Pengantin Baruku - Bab 36 Menerima Banyak Penderitaan
“Ini baru beberapa menit, tidak akan berdampak banyak.” Jenifer Wen tidak bisa menahan diri untuk membalas perkataannya.
Hasil yang dia buat dengan sepenuh hati hanya karena begini saja harus di buang, dan bahan bakunya juga sangat mahal di hambur-hamburkan seperti ini membuatnya merasa tidak nyaman.
“Yang jadi bosnya ini aku atau kamu?” Nicholas Lu mengerutkan kening dan meliriknya. “Kalau kamu tidak ingin membuatnya lagi, kamu bisa keluar.”
Jenifer Wen tidak berdaya, Nicholas Lu selalu mengancamnya dengan status bos seperti ini, membuatnya benar-benar tidak bisa membantahnya.
“Baik, aku mengerti.”
Karena dia mengatakan seperti itu, maka dia harus melakukan sesuai perintahnya.
Sambil memikirkan itu, Jenifer Wen keluar lagi dan terpaksa membuat yang baru lagi.Tidak disangka, untuk kedua kalinya, Nicholas Lu bilang kalau terlalu banyak gula yang ditambahkan dalam kopinya dan itu mempengaruhi rasa.
Jenifer Wen menahan rasa kesalnya dan membuatnya ulang lagi.
“Rasa kopinya tidak cukup jelas, buat yang baru lagi.”
Setelah beberapa kali bolak-balik Nicholas Lu masih kurang puas dengan kopinya. Hingga terakhir kali Jenifer Wen mencicipi kopi yang katanya tidak memenuhi standar, dan rasanya baginya sudah sangat nikmat...
Nicholas Lu jelas-jelas sengaja mempermainkannya.
Setelah di pikir-pikir, Nicholas Lu sejak pertama kali dia datang selalu menyuruhnya untuk menyingkir dari sana, sekarang, dia masih secara fisik mempersulitnya sungguh sangat membosankan.
Memikirkan hal ini, Jenifer Wen tidak terburu-buru, dan membuat kopinya dengan lambat, biar saja Nicholas Lu menunggu. Karena bagaimanapun, dia tidak akan pernah puas dengan kopi buatannya.
Setelah beberapa saat, Jordy An kembali.
Melihat deretan cangkir kopi di samping mesin kopi, dia mengerutkan kening, “Ada apa?”
Jenifer Wen dengan cepat menyerahkan tempat untuknya, “Kopi yang aku buat presdir Lu selalu bilang tidak memenuhi standart, nih kamu saja yang buat.”
Jordy An melihatnya yang sedang mengaduk kopi, karena sudah biasa dengan pekerjaan ini, dia sekali lihat sudah bisa melihat tidak ada perbedaan antara dia dengannya saat mengaduk kopi.
Tapi karena bos tidak menyukainya, dia juga tidak punya cara lain, setelah memikirkannya, Jordy An menerima pekerjaannya, memberi Jenifer Wen sebuah alamat dan menyuruhnya pergi berbelanja, dari pada kehadirannya disini terus membuat Nicholas Lu tidak senang.
“Biji kopinya sepertinya habis, tolong bantu aku pergi beli dulu.”
Jenifer Wen menganggukan kepala dan pergi, sambil berjalan dia baru menyadari jarinya karena membuat kopi tadi sudah bengkak melepuh kena air panas.
Mungkin karena dia tadi terlalu serius dalam membuat kopi jadi tidak memperhatikan luka dan merasa rasa sakit.
Sekarang setelah tidak melakukan apa-apa, dia baru merasakan rasa sakitnya.
Jenifer Wen memasukan jarinya ke mulut, naik ke dalam taksi dan pergi ke kafe yang di katakan Jordy An tadi.
……
Setelah Jordy An selesai membuat kopi, dia membawanya ke ruangan Nicholas Lu.
Melihat itu Jordy An, Nicholas Lu mengangkat matanya, “Mana wanita itu?”
Jordy An tidak tahu apa yang dipikirkan bosnya saat ini, jadi dia hanya bisa menjawab dengan jujur, “Aku menyuruhnya pergi berbelanja.”
Nicholas Lu sedikit mengernyit, “Lain kali, jangan membuat keputusan sendiri.”
Jordy An mengangguk dan tidak bisa menahan gumaman di dalam hatinya. Dia tidak tahu apa yang dipikirkan bosnya itu. Dia tidak meminum kopi yang dibuat Jenifer Wen, dia mengusirnya, tapi dia sepertinya tetap tidak senang.
Hanya saja pikiran Nicholas Lu bukanlah sesuatu yang bisa ditebak oleh orang biasa, Jordy An memilih untuk tutup mulut.
Nicholas Lu mengambil cangkir itu, dan melihat ada catatan di bawahnya, dia mengerutkan kening dan melihat isinya.
“Terakhir kali berada di club, maaf, aku salah paham. Aku kira kamu yang menyebarkan berita di perusahaan tempatku dulu bekerja, tetapi sekarang aku tahu kalau aku melakukan kesalahan dan salah paham.”
Jenifer Wen menulis beberapa kalimat pendek, tulisannya sangat indah dengan gaya yang agak unik, berbeda dari yang dibayangkan Nicholas Lu.
Dia selalu berpikir wanita seperti Jenifer Wen tipe murid pemalas dan tidak suka belajar. Tak di sangka, dia sangat baik dalam menulis. Tampaknya dia tidak sama seperti yang dia pikirkan.
Dan isi di atas kertas itu membuatnya sedikit penasaran.
“Dia pergi belanja dimana?” Nicholas Lu menurunkan catatan itu. Tiba-tiba, ada keinginan untuk menanyakan dengan jelas apa arti kata-kata itu.
“Pergi ke kafe di sebelah barat kota.” Jawab Jordy An.
“Kalau dia sudah kembali, suruh dia masuk menemuiku,” Nicholas Lu memberi instruksi ringan.
Jordy An menjawab ya kemudian perlahan mundur dari ruangannya.
……
Saat Jenifer Wen sampai di tempat tujuan, dia tidak menyangka biji kopi yang akan dibelinya sudah habis, untuk mendapatkannya dia harus menunggu mereka
mengambil biji kopi dari cabang lain.
Lagipula dia tidak punya banyak pekerjaan, dan kalau dia kembali Nicholas Lu mungkin akan menyulitkannya lagi, jadi Jenifer Wen memilih untuk duduk dan menunggu disana.
Saat sedang menunggu dengan bosan, tiba-tiba seseorang datang dan menepuk pundaknya.
Ketika Jenifer Wen melihat ke belakang, ternyata itu adalah Galvin He.
Melihatnya, dia tersenyum.
Galvin He menatapnya, “Kamu kenapa tiba-tiba berhenti? Kenapa, apakah orang di perusahaan mengganggumu lagi?”
Setelah hari itu, Galvin He berpikir untuk pergi mencari Jenifer Wen lagi. Tapi tak dia sangka, dia mendapat kabar kalau Jenifer Wen telah berhenti bekerja.
Tetapi secara kebetulan, dia datang ke sini untuk minum kopi dan tidak menyangka akan bertemu Jenifer Wen disini.
“Tidak, um...Aku pindah ke perusahaan lain.” Jenifer Wen tidak mengatakan tentangnya yang bekerja di perusahaan Lu.
“Oh? Bagaimana, apakah sudah terbiasa? Kalau ada kesulitan bisa beritahu aku, kalau aku bisa bantu pasti aku bantu.”
Jenifer Wen menggelengkan kepalanya, dengan sedikit rasa kehangatan di hatinya, “Lumayan, tidak ada kesulitan.”
Meski Galvin He berkata demikian, tapi Jenifer Wen tidak suka merepotkan orang lain.
Galvin He meliriknya dan merasa kalau dia sepertinya tidak begitu senang. Pada saat ini, dia secara tidak sengaja melihat jari Jenifer Wen.
Ada beberapa lepuh merah di jari putih yang ramping itu, sepertinya karena terbakar dan tidak diobati.
“Ada apa dengan tanganmu?” Galvin He mengerutkan kening.
“Tidak apa-apa, kena air panas. Setelah 2 hari nanti akan baik-baik saja.” Jenifer Wen teringat kejadian itu, tapi dia tidak terlalu peduli dengan luka kecil ini.
Ketika dia di penjara, dia pernah menderita lebih dari ini, jadi dia sekarang terlihat acuh tak acuh.
“Kamu ini masih wanita normal bukan sih? Kamu bagaimana bisa tidak peduli dengan luka, bukankah orang bilang kalau tangan itu adalah wajah kedua dari seorang wanita?” Galvin He memandang ekspresi cuek Jenifer Wen, tiba-tiba merasa simpati.
Wanita normal, bukannya mereka yang kalau terluka akan dengan manja berkeluh kesah pada laki-laki dan mengatakan kalau mereka kesakitan?
Tapi kenapa Jenifer Wen sepertinya terbiasa, apakah karena dia tahu tidak ada yang peduli, jadi dia sengaja pura-pura tidak peduli?
“Kemarilah, biar kulihat.” Galvin He ingin memegang tangannya, dan Jenifer Wen ingin menyembunyikan tangannya, tapi akhirnya tidak bisa tersembunyi.
Galvin He menjabat tangannya, dan suhu yang lebih tinggi darinya menyentuhnya, membuat wajah Jenifer Wen sedikit merah.
Dia ingin menarik tangannya, tetapi dia tidak dapat menahan kekuatan lelaki itu.
Galvin He melihat lebih dekat ke tangannya, dan disana bukan hanya luka bakar, tetapi telapak tangan Jenifer Wen memiliki kapalan yang tebal, dan ada banyak bekas luka halus di jarinya terlihat jelas di kulit putihnya dan menghancurkan kecantikan aslinya.
Mata lelaki itu meredup dan ekspresinya rumit, “Aku akan pergi membelikanmu obat salep.”
“Tidak, luka ini sebenarnya tidak seserius itu.” Melihat dia benar-benar akan pergi, Jenifer Wen buru-buru berhenti, dan dia sedikit tidak enak menerima perhatian yang tiba-tiba itu.
“Jenifer, apa kamu sebelumnya pernah begitu menderita? Lihat kamu memiliki banyak luka di tanganmu.” Galvin He bertanya, menatap matanya dengan serius.
Dengan sorot mata lelaki itu, perhatian yang begitu hangat, tanpa sedikit pun penghinaan diskriminatif, wajah Jenifer Wen terasa panas.
Novel Terkait
My Lifetime
DevinaHis Second Chance
Derick HoMendadak Kaya Raya
Tirta ArdaniAdore You
ElinaMy Secret Love
Fang FangYou're My Savior
Shella NaviPengantin Baruku×
- Bab 1 Menikah Dengan Lelaki Yang Tengah Koma
- Bab 2 Joyous
- Bab 3 Hari Pernikahan
- Bab 4 Kamu Siapa?
- Bab 5 Harusnya Waktu Itu Langsung Bunuh Dia Saja
- Bab 6 Dengarkan Kataku
- Bab 7 Kesepakatan
- Bab 8 Pulang Ke Rumah
- Bab 9 Makna Keluarga Untuknya
- Bab 10 Mengeluarkan Uang 50.000 Yuan Untuk Membayar Kepahitannya
- Bab 11 Yang Di Sebut Cinta
- Bab 12 Tidak Lebih Dari Itu
- Bab 13 Membantunya Meluapkan Emosi
- Bab 14 Rindu Aku Tidak?
- Bab 15 Di Mata-Matai
- Bab 16 Aku Mohon Lepaskan Aku
- Bab 17 Dia Sadar!
- Bab 18 Mimpi Buruk Itu Datang Lagi
- Bab 19 Kamu Sungguh Tidak Tahu Malu
- Bab 20 Kenapa Belum Mati Juga
- Bab 21 Dasar Wanita Murahan
- Bab 22 Kehadirannya Apakah Benar Kebetulan?
- Bab 23 Aku Menyetujuimu
- Bab 24 Kenapa Bisa Dia
- Bab 5 Di Dunia Ini Ada Begitu Banyak Jebakan
- Bab 26 Eksrrim
- Bab 27 Tidak Usah Pergi Kemana-Mana
- Bab 28 Foto
- Bab 29 Tanpa Mengatakan Apa-Apa Sudah Ingin Pergi
- Bab 30 Salah Paham
- Bab 31 Kali Ini Sudah Melembut
- Bab 32 Anggap Saja Aku Memohon Padamu
- Bab 33 Bertemu Setiap Hari
- Bab 34 Tidak Mengerti Perkataan Manusia
- Bab 35 Menghancurkan Perasaan Cherry Wen
- Bab 36 Menerima Banyak Penderitaan
- Bab 37 Seperti Sedang Mengurusi Istri
- Bab 38 Tidak Sanggup Menerimanya
- Bab 39 Sangat Keras Kepala
- Bab 40 Membantumu
- Bab 41 Hanya Aku Yang Bisa Menghukumnya
- Bab 42 Tidak Cocok Untukmu
- Bab 43 Benar-benar Kacau
- Bab 44 Nicholas Lu Membantunya
- Bab 45 Hanya Mainan
- Bab 46 Tidak Perlu Kembali Lagi
- Bab 47 Seharusnya Mati Di Dalam Penjara
- Bab 48 Tidak Bisa Tidak Curiga
- Bab 49 Tidak Sesederhana Itu
- Bab 50 Benar-benar Tidak Tahu Malu
- Bab 51 Tak Tahu Malu
- Bab 52 Mengirim Diri Ke Pelukanmu
- Bab 53 Lantas Apakah Disengaja?
- Bab 54 Jangan Biarkan Dia Lolos
- Bab 55 Tetap Adalah Dia
- Bab 56 Memprovokasi Adik Ipar
- Bab 57 Mengada-ada
- Bab 58 Mengungkapkan Kepada Publik
- Bab 59 Orang Itu Tidak Akan Datang
- Bab 60 Tidak Sadar
- Bab 61 Menggali Lubang Kubur Sendiri
- Bab 62 Mengungkapkan Isi Hati
- Bab 63 Dia Kembali
- Bab 64 Datang Untuk Membahas Perceraian
- Bab 65 Mendekatinya Dengan Ganas
- Bab 66 Hilang Kendali
- Bab 67 Itu Tidak Buruk
- Bab 68 Semua Ini Salahmu
- Bab 69 Rahasia Cherry
- Bab 70 Membakar Diri Sendiri
- Bab 71 Sudah Tidak Memiliki Harga Diri Lagi
- Bab 72 Bisa-Bisanya Mencuri
- Bab 73 Tidak Merasa Tidak Adil
- Bab 74 Benar-Benar Rubah Licik
- Bab 75 Sebentar Lagi Akan Tiba
- Bab 76 Aku Mohon Jangan
- Bab 77 Tidak Apa-Apa
- Bab 78 Menemukan Wanita Itu
- Bab 79 Benar-Benar Membuatku Muak
- Bab 80 Menemukan Wanita Kemarin Malam
- Bab 81 Kamu Adalah Barang
- Bab 82 Tertekan Tapi Tak Bisa Diungkapkan Dengan Kata-kata.
- Bab 83 Apa Yang Sebenarnya Sedang Terjadi?
- Bab 84 Kamu Hamil!
- Bab 85 Aborsi
- Bab 86 Semuanya Akan Berakhir
- Bab 87 Meninggalkan Rumah Keluarga Lu
- Bab 88 Orang Yang Lewat
- Bab 89 Benar-benar Muak
- Bab 90 Ketahuan Hamil
- Bab 91 Kecuali Aku Mati
- Bab 92 Coba Saja
- Bab 93 Tubuhnya Terlalu Lemah
- Bab 94 Aku Sudah Salah Paham Padamu
- Bab 95 Pergi Ke Perusahaan
- Bab 96 Ternyata Kamu Menyukai Wanita Seperti Ini
- Bab 97 Tidak Mungkin Menyukainya Juga, Kan?
- Bab 98 Tidak Ada Kesempatan Sedikitpun
- Bab 99 Tidak Mungkin Dinafkahi, Kan?
- Bab 100 Harus Mendapatkan Jenifer
- Bab 101 Pura-pura Tidak Mau
- Bab 102 Selamatkan Anakku
- Bab 103 Apakah Ingin Tahu Siapa Ayah Dari Anak Ini?
- Bab 104 Diculik!
- Bab 105 Pilihan Nicholas Lu
- Bab 106 Melukai Anaknya
- Bab 107 Kenapa Tidak Senang?
- Bab 108 Anak Ini Adalah Anaknya
- Bab 109 Terharu
- Bab 110 Jarak Tidak Terjangkau
- Bab 111 Menjaganya
- Bab 112 Peduli Padanya
- Bab 113 Tidak Ada Celah
- Bab 114 Apakah Kamu Cemburu?
- Bab 115 Masih Ingin Mempunyai Anak?
- Bab 116 Untuk Orang Yang Kucintai
- Bab 117 Hanya Teman
- Bab 118 Hanya Untuk Balas Dendam
- Bab 119 Aku Tidak Perlu Bantuanmu
- Bab 120 Mengeluh
- Bab 121 Biarkan Aku Menjagamu
- Bab 122 Menemukan Jalan Keluar
- Bab 123 Seperti Melihat Seekor Anjing
- Bab 124 Apa Masih Ada Keadilan
- Bab 125 Apakah Sedang Berbohong Padanya
- Bab 126 Pemikiran Yang Berani
- Bab 127 Sesuatu Terjadi Pada Nicholas Lu
- Bab 128 Berbohong Pada Satu Wanita
- Bab 129 Bisa Memberimu Kesempatan
- Bab 130 Bayar Harganya
- Bab 131 Aku Tidak Ingin Mendengar Kata-kata Ini
- Bab 132 Membuatnya Membayar
- Bab 133 Kamu Cemburu?
- Bab 134 Jenifer Wen, Itu Kamu Kan
- Bab 135 Sedang Berbohong
- Bab 136 Sama Sekali Tidak Mirip Dia
- Bab 137 Calon Menantu Perempuan Adalah...
- Bab 138 Untuk Apa Menyerahkan Diri
- Bab 139 Itu Bergantung Kepadamu
- Bab 140 Tidak Akan Ada Lagi Orang Yang Peduli Kepadanya Seperti Ini
- Bab 141 Ada Sesuatu yang Disembunyikan Dariku
- Bab 142 Percaya
- Bab 143 Sesedih Itu?
- Bab 144 Hanya Boleh Berhasil Tidak Boleh Gagal
- Bab 145 Pergi Mencari Orang Lain
- Bab 146 Ternyata Tidak Patuh
- Bab 147 Lebih Baik Mati
- Bab 147 Dasar Murahan
- Bab 148 Aku Menginginkanmu
- Bab 150 Harus Lebih Bisa Mengontrolnya
- Bab 151 Membujuknya Untuk Tidak Mendengarkan, Tetapi Menerimanya Dengan Paksa.
- Bab 152 Tidak Akan Gegabah Lagi
- Bab 153 Mengeluh Di Belakang
- Bab 154 Merasa Sangat Tertekan
- Bab 155 Semuanya Sudah Berlalu
- Bab 156 Depresi Berat
- Bab 157 Tidak Layak
- Bab 158 Mau Menjadi Musuhku Selama Sisa Hidupmu
- Bab 159 Semua Adalah Salah Wanita Itu
- Bab 160 Mendapatkan Siksaan Atas Kejahatan Yang Telah Dilakukan
- Bab 161 Keluarga Lu Tahu
- Bab 162 Menghancurkan Reputasinya
- Bab 163 Mengabaikannya
- Bab 164 Dia Harus Bagaimana?
- Bab 165 Anak Ini Adalah Anakmu
- Bab 166 Setelah Di Lahirkan Buang Anak Itu
- Bab 167 Hatinya Merasa Begitu Lelah
- Bab 168 Dia Pikir Dia Siapa?
- Bab 169 Gambaran yang Menusuk Mata
- Bab170 Salah Mengenali Orang