Mr CEO's Seducing His Wife - Bab 117 Perkelahian di Dalam Rumah
"Ayah, aku pergi bersamamu." Rondo melangkah maju.
Fredy mengangguk, "Bagus juga kamu pergi bersamaku."
Terhadap ketiga anaknya, yang paling dia sukai adalah anak paling besar, meskipun tidak mempunyai bakat berbisnis, tapi tidak pernah membuatkan masalah untuk rumah, sekarang perusahaan keluarga juga dia yang rintis.
Lihat lagi dua anaknya yang lain, begitu lihat amarahnya langsung naik.
"Selama masalah ini belum selesai, kalian berdua dilarang keluar, tetap di rumah dan interopeksi diri!" Ucap Fredy dingin.
"Pa-------"
Layla ingin menjelaskan, meskipun dia mempunyai niat pribadi, tapi benar-benar demi kebaikan keluarganya, perbuatannya tidak berhasil, juga tidak perlu seperti ini kepada mereka.
Dia baru saja membuka mulutnya, langsung ditahan oleh Daren yang ada di sebelahnya,
"Jangan mengatakannya lagi."
"Mengapa aku tidak boleh mengatakannya?" Layla tidak mengakui kesalahannya, "Niat pertamaku adalah ingin melakukan sesuatu untuk keluarga kita, hanya saja tidak berhasil, tapi tidak sampai tahap tidak bisa dimaafkan, ini sangat tidak adil untuk kita!"
Fredy menahan dadanya, dia marah sekali.
Sekarang tidak hanya tidak mengakui kesalahannya, bahkan perkataannya juga tidak mau didengar lagi, ya?
"Sudahlah, kamu jangan mengatakannya lagi, apakah kamu tidak melihat ayah marah sekali?" Rondo membentaknya.
"Kamu jangan berpura-pura menjadi orang baik di hadapan ayah, kamu hanya takut aku dan kakak kedua akan mendapatkan harta warisan keluarga, merebut posisimu di perusahaan, makanya terus menjilat ayah--"
"Sudah cukup!" Fredy membanting meja, sepertinya karena terlalu marah, dia pun batuk, batuknya sangat terburu-buru, wajahnya sampai memerah, Rondo menepuk punggungnya.
"Memang benar, kakak pertama di luar rumah akan menjilat orang lain, di dalam rumah akan menjilat ayah."
Perusahaan keluarga dipegang oleh Rondo sendiri, dia sudah pulang ke keluarga He begitu lama, setiap kali dia mengatakan akan pergi ke perusahaan bekerja, Rondo sengaja mencari berbagai alasan, tidak memperbolehkannya pergi.
Apalagi kalau bukan takut dia mendapatkan warisan keluarga?
"Sudahlah, kalian semua kembali ke kamar!" Patricia tidak sanggup mendengarnya lagi, semuanya adalah anaknya sendiri, semuanya sangat penting bagiya.
"Biarkan dia katakan!" Fredy membuka mulut, meraup nafas banyak-banyak, sepertinya kapanpun akan sesak nafas, lalu pingsan.
"Ayah, perusahaan diserahkan kepada kakak seorang, apakah ini adil?" Layla sudah merasa tidak senang, sekarang dia mengatakannya, hanya ingin menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikannya.
Rondo melihatnya, tidak mengucapkan sepatah kata pun.
Fredy mengangkat kelopaknya, "Kamu berbicara adil kepadaku?"
Dia bukan orang tua yang bodoh, hanya mementingkan anak pertamanya, karena dia sudah resah.
Di bawah ketidaksetujuannya, Daren pergi belajar psikologi, menjadi psikolog, sekarang kembali, sedikitpun tidak mengerti terhadap perbisnisan, apalagi zaman sekarang yang penuh dengan persaingan, lebih tidak mudah.
Sekarang dia baru belajar, apakah masih sempat? Lagipula apakah berbisnis adalah hal yang bisa dipelajari?
Itu harus ada kemampuan, pesona, dan penglihatan.
Darena tidak mempunyai itu semua.
Lagipula, Layla seorang wanita, saat itu bisa berada di sisi Ethan, bukan karena dia mampu, hanya saja karena hubungan saat kecil, iba atau kasihan kepadanya, makanya menyuruhnya menjadi sekretaris.
Biasanya membawakan teh, menuangkan air, mengatur jadwal harian.
Dan juga satu paling penting, dia adalah anak perempuan, kedepannya akan menikah dengan orang lain.
Memberinya saham, membiarkannya bawa ke keluarga orang lain?
Itu tidaklah mungkin.
Selanjutnya Rondo, yang dia pelajari adalah bisnis, setelah tamat dia langsung belajar di sebelahnya, lalu mengambil alih perusahaan.
Meskipun dia tidak menonjol, tapi sudah lama berkecimpungan di dalam perbisnisan, kemampuannya tidak sehebat keluarga-keluarga besar, tapi dia mempunyai banyak pengalaman, bisa mempertahankan kondisi perusahaan saat ini.
Jadi, anak pertamanya mempunyai performa yang bagus, dia hanya bisa menutup sebelah mata.
"Fredy, jangan marah lagi, semuanya masih anak-anak, masih tidak mengerti." Patricia kemari menepuk punggungnya, menghiburnya.
"Heng." Fredy berdecih dingin, "Sudah 30 tahun, masih anak-anak?"
Fredy melirik istrinya, "Tidak ada izinku, siapapun tidak boleh keluar."
"Baik." Patricia menjawab dengan berhati-hati, takut akan membuatnya marah lagi.
Rondo membantunya berdiri, "Pa, kita pergi dulu saja, aku takut masalah ini akan semakin sulit diselesaikan."
Situasi sekarang sangat merugikan mereka, tapi waktu singkat, orang yang tahu masih tidak banyak, kalau sungguh menunda sampai sehari, atau dua hari, membiarkan berita seperti ini terus beredar, maka itu sungguh tidak bisa diselesaikan.
Fredy juga tahu keseriusan dari masalah ini, dia berdiri dengan bantuan anaknya, "Suruh supir siapkan mobil."
"Aku saja yang menyetir." Ucap Rondo.
"Baik juga."
Rondo membawa ayahnya keluar.
Layla melihat Patricia, "Ibu, lihatlah ayah pilih kasih sekali, hanya mempercayai kakak, menyerahkan semuanya kepadanya."
Bagaimana mungkin dia tidak mengerti pemikiran suaminya?
Kalau anak keduanya mampu, dia tidak mungkin tidak mementingkannya, sedangkan Layla adalah anak perempuan, dan juga saat kecil hilang tidak ada di sisinya, jadi hubungan mereka tidak dekat.
Dibandingkan dengan kerja keras dan pengertian Rondo, tentunya Fredy lebih mementingkan Rondo.
"Kalian menyebabkan masalah begitu besar, sekarang tidak menginteropeksi diri, malah bertengkar di dalam rumah, bagaimana ayahmu bisa senang?" Patricia melihat anak perempuannya, "Kamu ada seorang anak perempuan, nantinya akan menikah dengan orang lain, masuk ke perusahaan atau tidak, tidaklah penting."
"Aku adalah anak perempuan, jadi bukan orang keluarga He?" Layla tidak menyangka dia bisa melontarkan perkataan seperti ini.
Ini sudah zaman apa?
Masih lebih meninggikan laki-laki daripada perempuan?
"Dulu keberatan aku seorang anak perempuan, kenapa tidak mencekikku mati saja setelah dilahirkan? Keberatan karena aku seorang perempuan, kenapa masih mengakuiku, tidak usah akui aku maka tidak ada masalah lagi bukan?!" Layla menangis, setelah selesai berbicara langsung berlari ke atas.
Tubuh Patricia terhoyong, hampir saja tidak jatuh.
Daren menahannya, "Ma, kamu jangan marah, dia tidak sengaja."
Patricia melambaikan tangannya, "Kalau aku marah lagi, maka akan mati, bantu aku kembali ke kamar."
"Ayahmu bilang kalian tidak boleh keluar, beberapa hari ini jangan keluar, jangan buat dia marah." DIa berpesan pada anak laki-lakinya.
"Ehn." Daren menggigit bibirnya, berkata, "Meskipun kali ini menyebabkan masalah, tapi dari awal kami sungguh ingin melakukan sesuatu untuk keluarga kita, hanya saja tidak berhasil, aku tahu masuk akal kalau ayah lebih mementingkan kakak, aku tidak pernah cemburu, juga tidak pernah ingin merebut kekuasaan."
Dia bukan tidak memiliki keinginan, hanya saja keinginannya bukanlah kekuasaan.
Kalau hal yang sungguh ingin dia dapatkan, dia juga akan mengusahakan segala cara.
Contohnya saja Joelle, karena keinginan pribadinya, sengaja membohonginya di malam itu adalah orang negara A.
Seperti yang Layla katakan, sebenarnya dia egois.
Hanya berpura-pura baik.
Keluarga Zong.
Bryan belajar menulis kaligrafi di ruangan kerjanya, setelah menyerahkan perusahaan kepada anaknya, dia sama sekali tidak mengurus masalah lagi, menulis kaligrafi adalah hobinya.
Setiap sore, dia akan berada di ruang kerja selama tiga jam, Sofia di sebelahnya menuangkan tinta untuknya.
Meskipun mereka sudah tua, tapi pemandangan ini tampak sangat indah.
"Sedang memikirkan apa?" Bryan melihat Sofia yang sedang melamun menghadap ke luar jendela.
Dia tersadar berseru 'ah', lanjut menuangkan tinta, "Tidak apa-apa, hanya sudah merindukan anak."
Bryan menahan bahunya, "Sudah menyesal?"
Sofia baru saja berbicara, pintu ruang kerja diketuk, terdengar suara paman Feng, "Orang keluarga He sudah datang."
"Masalah keluarga He ini, bukankah sudah diselesaikan?" Tangan Sofia yang menuangkan tinta terhenti, nada bicaranya sedikit dingin, "Untuk apa dia datang?"
Sofia mengira karena masalah pembatalan tunangan kemarin lagi.
Hari ini mereka tidak menonton berita, jadi tidak tahu apa yang sudah terjadi.
Bryan menyelesaikan tulisan terakhir, meletakkan kuas di atas tangkai pena, berkata, "Ayo, kita keluar lihat."
Novel Terkait
Cinta Yang Dalam
Kim YongyiUnplanned Marriage
MargeryBlooming at that time
White RoseCinta Dan Rahasia
JesslynMenantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiUnlimited Love
Ester GohPerjalanan Selingkuh
LindaMr CEO's Seducing His Wife×
- Bab 1 Aku Tidak Menyesal
- Bab 2 Hamil
- Bab 3 Aku Sudah Seharusnya Menikah Denganmu
- Bab 4 Pernikahan Tanpa Ritual dan Upacara pernikahan
- Bab 5 Malam Pertama
- Bab 6 Tiga Sekeluarga Saling Hidup Bergantungan.
- Bab 7 Pengguguran Tanpa Rasa Sakit
- Bab 8 Aku Harus Bertanggapan Apa?
- Bab 9 Lowongan Kerja Penerjemah
- Bab 10 Dijebak
- Bab 11 Jangan Tertipu Oleh Penampilan
- Bab 12 Kedepannya Panggil Aku Kakak
- Bab 13 Dia Menguasai Bahasa Negara A
- Bab 14 Tidak Memahaminya
- Bab 15 Itu Anakmu
- Bab 16 Sudah Berhasil Dilacak
- Bab 17 Di Dalam Perutnya Ada Anak Haram
- Bab 18 Bermesraan Ditempat Ini
- Bab 19 Jelas-Jelas Tidak Masuk Akal Tapi Tetap Mengesankan
- Bab 20 Mengapa Ada Yang Namanya Cinta Di Dunia Ini
- Bab 21 Sengaja Merayu
- Bab 22 Tidak Bersedia Menyelidiki
- Bab 23 Sepertinya Aku Meremehkanmu
- Bab 24 Aku Senang Dengan Ayah Anakku
- Bab 25 Ethan Zong Ternyata Tidak Lumpuh
- Bab 26 Wanita yang Kontradiktif
- Bab 27 Anakku, Kuatkan Dirimu
- Bab 28 Jangan Sebaik Ini Padaku
- Bab 29 Menggunakan Kekuatan Orang Lain Untuk Menggertak
- Bab 30 Seberapa Gilanya Tadi Malam
- Bab 31 Salah Sendiri Cari Masalah Duluan
- Bab 32 Teringat Malam Itu
- Bab 33 Perencanaan Meghan Shen
- Bab 34 Mendukung
- Bab 35 Kesempatan Langka
- Bab 36 Tentu Saja Cium Suamiku
- Bab 37 Jangan Sembarang Sentuh
- Bab 38 Anak Itu Miliknya
- Bab 39 Aku Bukan Pria Jahat
- Bab 40 Kamu Jadi Partnerku
- Bab 41 Orang Luar yang Lebih Menjadi Perhatian
- Bab 42 Tidak Akan Menerimamu Hanya Karena Anak
- Bab 43 Sangat Dekat
- Bab 44 Diluar Kendali
- Bab 45 Kamu Membuat Rasa Sakitku Tertahan
- Bab 46 Biarkan Aku Membantumu
- Bab 47 Dia Berlutut
- Bab 48 Cara Menghukum
- Bab 49 Berhubungan Dengan Ayahku?
- Bab 50 Kamu Dan Aku Adalah Sepasang Suami Istri
- Bab 51 Mendapatkan Jejak.
- Bab 52 Harapan Yang Hilang.
- Bab 53 Keguguran.
- Bab 54 Mari Kita Bercerai.
- Bab 55 Kembar.
- Bab 56 Simon Lin dan Tania Lin
- Bab 57 Rasa Suka Seorang Pria Terhadap Wanita
- Bab 58 Kamu Telah Membuatku Kesakitan
- Bab 59 Mengadukanku Atas Pelecehan
- Bab 60 Hutang Anak Ditebus Ibu
- Bab 61 Hobi Khusus
- Bab 62 Jantung Masih Bisa Berdebar
- Bab 63 Acara Yang Bermaksud Tidak Baik
- Bab 64 Tidak Berutang Satu Sama Lain
- Bab 65 Tidak Sehebat Dia
- Bab 66 Makanku Tidak Berantakan
- Bab 67 Memohon Dinikahi
- Bab 68 Berpisah Sejenak Membuat Pasangan Serasa Kembali Menjadi Pengantin Baru
- Bab 69 Apakah Kau Seorang Preman
- Bab 70 Takkan Melepaskannya Begitu Saja
- Bab 71 Adanya Kehilangan Akan Mendapat Keuntungan
- Bab 72 Dia Juga Merindukan Cinta
- Bab 73 Mengapa Waktu Itu Ada Kontrak Pernikahan
- Bab 74 Kenali Kedua Sisi Dengan Baik
- Bab 75 Tidak Bisa Membujuk
- Bab 76 Rahasia Pada Saat Itu
- Bab 77 Melepaskan Celana Sendiri
- Bab 78 Ada Orang Yang Mewakilimu Untuk Menggantinya
- Bab 79 Pengemudi Pada Tahun Itu Sudah Meninggal
- Bab 80 Lebih Suka Membuktikannya Sendiri
- Bab 81 Mengapa Hati Bisa Tersakiti
- Bab 82 Katakan Siapa yang Telah Mengajarimu
- Bab 83 Sangat Mirip
- Bab 84 Wanita di Dalam Rekaman
- Bab 85 Lenyap Karena Keserakahan
- Bab 86 Cinta Lama Bersemi Kembali
- Bab 87 Memiliki Perasaan yang Dalam Untuk Seorang Wanita
- Bab 88 Kalau Tidak Ingin Orang Lain Tahu, Jangan Bertindak Semaumu
- Bab 89 Anjing Penggigit
- Bab 90 Balas Hutang dengan Daging
- Bab 91 Mencarikan Pria Baik Untuk Mommy
- Bab 92 Melakukan Hubungan
- Bab 93 Melihat Rendah Orang
- Bab 94 Lelucon Ethan Zong
- Bab 95 Hubungan Kerja Sama
- Bab 96 Dia Adalah Wanita yang Sudah Bersuami
- Bab 97 Lahirkan Seorang Anak Untukku Juga
- Bab 98 Ingin Menyogokku
- Bab 99 Merasa Tidak Tenang
- Bab 100 Jebakan
- Bab 101 Menghancurkannya
- Bab 102 Ini Bukan Berpura-pura Suci
- Bab 103 Apa Yang Terjadi
- Bab 104 Tadi Malam Bersama Mommy-ku
- Bab 105 Jangan Kembali Ke Masa Lalu Jika Sudah Berpindah Hati
- Bab 106 Mencapai Kesepakatan
- Bab 107 Pria Yang Sama
- Bab 108 Semua Orang Pernah Melakukan Kesalahan Dan Maafkan Mereka Jika Memungkinkan
- Bab 109 Jangan Memperlakukanku Terlalu Baik
- Bab 110 Kerjasama Untuk Pertama Kalinya
- Bab 111 Mencoba Hal Yang Berbahaya
- Bab 112 Apa Aku Akan Mati
- Bab 113 Menggunakan Dirinya Untuk Menggantikanmu
- Bab 114 Menunjukkan Sikap Aslinya
- Bab 115 Kamu Mengetuk Kepala Padaku
- Bab 116 Lubuk Hatinya Tersentuh
- Bab 117 Perkelahian di Dalam Rumah
- Bab 118 Siapa Wanita Ini?
- Bab 119 Kamu Tidak Menyukainya, kan?
- Bab 120 Mereka Adalah Anakmu
- Bab 121 Wanita Yang Pernah Melahirkan
- Bab 122 Biarkan Aku Memeluk Sebentar
- Bab 123 Orang Yang Sama Saling Mencintai
- Bab 124 Aku Ingin Ayah Memelukku
- Bab 125 Menjadi Ayah Dengan Mudah
- Bab 126 Hawa Dingin yang Kuat
- Bab 127 Melakukan Kejahatan Yang Tak Termaafkan
- Bab 128 Sebuah Hadiah
- Bab 129 Berikan Kepada Keluarga He
- Bab 130 Kamu Sudah Beristri
- Bab 131 Salahnya Telah Meremehkan Kemampuannya
- Bab 132 Hasrat Adalah Iblis
- Bab 133 Senjata Makan Tuan
- Bab 134 Jangan Sia-siakan Ketulusanmu
- Bab 135 Hukuman Satu Tahun Enam Bulan
- Bab 136 Mengebom Di Toilet
- Bab 137 Ada Nafsu Baru Ada Cinta
- Bab 138 Tinggalkan Wanita Ini
- Bab 139 Kejam
- Bab 140 Takdir
- Bab 141 Sentuhan Nyata, Penglihatan Tidak Nyata
- Bab 142 Tidak Ada Pria Yang Baik
- Bab 143 Tes DNA
- Bab 144 Semua Adalah Pria Ganteng
- Bab 145 Rahasia Dalam Tubuhnya
- Bab 146 Hantu Pencabut Nyawa Dari Neraka
- Bab 147 Ingin Mengetahui Siapa Pria Di Malam Tersebut?
- Bab 148 Menikah Dengan Siapa?
- Bab 149 Diperlihatkan Untuk Siapa?
- Bab 150 Masih Meninggalkan Suhu Badannya
- Bab 151 Kemiripian 99.99%
- Bab 152 Tidak Perlu Mengasihani Kami
- Bab 153 Harus Menemukan Mami Dengan Selamat
- Bab 154 Dia Menyukai Wanita Tersebut
- Bab 155 Apakah Ini Keluarga Babi
- Bab 156 Jangan Menguji Aku
- Bab 157 Jangan Pernah Memikirkannya