Joelle pun hanya bisa membanting tabletnya dengan marah. Telepon dan jam tangan, semua peralatan elektronik disita olehnya, "Hari ini tidak boleh makan sampai kau merenungkan semua perbuatanmu ini! Kau hanya boleh makan setelah menyadari di mana kesalahanmu."
Simon tidak melawan. Ia tidak akan menuruti perkataan ibunya untuk tidak mengganggu Ethan lagi.
Tidak makan ya sudah, toh dia tidak akan mati kelaparan hanya karena tidak makan seharian.
Tetapi telepon dan jam tangannya disita oleh ibunya, bagaimana cara ia menghubungi gurunya nanti?
"Ada apa denganmu, kenapa marah sampai seperti ini?" tanya Hannah melihat putrinya keluar dari kamar.
Joelle jarang sekali berteriak keras pada Simon, ini baru pertama kalinya.
"Ma, mulai hari ini tolong awasi Simon di rumah, jangan biarkan ia keluar." Joelle mengunci barang-barang yang disitanya ke dalam laci.
Lalu ia membantu Hannah membereskan rumah.
Isi rumah itu lumayan lengkap, hanya saja mereka harus merapikan barang-barang yang dibawa dari pindahannya.
"Dia hanyalah anak kecil, apa yang membuatmu marah besar seperti itu? Lagipula Simon sangat pengertian, ia lebih dewasa saat menghadapi masalah dibanding anak seusianya."
"Dia memang terlalu dewasa, makanya tidak mau menuruti perkataanku lagi. Anak kecil lebih baik tetap berpikiran seperti anak-anak saja." mengingat kejadian tentang Simon membuatnya merasa marah lagi.
Joelle jarang sekali marah besar seperti ini, sepertinya Simon memang sudah terlalu keterlaluan.
Hannah berusaha mengalihkan pembicaraan, "Aku akan ke supermarket nanti, untuk membeli beberapa barang. Mungkin beberapa bunga untuk menambah sedikit suasana di rumah."
Ia menata piagam-piagam penghargaan Joelle, berpaling melihat putrinya, "Apakah kau butuh sesuatu untuk dibeli? Aku akan membelinya sekalian."
Karena baru pindah ke sana, ada banyak barang yang harus dibeli. Joelle menuliskan semuanya di secarik kertas dan menyerahkannya pada Hannah, "Aku butuh ini."
Hannah membacanya sekilas sebelum akhirnya menyimpannya, "Baguslah kau tuliskan, aku tidak akan lupa."
"Kau tidak pernah beristirahat sejak kau pulang, kau pasti sangat lelah 'kan? Nanti aku akan keluar membawa mereka berdua, kau di rumah tidur saja sebentar." Hannah menunjuk ke arah kereta dorong Tania. Saat mereka keluar nanti akan lebih mudah untuk membawanya jalan-jalan.
Joelle memang agak sedikit kelelahan, tetapi ia merasa ini akan merepotkan ibunya, "Tinggalkan saja mereka di rumah, biar aku yang menjaganya."
"Ini bukan pertama kalinya aku membawa mereka berdua keluar."
Selama berada di Negara A, Hannah selalu merawat mereka berdua. Joelle menganggukkan kepalanya, "Jangan bawa si Simon, biarkan dia merenungkan diri di rumah."
Hannah membalikkan badannya, "Baiklah. Beristirahatlah."
Selesai membereskan barang-barangnya, Hannah membaringkan Tania yang sedang tertidur ke dalam kereta dorongnya lalu memanggil Simon. Saat itu Simon terlihat masih berdiri di sisi kasurnya, masih sama dengan posisi saat Joelle masih di sana.
Hannah menghampirinya dan mengelus pelan rambutnya, "Kau membuat ibumu marah?"
Simon hanya menunduk tak bersuara.
Hannah menghela nafasnya sejenak, "Tidak apa-apa. Dia tidak akan terus-terusan marah. Ayo, ikut nenek keluar. Nenek akan membawamu melihat-lihat di luar. Kita lihat apa beda supermarket di sini dengan di Negara A."
"Mama bilang-"
"Ibumu sedang tidur. Lagipula aku 'kan boleh membawa cucuku keluar," balas Hannah, "Dia ibumu, dia memang bisa mengurusimu, tetapi aku adalah ibunya, dia tidak mungkin tidak mendengarkan ucapanku."
Simon tersenyum lebar mengangguk dengan kuat. Dia memang sangat ingin melihat-lihat kota ini.
Mereka telah memilih tempat tinggal mereka dengan sangat baik. Tidak hanya dekat dari toko, ternyata juda dekat dengan supermarket besar.
Tania terbangun dari tidurnya saat mereka sedang di jalan. Menyadari mereka akan bermain di luar, ia pun merasa girang.
Mereka mendatangi lantai satu terlebih dahulu, tempat sayu-sayuran dijual. Hannah berencana membeli beberapa sayuran dan daging.
"Aku ingin makan ini." Simon menunjuk ke arah udang.
Mendengar suara kecil itu, Bibi Yu yang sedang belanja di sana pun mengangkat kepalanyanya. Melihat anak laki-laki itu membuatnya teringat pada Tuan Muda saat ia masih kecil.
Novel Terkait
Pernikahan Tak Sempurna
Azalea_My Cute Wife
DessyLove In Sunset
ElinaWahai Hati
JavAliusUntouchable Love
Devil BuddyBalas Dendam Malah Cinta
SweetiesMr CEO's Seducing His Wife×
- Bab 1 Aku Tidak Menyesal
- Bab 2 Hamil
- Bab 3 Aku Sudah Seharusnya Menikah Denganmu
- Bab 4 Pernikahan Tanpa Ritual dan Upacara pernikahan
- Bab 5 Malam Pertama
- Bab 6 Tiga Sekeluarga Saling Hidup Bergantungan.
- Bab 7 Pengguguran Tanpa Rasa Sakit
- Bab 8 Aku Harus Bertanggapan Apa?
- Bab 9 Lowongan Kerja Penerjemah
- Bab 10 Dijebak
- Bab 11 Jangan Tertipu Oleh Penampilan
- Bab 12 Kedepannya Panggil Aku Kakak
- Bab 13 Dia Menguasai Bahasa Negara A
- Bab 14 Tidak Memahaminya
- Bab 15 Itu Anakmu
- Bab 16 Sudah Berhasil Dilacak
- Bab 17 Di Dalam Perutnya Ada Anak Haram
- Bab 18 Bermesraan Ditempat Ini
- Bab 19 Jelas-Jelas Tidak Masuk Akal Tapi Tetap Mengesankan
- Bab 20 Mengapa Ada Yang Namanya Cinta Di Dunia Ini
- Bab 21 Sengaja Merayu
- Bab 22 Tidak Bersedia Menyelidiki
- Bab 23 Sepertinya Aku Meremehkanmu
- Bab 24 Aku Senang Dengan Ayah Anakku
- Bab 25 Ethan Zong Ternyata Tidak Lumpuh
- Bab 26 Wanita yang Kontradiktif
- Bab 27 Anakku, Kuatkan Dirimu
- Bab 28 Jangan Sebaik Ini Padaku
- Bab 29 Menggunakan Kekuatan Orang Lain Untuk Menggertak
- Bab 30 Seberapa Gilanya Tadi Malam
- Bab 31 Salah Sendiri Cari Masalah Duluan
- Bab 32 Teringat Malam Itu
- Bab 33 Perencanaan Meghan Shen
- Bab 34 Mendukung
- Bab 35 Kesempatan Langka
- Bab 36 Tentu Saja Cium Suamiku
- Bab 37 Jangan Sembarang Sentuh
- Bab 38 Anak Itu Miliknya
- Bab 39 Aku Bukan Pria Jahat
- Bab 40 Kamu Jadi Partnerku
- Bab 41 Orang Luar yang Lebih Menjadi Perhatian
- Bab 42 Tidak Akan Menerimamu Hanya Karena Anak
- Bab 43 Sangat Dekat
- Bab 44 Diluar Kendali
- Bab 45 Kamu Membuat Rasa Sakitku Tertahan
- Bab 46 Biarkan Aku Membantumu
- Bab 47 Dia Berlutut
- Bab 48 Cara Menghukum
- Bab 49 Berhubungan Dengan Ayahku?
- Bab 50 Kamu Dan Aku Adalah Sepasang Suami Istri
- Bab 51 Mendapatkan Jejak.
- Bab 52 Harapan Yang Hilang.
- Bab 53 Keguguran.
- Bab 54 Mari Kita Bercerai.
- Bab 55 Kembar.
- Bab 56 Simon Lin dan Tania Lin
- Bab 57 Rasa Suka Seorang Pria Terhadap Wanita
- Bab 58 Kamu Telah Membuatku Kesakitan
- Bab 59 Mengadukanku Atas Pelecehan
- Bab 60 Hutang Anak Ditebus Ibu
- Bab 61 Hobi Khusus
- Bab 62 Jantung Masih Bisa Berdebar
- Bab 63 Acara Yang Bermaksud Tidak Baik
- Bab 64 Tidak Berutang Satu Sama Lain
- Bab 65 Tidak Sehebat Dia
- Bab 66 Makanku Tidak Berantakan
- Bab 67 Memohon Dinikahi
- Bab 68 Berpisah Sejenak Membuat Pasangan Serasa Kembali Menjadi Pengantin Baru
- Bab 69 Apakah Kau Seorang Preman
- Bab 70 Takkan Melepaskannya Begitu Saja
- Bab 71 Adanya Kehilangan Akan Mendapat Keuntungan
- Bab 72 Dia Juga Merindukan Cinta
- Bab 73 Mengapa Waktu Itu Ada Kontrak Pernikahan
- Bab 74 Kenali Kedua Sisi Dengan Baik
- Bab 75 Tidak Bisa Membujuk
- Bab 76 Rahasia Pada Saat Itu
- Bab 77 Melepaskan Celana Sendiri
- Bab 78 Ada Orang Yang Mewakilimu Untuk Menggantinya
- Bab 79 Pengemudi Pada Tahun Itu Sudah Meninggal
- Bab 80 Lebih Suka Membuktikannya Sendiri
- Bab 81 Mengapa Hati Bisa Tersakiti
- Bab 82 Katakan Siapa yang Telah Mengajarimu
- Bab 83 Sangat Mirip
- Bab 84 Wanita di Dalam Rekaman
- Bab 85 Lenyap Karena Keserakahan
- Bab 86 Cinta Lama Bersemi Kembali
- Bab 87 Memiliki Perasaan yang Dalam Untuk Seorang Wanita
- Bab 88 Kalau Tidak Ingin Orang Lain Tahu, Jangan Bertindak Semaumu
- Bab 89 Anjing Penggigit
- Bab 90 Balas Hutang dengan Daging
- Bab 91 Mencarikan Pria Baik Untuk Mommy
- Bab 92 Melakukan Hubungan
- Bab 93 Melihat Rendah Orang
- Bab 94 Lelucon Ethan Zong
- Bab 95 Hubungan Kerja Sama
- Bab 96 Dia Adalah Wanita yang Sudah Bersuami
- Bab 97 Lahirkan Seorang Anak Untukku Juga
- Bab 98 Ingin Menyogokku
- Bab 99 Merasa Tidak Tenang
- Bab 100 Jebakan
- Bab 101 Menghancurkannya
- Bab 102 Ini Bukan Berpura-pura Suci
- Bab 103 Apa Yang Terjadi
- Bab 104 Tadi Malam Bersama Mommy-ku
- Bab 105 Jangan Kembali Ke Masa Lalu Jika Sudah Berpindah Hati
- Bab 106 Mencapai Kesepakatan
- Bab 107 Pria Yang Sama
- Bab 108 Semua Orang Pernah Melakukan Kesalahan Dan Maafkan Mereka Jika Memungkinkan
- Bab 109 Jangan Memperlakukanku Terlalu Baik
- Bab 110 Kerjasama Untuk Pertama Kalinya
- Bab 111 Mencoba Hal Yang Berbahaya
- Bab 112 Apa Aku Akan Mati
- Bab 113 Menggunakan Dirinya Untuk Menggantikanmu
- Bab 114 Menunjukkan Sikap Aslinya
- Bab 115 Kamu Mengetuk Kepala Padaku
- Bab 116 Lubuk Hatinya Tersentuh
- Bab 117 Perkelahian di Dalam Rumah
- Bab 118 Siapa Wanita Ini?
- Bab 119 Kamu Tidak Menyukainya, kan?
- Bab 120 Mereka Adalah Anakmu
- Bab 121 Wanita Yang Pernah Melahirkan
- Bab 122 Biarkan Aku Memeluk Sebentar
- Bab 123 Orang Yang Sama Saling Mencintai
- Bab 124 Aku Ingin Ayah Memelukku
- Bab 125 Menjadi Ayah Dengan Mudah
- Bab 126 Hawa Dingin yang Kuat
- Bab 127 Melakukan Kejahatan Yang Tak Termaafkan
- Bab 128 Sebuah Hadiah
- Bab 129 Berikan Kepada Keluarga He
- Bab 130 Kamu Sudah Beristri
- Bab 131 Salahnya Telah Meremehkan Kemampuannya
- Bab 132 Hasrat Adalah Iblis
- Bab 133 Senjata Makan Tuan
- Bab 134 Jangan Sia-siakan Ketulusanmu
- Bab 135 Hukuman Satu Tahun Enam Bulan
- Bab 136 Mengebom Di Toilet
- Bab 137 Ada Nafsu Baru Ada Cinta
- Bab 138 Tinggalkan Wanita Ini
- Bab 139 Kejam
- Bab 140 Takdir
- Bab 141 Sentuhan Nyata, Penglihatan Tidak Nyata
- Bab 142 Tidak Ada Pria Yang Baik
- Bab 143 Tes DNA
- Bab 144 Semua Adalah Pria Ganteng
- Bab 145 Rahasia Dalam Tubuhnya
- Bab 146 Hantu Pencabut Nyawa Dari Neraka
- Bab 147 Ingin Mengetahui Siapa Pria Di Malam Tersebut?
- Bab 148 Menikah Dengan Siapa?
- Bab 149 Diperlihatkan Untuk Siapa?
- Bab 150 Masih Meninggalkan Suhu Badannya
- Bab 151 Kemiripian 99.99%
- Bab 152 Tidak Perlu Mengasihani Kami
- Bab 153 Harus Menemukan Mami Dengan Selamat
- Bab 154 Dia Menyukai Wanita Tersebut
- Bab 155 Apakah Ini Keluarga Babi
- Bab 156 Jangan Menguji Aku
- Bab 157 Jangan Pernah Memikirkannya