Mr CEO's Seducing His Wife - Bab 83 Sangat Mirip

Simon sangat suka makan udang, Hannah melihatnya penuh kasih, "Baiklah, beli."

"Aku juga mau." Tania memang suka ikut-ikutan. Apapun yang diinginkan kakaknya, tak peduli apakah sebenarnya dia juga suka, kalau kakaknya mau, dia juga mau.

"Baiklah, semuanya akan dibelikan." sahut Hannah sudah terbiasa dengan perilaku Tania.

Bibi Yu terus menatap Simon dan Tania bergantian. Mengapa mereka bisa secantik dan setampan itu. Matanya sangat besar dan berbinar-binar. Persis sekali dengan Ethan saat ia masih kecil.

"Aku tahu udang di toko mana yang segar." Bibi Yu menghampiri keedua anak itu, "Ini-"

Hannah sudah terbiasa jika ada orang asing yang tiba-tiba datang menyapa. Dulu kapanpun ia membawa mereka berdua keluar, pasti selalu ada orang yang menatapi mereka, ada juga yang sampai menyapa.

Dia sudah terbiasa.

"Cucu-cucuku."

"Cantik sekali." Bibi Yu tidak bisa mengalihkan pandangannya dari mereka. Sungguh enak dipandang.

Hannah tersenyum. Memang, kedua anak inilah alasannya bertahan hidup. Membantu putrinya merawan mereka adalah tanggung jawabnya, tetapi juga adalah hal yang membuatnya bahagia.

"Apa kabar, nek." sapa Simon manis.

"Apa kabar juga." Bibi Yu mengelus kepala Simon. "Siapa namamu?"

"Namaku Simon Lin."

"Bagus sekali." sahut Bibi Yu, berpikir dalam hatinya, anak ini sudah tampan, namanya juga enak didengar.

"Nenek, kenapa tidak bertanya kepadaku?" Tania merasa iri, ia membelalakan matanya menatapi Bibi Yu.

Dia sudah bertanya kepada kakaknya, kenapa tidak bertanya padanya? Apakah karena ia tidak menawan kakaknya?

"Bukannya tidak bertanya padamu." ujar Bibi Yu tertawa. Anak ini lucu sekali, masih kecil sudah iri dengan kakaknya sendiri.

"Siapa namamu?" tanya Bibi Yu tersenyum kecil.

"Namaku Tania Lin, aku dan kakakku ikut marga ibu." ujar Tania girang.

Bibi Yu terdiam sejenak. Ikut marga ibu mereka?

"Kata Anda tadi, toko yang di mana udangnya lebih segar?" potong Hannah membubarkan lamunan Bibi Yu. Biasanya anak-anak selalu ikut marga ayah, mendengar mereka ikut marga ibu, ia jadi penasaran.

Dia tidak suka orang lain ikut campur masalah rumah tangganya.

"Oh." Bibi Yu mengulurkan jarinya menunjuk ke kejauhan, "Toko yang itu, mari kubawa kalian ke sana. Aku adalah langganan mereka, kalian bisa percaya pada mereka."

Bibi Yu menuntun mereka ke toko itu dengan semangat.

Setibanya di kios itu, Bibi Yu langsung menyapa pemilik toko, "Apakah udang hari ini segar-segar?"

"Segar, segar. Kalian lihat saja sendiri." Pemilik toko itu menyaring beberapa udang keluar, mereka masih berlompatan.

"Kau kan sudah langgananku, bukan pertama kali makan udang dari tokoku. Pasti tahu betapa segar udang di sini." ujar sang pemilik toko, "Kalau kau membelinya, akan kuberi harga terendah, 96000 per pon, bagaimana? Kalau orang lain tidak akan kuberi kurang dari120000."

"Beri aku dua pon." ujar Bibi Yu. Kartu Ethan yang diberikan padanya bisa dipakai sepuasnya.

Uangnya sangat banyak.

Dia bukanlah orang yang sembarang mengeluarkan uang, biasanya juga sangat perhitungan. Tetapi ia sudah sangat mengenal pemilik toko ini. Di tempat lain juga tidak akan lebih murah dari 120000.

Dia juga selalu membeli udang di toko mereka, tahu bahwa mereka tidak berbohong.

“Dua pon tiga ons, berarti-"

"220800."

Sang pemilik toko belum sempat menghitung, Simon sudah menyahutnya.

Ia terkejut dan menekan tombol kalkulatornya. Di layarnya tertera 220800 persis sama tidak berbeda satu angka pun.

"Adik umur berapa? Pintar sekali." tawa si pemilik toko. Ia pertama kalinya melihat anak setampan dan pintar ini.

"Lima tahun." balas Simon, tidak merasa bangga sedikitpun dengan pujian si pemilik toko, ia hanya merasa hitungan tadi sangat gampang.

Pemilik toko itu menyerahkan udang tersebut pada Bibi Yu, "Apakah ini anak keluarga Anda? Beruntung sekali punya anak sepandai itu."

Bibi Yu menerima udang tersebut. Anehnya ia merasa tidak begitu senang mendengar perkataan si pemilik toko, karena anak yang tampan dan pintar ini bukan keluarganya.

Raut wajahnya berubah muram, lalu menyodorkan uangnya, "Ini."

Si pemilik toko itu hanya tertawa pelan tak marah.

Bibi Yu menyerahkan udang itu pada Hannah, "Ini untuk kalian."

Hannah berusaha menolaknya, "Kami tidak bisa menerima ini, biarkan aku beli sendiri."

"Ini bukan barang yang sangat mahal, aku lihat anak-anak ini lucu sekali. Kalau bukan karena mereka aku juga tidak akan memberikannya pada siapapun." Bibi Yu meletakkan udang itu ke dalam kereta belanja mereka.

"Bagaimana tidak sungkan.” Hannah mengambil udang itu dari kereta belanjanya, ingin menyodorkannya kembali pada Bibi Yu. Tapi Tania malah memotongnya, "Terima kasih, nek."

Hannah, "..."

Anak ini.

"Ahh, sama-sama." suara Tania sangat manis membuat Bibi Yu senang mendengarnya.

Melihat Tania sudah menjawab seperti itu, Hannah jadi tidak enak untuk mengembalikan udangnya. Ia pun berujar, "Sunggun sangat terima kasih."

Bibi Yu mengibaskan tangannya, "Tidak apa-apa."

"Kami masih ingin membeli barang lainnya, kami pamit dulu." ujar Hannah.

"Baik."

Bibi Yu masih menatap ke arah Simon. Ia sangat ingin berbincang-bincang dengan kedua anak itu. Tetapi sayangnya mereka juga orang tak dikenal, apalagi baru pertama kalinya bertemu. Ia bertindak seramah itu, kalau terus mengikuti mereka, pasti mereka akan merasa tidak enak dan mengiranya adalah penculik atau sejenisnya.

Ia menghela nafas sejenak.

Ia teringat anak yang ia rawat sejak kecil hingga besar. Sedari ia bercerai ia sudah tidak pernah menikah lagi. Sekarang sudah tiga puluh tahun lebih, jangankan anak, istri saja tidak punya.

Raut wajahnya berubah muram. Kalau saja saat itu tidak bercerai, sekarang pasti sudah punya anak.

Apalagi saatu itu Joelle Lin sudah mengandung.

Gara-gara dia.

Semua ini gara-gara Ethan Zong.

Semuanya sudah hilang, tidak tersisa apapun lagi.

Bibi Yu sudah kehilangan keinginannya untuk berbelanja. Di rumah juga sudah ada sayuran. Ethan pun belum tentu pulang. Ia pun pergi dari supermarket tersebut.

Melihat Bibi Yu tidak membeli apa-apa, sopir itu berbalik dan bertanya, "Langsung pulang tanpa membeli apa-apa?"

Bibi Yu hanya menjawab pasrah, "Tidak sedang ingin belanja, ayo pulang saja."

Sopir, "..."

Bibi Yu pulang ke villa. Villa sebesar itu, tetapi kosong sekali, sama sekali tidak ada kehidupan.

Sama sekali tidak terasa seperti rumah. Rumah ini kurang seorang Nyonya Besar dan anak-anak kecil.

Ia membawa tas kosongnya masuk, dan meletakkan tas itu ke atas meja. Ia terus-terusan menghela nafasnya teringat dengan Ethan. Ia berjalan ke depan meja, membuka laci itu dan mengeluarkan selembar foto. Di dalam foto itu ada seorang anak kecil, yang ternyata adalah foto masa kecil Ethan.

Ia sangat tidak suka difoto. Ini satu-satunya foto masa kecilnya.

Bibi Yu pun berpikir serius, berusaha mengingat-ingat wajah Simon Lin, sama persis dengan foto ini.

Sama persis.

Bagaimana bisa semirip ini?

Ethan Zong adalah keturunan satu-satunya Keluarga Zong sekarang ini. Nyonya besar saat itu hanya melahirkannya seorang. Saat Bryan Zong menikah lagi ia tidak ada anak dari istri barunya.

Ethan juga sama sekali tidak punya saudara.

Pasti bukan anak dari keluarga ini.

Apakah di dunia ini memang ada orang yang bisa semirip ini tanpa hubungan darah sedikit pun?

Bibi Yu terlalu sibuk berfikir, tidak mendengar suara bel berdering.

Ethan melemparkan jaket di tangannya, berjalan kemari melihat ada apa dengan Bibi Yu.

Mengapa ia tidak menyadari ada orang yang masuk.

Melihatnya sedang menatapi sebuah foto, Ethan menaikkan alisnya heran, "Kenapa tiba-tiba melihat foto ini?"

Bibi Yu terkejut dan mulai tersadar. Ia menatap ke arah Ethan, "Hari ini aku melihat dua anak kecil, sangat mirip denganmu saat kau masih kecil."

Ia sangat menekankan kata-kata mirip.

Novel Terkait

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu